Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

1. Hilda Azzahra Ghadafi (202002030060)


2. Shinta Deviana Putri ( 202002030089 )
3. Ma’ruf Islamudin ( 202002030091 )
4. Zolanda Astania Yogbat Ika ( 202002030098 )
5. Rizqiana Aulia Purnami ( 202002030103 )
6. Rika Amalia Dewi ( 202002030104 )
7. Putri Mulyaning Arti ( 202002030105 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul "Asuhan Keperwatan Klien yang Mengalami Defisit
Perawatan Diri" dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, diharapkan
saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan kegiatan ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.

Pekalongan, 27 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi individu baik yang
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu
yang sehat jiwa ini meliputi menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu
menghadapi problem maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang lain
(Keliat,dkk.2007).

Defisit perawatan diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau menyelesaikan
aktifitas perawatn diri ( SDKI, 2016 ). Defisit perawatan diri meliputi ketidakmampuan
dalam melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi, dan
lingkungan. Kebersihan diri adalah ketidakmampuan melakukan permbersihan diri secara
seksama dan mandiri. Berpakaian adalah ketidakmampuan untuk mengenakan atau
melepas pakaian secara mandiri ( NANDA – I 2018.) Makan dan minum adalah
ketidakmampuan makan secara mandiri ( NANDA-2018.) Eliminasi adalah ketidakmampuan
untuk melakukan secara mandiri tugas yang berkaitan dengan eliminasi vekal dan urun
( NANDA-2018.)

Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa sekitar

450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga diantaranya
terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh peneliti di Harvard University dan
University College London, mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32%
dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun
sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah
penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan
jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya
mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan
jiwa, dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah
gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2
sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan
masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
penderita (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas perawatan diri menurun.

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan


kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya
sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan
emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik
hygiene klien.

Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan


klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan
terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis
membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji
pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.


b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB)
(Damaiyanti, 2012).

Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam melengkapi
kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar,
2012).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

Defisit perawatan diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatn diri ( SDKI,
2016 ). Defisit perawatan diri meliputi ketidakmampuan dalam melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan
dan minum, eliminasi, dan lingkungan. Kebersihan diri adalah ketidakmampuan melakukan permbersihan diri
secara seksama dan mandiri. Berpakaian adalah ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian
secara mandiri ( NANDA – I 2018.) Makan dan minum adalah ketidakmampuan makan secara mandiri
( NANDA-2018.) Eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri tugas yang berkaitan
dengan eliminasi vekal dan urun ( NANDA-2018.)

B. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik
dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan
Realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a. Fisik

i. Badan bau, pakaian kotor.

ii. Rambut dan kulit kotor.

iii. Kuku panjang dan kotor.

iv. Gigi kotor disertai mulut bau.

v. Penampilan tidak rapi.

b. Psikologis

i. Malas, tidak ada inisiatif.

ii. Menarik diri, isolasi diri.

iii. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

i. Interaksi kurang.

ii. Kegiatan kurang.

iii. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.


iv. Cara makan tidak teratur.

v. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

D. Jenis – Jenis

Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :

a. Defisit perawatan diri : mandi

Hambatankemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan


diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias
untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.

d. Defisit perawatan diri : eliminasi

Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.

E. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

a. Obat anti psikosis : Penotizin.

b. Obat anti depresi : Amitripilin.

c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.

d. Obat anti insomia : phnebarbital.

b. Terapi

a. Terapi Keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.

2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.

3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.

4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas lainnya,
dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian
orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus
dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.

2) Menjaga kebersihan diri.

3) Tata cara makan dan minum.

4) Tata cara eliminasi.

5) Tata cara berhias.

c. Terapi Musik

Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

F. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak terpeliharanya kebersihan
perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut muhith A,( 2015 ) pengkajian ialah tahapan dini serta dasar utama dari sesuatu proses keperawatan yang
menggambarkan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan dari bermacam sumber yang bisa dipakai selaku
penilaian serta identifikasi status kesehatan penderita.
- Identitas
Di dalam sebuah pengkajian tugas yang harus dilakukan perawata, yaitu:
a. perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak denganklien tentang nama perawat, nama
klien, panggilan perawat, panggilan klien,tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan
dibicarakan.Kemudian usia dan No RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat
- Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluargaa.
1. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
3. Bagaimana hasilnya ?
- Faktor predisposisi
1. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
2. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalamiatau menyaksikan penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
3. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya yang mengalami gangguan
jiwa.
4. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak menyenangkan (kegagalan, kehilangan,
perpisahan, kematian, traumaselama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.
- Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasaknoleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan yang ada.
e. Masalah keperawatan di tulis dengan data yang ada
- Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
- Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
- Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
i. Kegiatan di luar rumah
- Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
- Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimilki klien, beri
uraian spesifik, singkat dan jelas.
- Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien
simpulkan dalam masalah.
- Aspek medis
Tuliskan diagnosa medis klien yang telah di rumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan
klien saat ini , baik obat fisik, psiko farmako dan obat lainya.
- Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif dandata objektif.
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
- Daftar diagnosis keperwatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi) berdasarkan pohon masalah.
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
B. Diagnosa
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis dan atau psikotik
d. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
C. Intervansi
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psiokologis dan atau psikotik
Implementasi :
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam masalah defisit perawatan diri dapat teratasi, dengan hasil:
1. Kemampuan pasien meningkat
2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
4. Kemampuan mempertahankan kebersihan diri meningkat
5. Minat dan melakukan perawatan diri meningkat
Tindakan :
1. Obeservasi:
- Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan

2. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana hangat, rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitsi kemandirian, bantu jika tidak mampu
3. Edukasi
- Anjurkan untuk melakukan peawatan diri secara konsisten
Rasional :
1. Observasi
 Untuk dapat mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia klien
 Untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian klien
 Untuk dapat mengetahuikebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
dari klien
2. Terapeutik
 Untuk dapat menyediakan lingkungan yang terapeutik seperti suasana yang hangat, rileks dan
privasi dari klien
 Untuk dapat mendukungmenyediakan keperluan klien seperti parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi
 Untuk mendapat mendapingi melakukan perawatan diri sampai mandi dari klien
 Untuk dapat memfasilitasi menerima keadaan ketergantungan dari klien
 Untuk dapat memfasilitasi kemandirian dari klien, bantu klien jika klien tidak dapat melakukan
perawatan diri
3. Edukasi
 Untuk dapat menganjurkan klien melakukan perawatan diri sesuai kemampuan
BAB III
PENUTUP
A. Saran
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan perhatian yang lebih dalam
perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan klien dapatlebih meningkat lebih baik. Klien yang sering
menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang di gunakan sebagai
landasan untuk membina saling percaya sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatkan dalam kegiatan dan di
temani setiap tindakan yang lebih. Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi
focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan
dirimembutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien.
B. Kesimpulan
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakanoleh dokter dan perawat mau
dan mampu untuk mengikuti guna kesembuhan klien.Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Qurrotulaini, Cintianova. 2021. Asuhan Keperwatan Jiwa Pada Tn. S Dengan Defisit Perawatan Diri di Perumahan Genuk
Indah Semarang. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/D3%20Ilmu%20Keperawatan_40901800015_fullpdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai