Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri

II. TINJAUAN TEORI


A. PENGERTIAN
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam: Kebersihan
diri, makan, barpakaian, berhias diri,makan sendiri,buang air besar atau
kecil sendiri (toiletang), (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara
mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya .
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri. Tidak ada keinginan
untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Jenis–Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4.  Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :
2004, 79)

B. ETIOLOGI
 Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
 Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi


Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. POHON MASALAH
Resiko tinggi kekerasan
Defisit
perawatan diri

Resiko tinggi gangguan persepsi


Jarang mandi, mandi jika sensori : halusinasi pendengaran
dipaksa

Kerusakan interaksi social :


menarik diri

Gangguan konsep diri : harga


diri rendah

Koping keluarga inefektif


D. TANDA GEJALA
Tanda dan Gejala Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri
menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian, meggunakan alat
tambahan, emngguakan kancig tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskkan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
meggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah
lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan
menurut cara diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah
BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil
(Mukhripah & Iskandar, 2012:149-150).
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri yaitu:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Manarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarangan tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri (Mukhripah &
Iskandar, 2012:150).

E. PENENTUAN DIAGNOSA
 TANDA MAYOR (harus terdapat satu atau lebih)
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejalaklien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor.Rambut dan kulit kotor.Kukupanjang dan
kotorGigi kotor disertai mulut bau serta penampilan tidakrapi.
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.Menarik diri, isolasi diri.Merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
Interaksi kurang.Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilakusesuai
norma.Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

 TANDA MINOR (mungkin terdapat)


1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade,
2011:154) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
d. BHSP (bina hubungan saling percaya)

G. PERUMUSAN DIAGNOSA
Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi) , berdandan , makan,
BAB/BAK (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:155).
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Dioagnosa Perencanaan Kriteria evaluasai
keperawatan Intervensi Tujuan
Defisit perawatan TUM: Pasien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan
diri memelihara bersahabat, menun- saling percaya
kesehatan diri jukkan rasa senang, dengan prinsip
secara mandiri klien bersedia komunikasi
berjabat tangan, terapeutik
TUK: klien bersedia 1. Sapa klien
1. Klien dapat menyebutkan dengan ramah
membina hubungan nama, ada kontak baik verbal
saling percaya mata, klien bersedia maupun
duduk berdam- nonverbal
pingan dengan 2. Perkenalkan diri
perawat, klien dengan sopan
bersedia 3. Tanyakan nama
mengutarakan lengkap klien dan
masalah yang nama panggilan
dihadapinya 4. Jelaskan tujuan
pertemuan
5. Jujur dan
menepati janji
6. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
7. Beri perhatian
pada pemenuhan
kebutuhan dasar
klien
2. Mengidentifikasi Klien dapat 1. Kaji pengetahuan
kebersihan diri menyebutkan klien tentang
klien. dirinya kebersihan diri
dan tandanya
2. Beri kesempatan
klien untuk
menjawab
pertanyan
3. Berikan pujian
terhadap
kemampuan klien
menawab
pertanyaan.
3. Menjelaskan Klien dapat 1. Menjelaskan
pentingnya memahami pentingnya
kebersihan diri pentinya kebersihan kebersihan diri
diri 2. Meminta klien
menjelaskan
kembali
pentingnya
kebersihan diri
3. Diskusikan
dengan klien
tentang tentang
kebersihan diri
4. Beri penguatan
positif atas
jawabannya
4. Menjelaskan Klien dapat 1. Menjelaskan alat
peralatan yang menyebutkan dan yang dibutuhkan
digunakan untuk dapat dan cara
menjaga kebersihan mendemonstrasikan member-sihkan
diri dan cara dengan alat diri
melakukan kebersihan 2. Memperagakan
kebersihan diri cara membersih-
kan diri dan
mempergunakan
alat untuk mem-
bersihkan diri
3. Meminta klien
untuk mempera-
gakan ulang alat
dan cara keber-
sihan diri
4. Beri pujian
positif terhadap
klien
5. Menjelaskan cara Klien dapat 1. Menjelaskan cara
makan yang benar mengerti cara makan yang
makan yang benar benar
2. Beri kesempatan
klien untuk ber-
tanya dan mende-
monstrasi kan
cara benar
3. Memberikan
pujian positif
terhadap klien
6. Menjelasakan Klien dapat 1. Menjelaskan cara
cara mandi yang mengerti cara mandi yang benar
benar mandi yang benar 2. Beri kesempatan
klien untuk berta-
nya dan mende-
monstrasi kan
cara yang benar
3. Memberi pujian
positif terhdap
klien
7. Menjelaskan cara Klien dapat 1. Menelskan cara
berdandan yang mengerti cara berdandan yang
benar berdandan yang benar
benar 2. Beri kesempatan
klien untuk
bertanya dan
mendemonstrasi
kan cara yang
benar
3. Memberi pujian
positif terhdap
klien
8. Menjelaskan cara Klien dapat 1. Menjelaskan cara
toileting yang benar toileting yang benar toileting yang
benar
2. Beri kesempatan
klien untuk berta-
nya dan mende-
monstrasi kan
cara yang benar
3. Memberi pujian
positif terhdap
klien
9. Mendiskusikan Keluarga dapat 1. Menjelsakan
masalah yang mengerti tentang kepada keluarga
dirasakan merawat klien tentang
pengertian tanda
dan gejala tanda
defisit perawatan
diri, dan jenis
perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Faisal, M. D,dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.J Dengan


Gangguan Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri Dan Pakaian/Berhias
Di Ruangan Abimanyu Rsj Daerah Surakarta.
Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia.
Penedendi Novita,dkk. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit
Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien Di
Rsj. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado Tahun 2016.
Susanti Rifi,dkk. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit
Perawatan Diri
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : Klien terlihat tidak bersih, rambut kotor, gigi kotor, berbau,
serta kuku panjang dan kotor. Pakaian klien terlihat kotor dan tidak
berdandan. Klien makan berceceran, selain itu makannya juga tidak pada
tempatnya. Klien suka BAB/BAK tidak pada tempatnya dan juga tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
2. Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai
berikut.
 Ekpresi wajah bersahabat.
 Menunjukan rasa senang
 Klien bersedia berjabat tangan
 Klien bersedia menyebutkan nama
 Ada kontak mata
 Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
 Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b)  Mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan, makan, dan BAB/BAK.
c)  Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
d)  Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri
dan cara melakukan kebersihan diri
e)  Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.

4. Tindakan keperawatan:
a)  Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukan sikat empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien.
b)  Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri,
berdandan, makan, dan BAB/BAK.
c)  Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberika penjelasan
terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya meminta klien
menjelaskan kembali pentingnya kebersihan diri.
d) Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri,
dengan tahapan tindakan sebagai berikut
1) Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri.
2) Peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk
membersihkan diri.
3) Minta klien untuk memperagakan ulang dan cara kebersuhan diri.
4) Masukan dalam jadwal kegiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
”Selamat pagi Bu. Nama saya neny. Ibu boleh panggil saya neny. Saya
mahasiswa keperawatan di STIKes. Saya sedang praktek disini dari pukul
08.00-13.00 WIB siang. Nama ibu siapa ya? Senangnya di panggil dengan
sebutan apa?
b. Evaluasi/validasi
”bagaimana perasaan ibu E hari ini ? bagaimana tidurnya semalam? Ada
keluhan?”
c. Kontrak:
Topik : ” Apakah ibu E tidak keberatan untuk ngobrol dengan
saya menurut ibu sebaiknya kita ngobrol tentang apa ? bagaimana kalau
kita ngobrol tentang kebersihan diri ?”
Waktu : ”berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol ?ibu E maunya
berapa menit ? Bagaimana kalau 10 menit ? bisa ?”
Tempat : ”dimana kita duduk ? Di teras, di kursi panjang itu, atau
dimana ?”

2. FASE KERJA :
”Berapa kali ibu E membersihkan diri dalam sehari? Apakah ibu E
sudah mandi hari ini? Menurut ibu E apa kegunaannya mandi ? Apa
alasan ibu E sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut ibu, apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda
orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan
gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut ibu E yang bisa muncul ?” Betul
ada kudis, kutu...dsb”
“Apakah suka berdandan? Apa yang ibu E lakukan untuk merawat
rambut dan muka? Kapan saja ibu E menyisir rambut? Bagaimana
dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?
“Berapa kali ibu E makan sehari? Alat apa yang Ibu gunakan pada
saat makan, menggunakan tangan atau sendok? apa pula yang
dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”
“Apakah Ibu selalu ke kamar mandi jika Ibu ingin BAB/BAK?
Bagaimana membersihkannya? Iya... kita kencing dan berak harus di
WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan
pakai air dan sabun. Apakah Ibu tahu tentang alat-alat yang digunakan
untuk membersihkan diri? Benar sekali.. ibu E perlu menyiapkan
pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.
“Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan
membimbing ibu E melakukannya. Sekarang ibu E siram seluruh tubuh
ibu E termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala ibu
sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya
ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram
dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya
disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi ibu E mulai
dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih.
Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu E sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. bagus sekali melakukannya. Selanjutnya ibu E pakai
baju dan sisir rambutnya dengan baik.”

3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
”Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa
senang atau tidak dengan latihan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
”Setelah kita berdiskusi panjang lebar, coba sekarang Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan
diri?”
b. Rencana Tindak Lanjut
”Kalau Ibu sudah tahu cara membersihkan diri, nanti sat jam 17.00 coba
Ibu praktikkan penjelasan saya tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Ibu, Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang
bagaimana cara menjaga kebersihan mulut?”
Waktu : ”Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam
09.30 WIB, Bisa ?”
Tempat : ”Kira-kita tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana
ya, apa masih disini atau cari tempat lain? Sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai