Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

NAMA KELOMPOK:
1. Clara Hurai Nim 181114401977
2. Dewi Fatmawati Nim 181114401885
3. Maria Solviana Laura Nim 181114401923
4. Octavia Melinda Nim 181114401936
5. Resa Riana Nim 181114401946
6. Tresia Meiviani D.T Nim 181114401960

PRODI D III KEPERAWATAN STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA


KOTA SAMARINDA
TAHUN 20202

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul ” Asuhan Keperawatan Perawatan jiwa dengan defisit perawatan diri“. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Jiwa
program study D3 Keperawatan STIKES Dirgahayu Samarinda.
Selain itu, penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan dan banyak kesalahan. Oleh karena itu dimohon kritik dan sarannya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan........................................................................................................ i
1. Tujuan Umum......................................................................................ii
2. Tujuan Khusus.....................................................................................iii
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Pengertian.................................................................................................. 1
B. Lingkup Defisit Perawatan Diri………………………………………….. 2
C. Penyebab......................................................................................................4
D. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa…..4
E. Faktor predisposisi………………………………………………………...4
F. Faktor presipitasi…………………………………………………………..4
G. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri………………………………………....5
H. Manifestasi klinis………………………………………………………….5
I. Penatalaksanaan medis…………………………………………………....6
J. Asuhan keperawatan………………………………………………………7
K. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan...............................................11
BAB III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................24
B. Saran..........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan yang
tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi individu baik yang positif
maupun negative dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan social. Individu yang
sehat jiwa ini meliputi menyadari kempuan diri nya secara utuh dan penuh mampu
menghadapi problem maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang lain
(Keliat, dkkk.2007). Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan
bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa.Sepertiga
diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yangditemukan oleh peneliti di Harvard
University dan University College London, mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016
meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari
tahun sebelumnya(VOA Indonesia, 2016). Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta
orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta
47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236
juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17%menderita
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.
[Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejalagejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar
6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untukkenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya
sendiri. Cara perawatan dirimenjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional
klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene
klien
Karena perawatan hygiene sering kali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka
perawat menggunakan keterampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik
dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah
ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan
perawatan diri.

1
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

C. Tujuan
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.

2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri. .
g. Untuk mengetahui Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.
h. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit PerawatanDiri.
i. Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitaskehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandisecara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau nafas,dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwakronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan inimerupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baikdalam keluarga maupun masyarakat.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi
kebutuhanya. Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jikatidak dapat melakukan
perawatan dirinya. (Aziz R, 2003).Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, makan, toileting). (Nurjannah, 2004
Defisit perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampumelakukan
perawatan kebersihan dirinya. (Tarwoto dan Wartonah, 2000).

B. Lingkup Defisit Perawatan Diri

1. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor ,bau badan,bau
napas,dan penampilan tidak rapi.
2. Berdandan atau berhias
Kurangnya minta dalam memilih pakaian yang sesuai,tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis.
3. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil,ketidakmampuan mambawa
makanandari piring ke mulut, dan makan hanyabebrapa suap makanan dari piring.
4. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melalukan deficit atau
berkemihtanpa bantuan.

3
C. Penyebab
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali tidak memperdulikan
perawatan diri. Hal ini disebabkan karena pasien dikucilkan dalam keluarga dan
masyarakat.Etiologi Penyebab perawatan diri menurut (Keliat B. A, dkk, 2011)adalah
sebagai berikut : Tidak ada kemauan merawat diri dan Gangguan jiwa

D. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa


Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melalukan aktifitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri,makan secara mandiri,berhias diri secara mandiri, dan
toileting (buang air besar [BAB] atau uang air kecil [BAK] secara mandiri.

E. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Factor presdisposisi pada pasien yang mengalami
deficit perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukanperawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkunganya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatanDiri

F. Faktor Prespitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Menurut Depkes (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sendiri sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individutidak perduli dengan
kebersihan dirinya.

4
2. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Ekonomi Sosial
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untukmenyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karna dengan pengetahuandapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes meilitus ia harus
berjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, shampoo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

G. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
1.Defisit perawatan diri: Mandi
Mampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri untuk
diri sendiri
2.Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias sendiri.
3. Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4.Defisit perawatan diri: eliminasiHambatan kemampuan untuk melakukan atau
Menyelesaikan aktivitaseliminasi sendiri.

H. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala defisit perawatn diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai
berikut :
1. Mandi / Hygiene

5
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan didalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukanya ke mulut, melengkapi makanan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Toileting
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasipakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2000), manifestasi klinis klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai bau mulut
5) Penampilan tidak rapi

b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial
1. Interaksi kurang
2. Kegiatan kurang
3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosokgigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

6
I. Penatalaksaaan medis
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

7
ASUHAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada klien terjadi akibat adanya perubahan proses pikir,
yang menyebabkan menurunya kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri. Defisit perawatan diri, tampak dari ketidakmampuan individu merawat
kebersihan diri, makan, berhias, dan eliminasi, secara mandiri.
Masalah keperawatan data yang perlu di kaji difisik perawatan diri :
1. Subyektif
a) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena dirinya dingin di RS tidak
tersedia alat mandi
b) Klien mengatakan ingin di suapi makan
c) Klien mengatakan dirinya malas dandan
d) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelamin setelah BAB /BAK

2. Objektif
a) Ketidak mampuan membersihkan diri/ mandi di tandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulit berdaki serta bau, dan kuku panjang dan kotor.
b) Ketidakmampuan berpakaian / berhias di tandai dengan rambut acak –
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur
(laki-laki) dan tidak berdandan (perempuan)
c) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri.
d) Ketidakmampuan BAB / BAK secara mandiri ditandai dengan BAB /
BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB / BAK.

2. Diagnosa Keperawatan
a.Defisit perawatan diri: mandi
b.Defisit perawatan diri: berpakaian
c.Defisit perawatan diri: makan
d.Defisit perawatan diri: eliminasi

8
3.Fokus Intervensi

Diagnosa Perencanaan tujuan Intervensi

Defisit perawatan Pasien mampu : Sp 1 (tanggal……)


diri  Melakukan 1. Identifikasi
kebersihan secara a. Kebersihan diri
mandiri b. Berdandan
 Melakukan c. Makan
kebersihanberhias/ d. BAB/ BAK
berdandan secara 2. Jelaskan pentingnya
mandiri kebersihan diri
 Melakukan makan 3. Jelaskan alat dari
dengan baik kebersihan diri

 Melakukan 4. Masukan dalam jadwal

BAB/BAK secara kegiatan pasien

mandiri Sp 2 ( tanggal….)

Kriteria hasil : 1. Evaluasi sp 1

Setelah … kali 2. Jelaskan pentingnya


pertemuan pasien dapat berdandan

menjelaskan pentingnya: 3. Latihan cara berdandan


 Kebersihan diri a. Untuk pasien laki-laki

 Berdandan/ berhias 1. Berpakaian


2. Menyisir rambut
 Makan
3. bercukur
 BAB/ BAK
b. Untuk pasien
 Mampu melakukan
perempuan
cara merawat diri
1. Berpakaian
2. Menyisir rambut
3. Berhias
4. Masukan kejadwal latihan

9
Sp 3 ( tanggal….)
1. Evaluasi sp 1,2
2. Jelaskan cara dan alat
makan yang benar
a. Jelaskan cara
mempersiapkan
makanan
b. Jelaskan cara
merapikan setelah
makan
c. Peragakan cara makan,
merapikan peralatan
makan setelah makan
d. Praktekan makan
sesuai dengan tahapan
makan yang baik
3. Latihan kegiatan makan
4. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Sp 4 ( tanggal….)
1. Evaluasi kemampuan
pasien sp 1,2,3
2. Latihan cara BAB/ BAK
yang benar
a. Jelaskan tempat BAB/
BA yang benar
b. Jelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK
Defisit perawatan Keluarga mampu/: Sp 1 (Tanggal ….)
diri Merawat anggota 1. identifikasi masalah dalam
keluarga yang merawat pasien dalam /
mengalami masalah dengan masalah :

10
DPD. a. kebersihan diri
Kriteria hasil: b. berdandan
Setelah…. Kali c. makan
pertemuan keluarga d. BAB / BAK
mampu meneruskan dan 2. jelaskan DPD
mendukung agar 3. jelaskan cara merawat
kemampuan pasien a. Kebersihan diri
dalam merawat dirinya b. Berdandan
meningkat c. Makan
d. BAB / BAK
4. Bermain peran cara
merawat
5. RTL keluarga untuk cara
merawat diri
Sp 2 (Tanggal)
1. Evaluasi Sp 1
2. Latihan keluarga merawat
langsung ke pasien
kebersihan diri dan
berdadan
3. RTL keluarga untuk
merawat pasien
Sp 3 (Tanggal ….)
1. Evaluasi Sp 2
2. Latihan keluarga langsung
merawat pasien cara
makan
3. RTL keluarga jadwal untuk
merawat pasien
Sp 4 (Tanggal …)
1. Evaluasi kemampuan
keluarga
2. Evaluasi kemampuan
pasien
11
3. RTL keluarga
a. Follow up
b. rujukan

A. Strategi penatalaksanaan tindakan keperawatan


1. SP I pasien
Hari/ tanggal :

Interaksi ke :

Kondisi klien : badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang

dan kotor, malas menarik diri, penampilan tidak rapi, dan


interaksi kurang.

Topik : diskusikan pentingnya kebersihan diri, cara- cara merawat diri


dan latih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri

Tujuan :

1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.


2. pasien mampu melakukan berhias secara baik
3. paisen mampu makan dengan baik
4. pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri

Tindakan :

1. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri


2. Menjelaskan alat-alat dan car-cara keberihan diri
3. Melatih pasien memperaktikan cara menjaga kebersihan diri
Tahap orientasi

“ Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat vesti, siapa namanya dan senang
di panggil apa? Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai jam 2
siang. Selama di rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak / ibu. Dari tadi

12
saya melihat bapak / ibu menggaruk- garuk badanya, gatal ya? Bagaimana kalau
kita bicara tentang kebersihan diri? Berapa lama kita berbicara? Bagaimana kalo
30 menit? Mau di mana ? disini saja ya ?

Tahap kerja

“Berapa kali bapak / inbu mandi dalam sehari? Apakah bapak / ibu sudah mandi
hari ini? Menurut bapak / ibu apa kegunaanya mandi? apa alasan bapak / ibu
sehingga tidak merasa suka merawat diri ? menurut bapak / ibu apa manfaatnya
kalau kita menjaga kebersihan diri?”

“ Kira- kira tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa? Badan
gatal, bau mulut, apa lagi…? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri,
masalah apa menurut bapak / ibu yang bisa muncul ? betul ada kudis, kutu dll.
Apa yang bapak / ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka ? kapan saja
bapak / ibu menyisir rambut ? bagaimana dengan mencuci muka ? apa maksud
dan tujuan berhias?”

“ berapa kali bercukur dalam seminggu ? kapan bapak terakhir bercukur apa
gunanya bercukur? Apa alat-alat yang diperlukan ? iya, sebaiknya bercukur 2 kali
seminggu. Nanti alat cukurnya minta dengan perawat ya ? berapa kali bapak / ibu
makan siang? Apa pula yang dilakukan setelah selesai makan ? betul, kita harus
sikat gigi setelah makan. Dimana biasanya bapak / ibu BAB / BAK? Bagaimana
membersihkannya ? iya, kita BAB / BAK harus di wc “

“ lalu jangan lupa membersihkan pakaian dan cuci tangan pakai air sabun!
Sebelum mandi apa yang di persiapkan ? benar sekali, bapak / ibu perlu
menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo, sabun, odol, sisir”

“ bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, perawat akan membimbing


bapak / ibu melakukanya. Sekarang buka pakaian dan siram seluruh tubuh bapak /
ibu termasuk rambut lalu ambil shampo , gosokan di rambut bapak / ibu sampai
berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali ! selanjutnya ambil sabun ,
gosokan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih,
jangan lupa sikat gigi bapak / ibu mulai dari depan, sampai belakang, atas
bawah, setelah itu kumur- kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh
tubuh bapak / ibu sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Bapak / ibu bagus

13
sekali melakukannya. Selanjutnya bapak / ibu pakai baju dan susir rambutnya
dengan baik.

Tahap terminasi

“ bagaimana perasaan bapak / ibu setelah mandi dan mengganti pakaian ? coba
bapak / ibu sebutkan lagi apa saja cara- cara mandi yang aik yang sudah bapak
/ibu lakukan tadi?”

“ bagaimana perasaan bapak / ibu setelah kita mendiskusikan tentang pentingnnya


kebersihan diri tadi ? sekarang coba B ulang lagi tanda- tanda kebersihan”

“ bagus sekali I mau berapa kali B mandi dan sikat gigi ? dua kali, pagi dan
malam, mari kita masukan ke dalam jadwal aktivitas harian !”

“ nah lakukan ya B. dan beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa di suruh, B
(bantuan)kalau diingatkan baru dilakukan , dan T (tidak) tidak melakukan. Baik
besok kita latihan lagi, untuk berdadan. B mau jam berapa ? bagaimana jika jam 7
pagi ? mau di mana ? bagaimana kalau di sini lagi. “ baiklah saya pamit dulu,
selamat pagi “

2. Sp 2 pasien
Hari/ tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : Badan bau, pakai kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan

kotor, kotor, malas, menarik diri, penampilan tidak rapi dan

interaksi kurang.

Topik : Latih bersama pasien untuk berhias

Tujuan : Pasien mampu berhias dengan baik

Tindakan : Matih pasien berhias (laki-laki): berpakaian, menyisir rambut dan

bercukur ( perempuan) : berhias, berpakaian, menyisir rambut.

14
a. Laki-laki
Tahap orientasi

“ selamat pagi bapak ? bagaimana perasaan bapak hari ini ? bapak sudah
mandi? Sudah di tanda di jadwal harinya ? hari ini kita akan latihan berhias
diri, mau di mana latihannya, bagaimana kalau di fuang tamu? Bagaimana
kalau 30 menit?

Tahap kerja

“ apa yang bapak lakukan setelah mandi ? apa bapak udah ganti baju ?
untuk berpakaian pilihlah pakaian bersih dan kering. Berganti pakaian yang
bersih 2 kali sehari. Sekarang coba bapak ganti baju ya, bagus seperti itu
apakah bapak menyisir rambut ? bagaimana cara bersisir ? coba kita
praktikan lihat ke cermin , bagus sekali ! apakah bapak suka bercukur ?
berapa kali sehari bercukur ? betul 2 kali seminggu. Tampaknya kumis dan
jenggot bapak sudah mulai panjang. Mari pak di rapikan, ya. Bagus 1”
(catatan : jenggot di rapikan bila pasien tidak memelihara janggut).

Tahap terminasi

“ bagaimana perasaan bapak setelah berhias. Coba pak, sebutkan cara


berhias diri yang baik sekali, selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi
berdadan pakai baju seperti tadi ya ! mari kita masukan, kedalam jadwal
kegiatan harian ! pagi jam berapa dan sore jam berapa ?

“ nanti siang kita latihan makan yang baik ya. Di ruang makan bersama
dengan teman bapak yang lain. Selamat pagi.”

b. Perempuan
Tahap orientasi

“ selamat pagi, bagaimana perasaan ibu pagi ini ? ibu sudah mandi? Sudah
ditandai di jadwal hariannya? Hari ini kita akan berhias diri supaya ibu
tampak rapi dan cantik. Mari kita mendekat ke cermin dan bawa alat-
alatnya (sisir, bedak, dan lipstik)

15
Tahap kerja

Sudahkah ibu mengganti pakaiannya setelah mandi ? bagus. Nah, sekarang


di sisir rambutnya yang rapi. Bagus ! apakah ibu bisa pakai bedak ? coba di
bedaki mukanya, yang rata dan tipis ya …. Bagus sekali ! ibu punya
lipstik ? mari di oleh tipis. Nah coba di lihat di kaca ! ”

Tahap terminasi

“ bagaimana perasaan ibu setelah berdadan”

“ ibu jadi tampak segar dan cantik, mari masukan ke dalam jadwal kegiatan
harian. Nanti siang kita akan latihan makan yang baik di ruang makan
bersama teman ibu yang lain ya ! sampai jumpa”

3. Sp 3 pasien
Hari/ tanggal :

Interaksi ke :

Kondisi pasien : penampilan sudah rapi, badan tidak bau, malas makan masih
berantakan

Topik : latihan makan secara mandiri

Tujuan : pasin mampu melakukan makan dengan baik (secara mandiri)

Tindakan :

1. Menjelaskan cara membersihkan makan

2. jelaskan makan yang tertib

3. menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan

4. memperaktikan makan sesuai dengan tahap makan

Tahap orientasi

“ selamat siang B, B tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan bagaimana
cara makan yang baik. Kita langsung di ruangan makan ya ! mari …. Itu sudah
datang makannya.”

16
Tahap kerja

“ bagaimana kebiasaan saat sebelum atau sesudah makan ? dimana B makan,


sebelum makan kita harus mencuci tangan dengan sabun ya. Mari kita praktikan !
bagus, setelah itu mari kita duduk dan ambil makan tetapi sebelum di santap kita
berdoa dulu. Silahkan B yang pimpin ! bagus!

“ mari kita makan ! saat makan kita harus menyuap makan satu persatu dengan
pelan-pelan. Ayo sayurnya juga di makan . setelah makan kita bereskan piring
dan gelas yang kotor. Ya betul, dan kita akhiri dengan cuci tangan ! ya bagus ! itu
suster A sedang membagi obat, coba B minta sendiri obatnya”

Tahap terminasi

“ bagaimana perasaan B setelah kita makan bersama-sama ? apa yang kita


lakukan saat makan (cuci makan , duduk yang baik, ambil, makanan, berdoa,
makan yang baik, cuci piring dan gelas lalu cuci tangan ). Nah coba B lakukan
seperti tadi setiap hari ketika makan, mau kita masukan kedalam jadwal ? besok
kita ketemu lagi untuk latihan BAB dan BAK yang baik, bagaimana jika pukul 10
? tempatnya di sini saja ya. Sampai jumpa.”

4. Sp 4 pasien
Hari/ tangal

Interaksi ke :

Kondisi pasien : Penampilan sudah rapi, badan tidak bau, tidak tau / mengerti
cara BAB/BAK yang baik

Topik : Latihan BAB / BAK secara mandiri

Tindakan :

1. Menjelaskan tempat BAB / BAK yang sesuai


2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB / BAK
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB / BAK
4. Menjelaskan pasien melakukan BAB / BAK secara mandiri

Tahap orientasi

17
“ selamat pagi B ? bagaimana perasaan B hari ini ? baik sudah di jadwalkan atau
jalankan jadwal kegiatan ? kita akan membicarakan tentang cara membuang air
besar dan air kecil yang baik. Ya hari ini kira-kira 30 menit. Di mana kita duduk ?

Tahap kerja

a.pasien laki-laki

“ di mana biasanya B BAB /BAK ? benar B BAB / BAK yang baik itu di wc /
kamar mandi atau tempat lain yang tertutup atau ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak boleh BAB / BAK di sembarang tempat

“ sekarang coba B jelaskan kepada saya bagaimana cara B cebok ? sudah bagus
ya B. yang di ingat saat mencebok B membersihkan bokong atau kemaluannya
dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja / air kencing yang masih di
tubuh. Setelah B selesai cebok jangan lupa tinja dan air kencingnya di siram
dengan air secukupnya sampai tinja dan air kencing itu tidak tersisa di wc. B
membersihkan tinja / air kencing seperti ini, berarti B ikut mencegah
menyuburkan kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran / air kencing.
Setelah selesai membersihkan tinja / air kencing B perlu merapikan kembali
pakaian sebelum keluar dari wc pastikan resleting celana telah di tutup rapi , lalu
cuci tangan menggunakan sabun.”

pasien perempuan

“ cara membilas yang bersih setelah B buang air yaitu dengan menyiramkan air
dari arah depan ke belakang jangan sebaliknya ya ! cara seperti ini berguna
mencegah masuknya kotoran / tinja yang ada di belakang ke bagian kemaluan
anda. Setelah B selesai cebok, jangan lupa B, tinja atau air kencing tersebut di
siram dengan air sampai dengan tinja / air kencing seperti ini berarti B ikut
mencegah penularan kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran / air kencing.
Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar wc, lalu mencuci tangan
dengan menggunakan sabun”

Tahap terminasi

18
“ bagaimana perasaan B setelah kita membicarakan tentang cara buang air besar /
kecil yang baik. Coba B jelaskan ulang tentang cara BAB / BAK yang baik !
bagus untuk selanjutnya B dapat melakukan cara – cara yang telah di jelaskan
tadi . nah , besok kita ketemu lagi untuk melihat sudah sejauh mana B bisa
melakukan jadwal kegiatannya. Sampai jumpa ”

5. Sp 1 Keluarga
Hari/ tangal :

Interaksi ke :

Kondisi pasien : Penampilan sudah tampak rapi, badan tidak bau, personal hygine
masih harus di dampingi

Topik : Memberikan penddikan kesehatan

Tujuan : Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah (DPD)

Tindakan :

1. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang di hadapi keluarga


dalam merawat pasien.
2. jelaskan tentang merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
DPD
Tahap orientasi

Selamat pagi pak / bu, saya perawat A, perawat yang merawat B, nama bapak /
ibu siapa ? baiklah saya mau bertanya sekitar tentang B ? apa pendapat bapak /
ibu tentang B ? baiklah hari ini kita akan berdiskusi tentang maslah yang di alami
B dan bantuan apa yang dapat di berikan. Berapa lama bapak / ibu mau
berdiskusi? bagaimana kalau 30 menit ? mari kita duduk di kantor.

Tahap kerja

19
“ apa saja masalah yang di alami bapak / ibu dalam merawat B ? perawatan utama
adalah kebersihan diri, berdandan, BAB serta BAK ”

“ perilaku yang ditunjukan B itu di karenakan gangguan jiwanya yang membuat


B tidak memiliki minat mengurus diri sendiri . baik saya akan jelaskan untuk
kebersihan diri, kami telah melatih B untuk mandi, keramas, gosok gigi, ganti
baju dan potong kuku. Kami harapkan bapak / I bu dapat menyediakan
peralatannya B juga memiliki jadwal pelaksanaanya untuk berhias kami harapkan
di motivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi. Untuk makan, sebaiknya
makan bersama dengan keluarga di rumah. B telah mengetahui langkah –
langkahnya, yaitu cuci tangan, ambil makan, berdoa, makan yang rapi, cuci piring
dan gelas lalu cuci tangan. Sebaiknya makan saat jam minum obat agar sehabis
makan langsung minum obta. B juga belajar BAB / BAK yang bersih kalau B
kurang motovasi dalam merawat diri apa yang bapak / ibu lakukan ? bapak / ibu
perlu mendampingnya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah B
sudah mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya jangan lupa
memberi pujian kepada B.”

“ apakah ada yang bapak/ ibu tanyakan ?”

Tahap terminasi

“ bagaimana perasaan ibu / bapak setelah kita bercakap – cakap tadi ? coba bapak
/ ibu sebutkan lagi apa saja yang di perhatikan dalam membantu B merawat diri.”

“baik, nanti bapak / ibu besuk lagi bisa di perhatikan dalam membantu B
merawat diri.”

“ dua hari lagi kita akan bertemu dan bapak / ibu akan saya dampingi untuk
memotivasi B dalam merawat diri .”

“baik bapak/ ibu jika tidak ada lagi yang di tanyakan, kita sudah dulu.

6. Sp 2 keluarga
Hari/ tangal :

20
Interaksi ke :

Kondisi pasien : Penampilan sudah rapi, badan tidak bau, personal hygine harus

di dampingi.

Topik : Latihan merawat diri

Tujuan : Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah defisit perawatan diri

Tindakan : Melatih keluarga cara merawat pasien

Tahap orientasi

“ selamat pagi bapak / ibu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang bertemu lagi. Bagaimana bapak / ibu ada pertanyaan tentang cara
merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu.”

“ sekarang kita akan latihan cara – cara merawat tersebut ya pak / bu ? kita akan
coba di sini dulu ya. Setelah itu baru kita coba langsung pada B ya.

Tahap kerja

“ sekarang anggap saja saya adalah B, coba bapak / ibu praktikan cara
memotivasi B untuk mandi, menyisir rambut, buang air dan makan.”

“ bagus, etul begitu caranya ! ”

“ sekarang coba praktikan cara memberi pujian kepada B. bagus ! bagaimana


kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai
jadwal.” Bagus ternyata bapak / ibu sudah mengerti cara merawat B. bagaimana
sekarang kita mencoba langsung kepada B ? (ulangi semua cara di atas langsung
pada pasien)

Tahap terminasi

“ bagaimana perasaan bapak / ibu setelah kita beralih cara merawat B ? setelah ini
coba bapak / ibu lakukan apa yang sudah kita latih tadi setiap kali bapak / ibu

21
membujuk B ? baiklah bagaimana kalo dua hari lagi bapak / ibu datang kembali
kesini dan kita akan mencoba lagi merawat B sampai bapak / ibu bisa kemari ?
baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini yank pak / bu, sampai jumpa.”

7. Sp 3 keluarga
Hari/ tangal :

Interaksi ke :

Kondisi pasien: Penampilan sudah rapi, badan tidak bau, personal hygine masih

harus di dampingi

Tujuan :Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang mengalami deficit

perawatan diri

Tindakan : Membuat perencanaan pulang dengan keluarga

Tahap orientasi

“ selamat pagi bapak / ibu, hari ini B sudah boleh pulang. Oleh karena itu, perlu
di bicarakan jadwal B selama di rumah ? bagaimana pak / bu. Selama bapak / ibu
membesuk, apakah sudah terus di latih cara merawatnya ? nah sekarang mari kita
bicarakan jadwal di rumah tersebut di isi ya ! ”

Tahap kerja

“ pak / bu ini jadwal kegiatan di rumah sakit, coba coba perhatikan apakah dapat
dilaksanakan di rumah. Jadwal yang dibuat di rumah sakit tolong di lanjutkan di
rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya ?

“ hal – hal yang yang perlu di perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di
tampilkan oleh anak bapak / ibu selama di rumah jika misalnya B menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain segera
hubungi perawat s di puskesmas indra puri, puskesmas terdekat dari rumah bapak
/ ibu ini nomor telponya (0541)xxxx.”

“ selanjutnya suster s yang akan membantu memantau perkembangan B selama di


rumah”

22
Tahap terminasi

“ bagaimana pak / bu ada yang belum jelas ? ini jadwal harian B untuk di bawa
pulang. Dan ini surat rujukan untuk suser di puskesmas indra puri. Jangan lupa
kontrol ke puskesmas sebelum obat habis atau gejala – gejala yang tampak.
Silahkan selesaikan administrasinya.

Evaluasi
1. Pasien dapat menyebutkan hal berikut:
a. Penyebab tidak merawat diri.
b. Manfaat menjaga perawatan diri.
c. Tanda -tanda bersih dan rapi
d. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak di perhatikan.
2. Pasien dapat melaksanakan perawatan secara mandiri dalam hal berikut:
a. Kebersihan diri
b. Berdandan
c. Makan
d. BAB/BAK
3. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri.
a. Keluarga menyediakan alat-alat perawatan diri.
b. Keluarga ikut serta mendampingi pasien dalam perawatan diri.

23
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi. Defisit
perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa.
Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidak pedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat. Jenis-jenis defisit perawatan diri adalah
sebagai berikut Defisit perawatan diri: mandi, Defisit perawatan diri: berpakaian,
Defisit perawatan diri: makan, Defisit perawatan diri: eliminasi.

B. SARAN
Sebagai seorang perawat kita harus dapat mengidentifikasi masalah apa saja yang
terjadi pada pasien dan Berusaha memberikan alternatif penyelesaian masalah klien

24
dengan mampu mendiagnosis serta melakukan intervensi yang te[at pada pasien yang
mengalami masalah kesehatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Ah. Fitriansyah, Rizky PK. Nihayati, Hanik Endang. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika 2015
Keliat, Anna Budi, 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:EGC
Damayanti, Mikripah., Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama
https://id.scribd.com/document/365598177//Defisit-Perawatan-Diri-Askep

26

Anda mungkin juga menyukai