Anda di halaman 1dari 4

RESUME

“DEFISIT PERAWATAN DIRI”

KEPERAWATAN JIWA 2

DOSEN PENGAMPU:

Nor Afni Oktavia, Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Finka Safitry

(2014201110067)

SEMESTER/KELAS: V/A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


RESUME

A. Definisi

Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam kebersihan diri, makan,


berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri
(T.Heather Herdman, 2018).

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan


dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).

Menurut Thomas (2012) defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala
yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi
sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya
mengalami defisit perawatan diri, gangguan jiwa lain yang sering juga disertai
dengan gejala halusinasi adalah gangguan Manik Depresif dan Delirium
(Hardiyah, 2010).

B. Etiologi

Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri Menurut Depkes (2000, dalam
Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013),

faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1) Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Manifestasi klinis

Menurut (Yusuf, Rizky, 2015) Untuk mengetahui apakah pasien mengalami


masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui
observasi pada pasien yaitu sebagai berikut:

1) Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
2) Ketidakmampuan berhias atau berdandan ditandai dengan rambut acakacakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, serta pada pasien wanita tidak berdandan.
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB
atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK. Klien memiliki ketergantungan kepada orang tuanya terkait pemenuhan
kebutuhan diri seperti makan, mandi. Tingkat ketergantungan dari klien adalah
sebagian karena klien dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan tetapi kurang
maksimal, seperti berantakan ketika makan, mandi tetapi tidak menggunakan sabun
dan kurangnya kemampuan untuk berpakaian (Erlando, 2019).
D. Penaganan
Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri Klien dengan gangguan defisit
perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis, karena hanya mengalami
gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik atau dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.Menurut NANDA
NIC-NOC (2010) penatalaksanaan deficit perawatan diri yaitu:
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3) Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
4) Ciptakan lingkungan yang mendukung.

Anda mungkin juga menyukai