Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
SISWA KELAS XI SMA

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
AJI FERI SANDI
NIM 150311605190

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
DESEMBER 2018

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................. 3


B. Rumusan Masalah ........................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 3
E. Batasan masalah ........................................................... 4
F. Definisi operasional ...................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model pembelajaran problem solving........................... 5


B. Metode problem based learning................................... 6
C. Sistem persamaan linear tiga variabel .......................... 7
D. Berpikir kreatif ............................................................. 8

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................... 11


B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling........................ 11
C. Instrumen Penelitian ..................................................... 12
D. Data dan Sumber Data................................................... 12
E. Prosedur Pengumpulan Data......................................... 13
F. Analisis Data................................................................. 13
G. Pengecekan Keabsahan Data......................................... 13

2
BAB 1

PENDAHULAN

A. Latar belakang
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan
sumber daya bergantung pada pendidikan. Pembaharuan pendidikan harus terus
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.
Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah pengembangan model
pembelajaran. Model pembelajaran menentukan keaktifan siswa dan hasil nilai. Selama
ini model pembelajaran dikelas berpusat pada guru, oleh karena itu diperlukan
pengembangan model dalam pengajaran matematika.
Matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari teknologi modern.
Sedangkan di sekolah mata pelajaran matematika kurang diminati oleh siswa. Salah satu
materi yang sulit dipahami adalah sistem persamaan linear tiga variabel. Oleh karena itu
diperlukan model pembelajaran yang langsung melibatkan siswa dengan model
pembelajaran discovery learning.
Dari pengalaman saya saat sekolah guru hanya menggunakan metode ceramah
dan memberikan contoh soal yang dikerjakan sendiri tanpa menyuruh siswa untuk
memecahkan masalah tersebut sehingga siswa kurang paham dalam penyelesaian
masalah.Dari pengalaman saya alangkah baiknya guru memberi masalah dan
membimbing siswa menyelesaikan masalah sistem persamaan linear tiga variabel
sehingga siswa menemukan konsep penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel
itu sendiri sehingga model pembelajaran penemuan sangat cocok untuk pembelajaran
materi sistem persamaan linear tiga variabel.
Untuk mengerjakan soal sistem persamaan linear tiga variabel dibutuhkan
pemikiran kreatif yang mampu mengkombinasikan konsep-konsep yang sudah pernah
dipelajari. soal sistem persamaan linear tiga variabel cukup bervarasi sehingga model
pembelajaran discovery learning sangat cocok untuk pembelajaran materi sistem
persamaan linear tiga variabel.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas XI dalam perbelajaran sistem persamaan linear tiga variabel menggunakan model
pembelajaran discovery learning?”
C. Tujuan penelitian

3
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas XI dalam pembelajaran sistem persamaan linear tiga variabel menggunakan model
pembelajaran discovery learning.

D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimabangan untuk menentukan model yang akan digunakan
2. Bagi siswa, penelitian ini dapat mengurangi kejenuhan karena model yang monoton

E. BATASAN MASALAH
Pembelajaran dibatasi pada penggunaan model pembelajaran discovery learning dalam
materi sistem persamaan linear tiga variabel. Demikian juga hasil belajar yang akan
diteliti dibatasi pada kepampuan berpikir kreatif matematika. Sedangkan siswa yang
diteliti adalah siswa kelas XI semester ganjil SMAN 1 Dampit.
F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Model pembelajaran discovery leaning
Model pembelajaran problem solving adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi apabila materi pembelajaran tidak disajikan dalam
bentuk final, tetapi diharapkan peserta didik itu sendiri yang mengorganisasi sendiri.
2. Sistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabel adalah kumpulan persamaan yang memiliki
variabel dengan masing masing variabel berderajat satu.
3. Berpikir kreatif
Berpikir kreatif adalah berpikir secara logis dan divergen untuk menghasilkan
sesuatu yang baru.

4
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Model pembelajaran discovery learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64)
discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014: 97) mengungkapkan bahwa
discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang
diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014: 282) bahwa discovery
learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan
tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir
analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Wilcox ( 2014:
281) menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong
untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri.
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman
langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu
disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar
yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan.
Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui
pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner (dalam Kemendikbud,
2013b: 4) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif

5
jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi
aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.
Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan
dari guru ke modus discovery, siswa menemukan informasi sendiri. Sardiman (dalam
Kemendikbud, 2013b: 4) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model
discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing
dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu proses pembelajaran
yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa
terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang
belum diketahuinya.

B. SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL


Sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV) merupakan bentuk perluasan
dari sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Sistem persamaan linear
tiga variabel adalah suatu persamaan matematika yang terdiri atas 3 persamaan
linear yang masing-masing persamaan bervariabel tiga. Bentuk umum system
persamaan linear tiga variabel adalah ax +by +cz =d , dimana a , b , c koifisien,
x , y , z variabel dan d adalah konstanta.
Suatu persamaan dikatakan sistem persamaan linear tiga variabel apabila
memiliki karakteristik sebagai berikut.
3. Menggunakan relasi tanda sama dengan (=).
4. Memiliki tiga variabel.
5. Ketiga variabel tersebut memiliki derajat satu (berpangkat satu).

System persamaan linear tiga variabel memiliki komponen yaitu suku,


variabel, koefisien, konstanta.

1. Suku

6
Suku adalah bagian dari suatu bentuk aljabar yang terdiri dari
variabel, koefisien dan konstanta. Setiap suku dipisahkan dengan tanda baca
penjumlahan ataupun pengurangan.
Contoh : 3 x+5 y −z=76 maka suku suku dari persamaan tersebut adalah
3 x , 5 y ,−¿ z,76
2. Varibel
Variabel adalah peubah atau pengganti suatu bilangan yang biasanya
dilambangkan dengan huruf seperti x, y dan z.
Contoh: 3 x+ 5 y −z=76, maka variabelnya adalah x , y , z.
3. Koefisien
Koefisien adalah suatu bilangan yang menyatakan banyaknya suatu
jumlah variabel yang sejenis. Koefisien disebut juga dengan bilangan yang
ada di depan variabel, karena penulisan sebuah persamaan koefisien berada
di depan variabel.
Contoh : 3 x+5 y −z=76, maka koefisien dari persamaan tersebut adalah
3,5 ,−1 .
4. Konstanta
Konstanta adalah bilangan yang tidak diikuti dengan variabel, sehingga
nilainya tetap atau konstan untuk berapapun nilai variabel atau peubahnya.
Contoh : 3 x+5 y −z=76, maka konstanta dari persamaan tersebut adalah 76 .
Penyelesaian sistem persamaan persamaan linear tiga variabel memiliki 5
metode yaitu :
1. Metode eliminasi
2. Metode subtitusi
3. Metode campuran eliminasi dan subtitusi
4. Metode determinan
5. Metode invers matriks
D. Berpikir kreatif
Berpikir adalah suatu kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang
telah diperoleh melalui indra dan ditujukan untuk mencapai kebenaran Rakhmat
(1991: 138). Maxwell (2004: 82) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas
mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat
keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah
pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.
Menurut Khodijah (2006: 81) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara
yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso, (2006: 94)
berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk
melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut
mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

7
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan
konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir
mencakup banyak aktivitas mental.
Berpikir adalah suatu aktivitas mental. Proses berpikir manusia memiliki
dua ciri utama, yaitu:
a. Covert / unobservable (tidak terlihat).
Proses berpikir terjadi pada otak manusia dan secara fisik tidak dapat
dilihat prosesnya (dalam pengertian pemrosesan informasinya). Sejumlah
ahli yang mencoba memantau proses berpikir secara fisik hanya
menemukan aktivitas listrik arus lemah dan proses kimiawi pada otak
manusia yang sedang berpikir.
Dengan demikian, proses pengolahan informasi tak dapat diamati dan
dilihat secara fisik maupun secara kimiawi. Pengolahan makna, baik
semantic maupun visual bersifat abstrak sehingga tidak dapat dideteks
denan panca indera.
b. Symbolic (melibatkan manipulasi dan penggunaan simbol)
Dalam berpikir, manusia mengolah (memanipulasikan) informasi yang
berupa symbol-simbol, (baik simbol verbal maupun visual). Simbol-simbol
itu akan memberikan makna pada informasi yang diolah.

Kata “Kreatif” merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris To Create,
yang merupakan singkatan dari Combine (menggabungkan), Reverse
(membalik), Eliminate (menghilangkan), Alternatif (kemungkinan), Twist
(memutar), Elaborate (memerinci).
Menurut Utami Munandar (1999: 20) menerangkan bahwa kreativitas
adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan.
Menurut Drevdahl (1999: 98) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya
baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya.
Menurut Sternberg (2007) seseorang yang kreatif adalah seorang yang
dapat berpikir secara sintesis artinya dapat melihat hubungan-hubungan di
mana orang lain tidak mampu melihatnya yang mempunyai kemampuan untuk
menganalisis ide-idenya sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya
pribadinya, mampu menterjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke dalam

8
ide-ide praktis, sehingga individu mampu meyakinkan orang lain mengenai ide-
ide yang akan dikerjakannya.
Berpikir kreatif sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang
dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya Munandar (1999: 25). berpikir kreatif adalah suatu kemampuan
seseorang untuk menciptakan ide atau gagasan baru sehingga membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagi tujuan dalam hidupnya Maxwell
(2004: 136).
Berpikir kreatif mempunyai beberapa mekanisme atau proses yang harus
dilalui. Menurut para psikolog, ada lima tahap berpikir kreatif, diantaranya:
1. Orientasi
masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diindentifikasi.
2. Preparasi
berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan
dengan masalah.
3. Inkubasi
proses pemberhentian sementara ketika berbagai masalah berhadapan
dengan jalan buntu. Tetapi mekipun begitu, proses berpikir berlangsung
terus dalam jiwa bawah sadar.
4. Iluminasi
ketika masa inkubasi berakhir dengan ditemukannya solusi untuk
memecahkan masalah.
5. Verifikasi
tahap untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang
diajukan pada tahap keempat.

BAB 3

9
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas
dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara
singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktik praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 dampit. Waktu penelitian dilakukan
pada semester gasal tahun ajaran 2019/2020.
C. Subjek penelitian
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1
dampit dan peneliti.
D. Pelaksana dan kolaborator
Kolaborator adalah kerjasama antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan
lain-lain) serta peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Melalui kerja
sama, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi.
Terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan
tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil dan menyusun laporan akhir.2 Yang
menjadi kolaborator di sini adalah guru XI SMA Negeri 1 dampit dan peneliti yaitu Aji
ferisandi.
E. Rencana penelitian
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan
yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Adapun model dan
penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

10
Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan
Perecanaan

Refleksi SIKLUS 2 Pelaksanaan


Pengamatan

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara rinci prosedur
penelitian tindakan ini sebagai berikut:
a. Siklus 1
1) Perencanaan
a) Merencanakan proses pelaksanaan discovery learning pada mata pelajaran
matematika materi pokok sistem persamaan linear tiga variabel
b) Mengembangkan skenario model pembelajaran dengan membuat RPP.
c) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa)
d) Menyusun kuis (tes)
2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu melaksanakan proses pembelajaran
discovery learning pada mata pelajaran matematika materi pokok sistem
persamaan linear tiga variabel yang telah direncanakan diantaranya:
a) Guru membuka pelajaran.
b) Memperkenalkan topik pembelajaran

11
c) Memberikan nomor kartu id kepada siswa berdasarkan nomor seri
d) Mengingat sistem persamaan linear dua variabel.
e) Memberikan pertanyaan untuk membimbing siswa ke sistem persamaan linear
tiga variabel.
f) Buat kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa.
g) Bagikan lembar kerja siswa untuk siswa dalam kelompok.
h) Jelaskan kegiatan belajar di lembar kerja, masalah yang harus dipecahkan oleh
siswa.
i) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas
dan yang lain mengoreksi jawabannya, dan segera.
j) Tanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami dalam
menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linear tiga variabel.
k) Kuis
3) Observasi
mengamati kemampuan berfikir kreatif peserta didik pada proses
pelaksanaan discovery learning pada mata pelajaran matematika materi pokok
sistem persamaan linear tiga variabel.
4) Refleksi
a) Meneliti hasil kerja siswa terhadap kuis yang diberikan.
b) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara
terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I.
c) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan
kegiatan penelitian dalam siklus II.
b. Siklus 2
Setelah melakukan evaluasi tindakan 1, maka dilakukan tindakan 2. Langkah-
langkah siklus 2 adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
a) Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang dialami pada siklus
sebelumnya.
b) Mengembangkan skenario model pembelajaran dengan membuat RPP.
c) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa)

12
d) Menyusun kuis (tes)
2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu Pengembangan rencana
tindakan II dengan melaksanakan tindakan upaya lebih meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses pelaksanaan discovery learning
pada mata pelajaran matematika materi pokok sistem persamaan linear tiga
variabel yang telah direncanakan.
3) Observasi
mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan model pembelajaran,
mendiskusikan tentang tindakan II yang telah dilakukan mencatat kelemahan baik
ketidaksesuaian antara skenario dengan respon dari siswa yang mungkin tidak
diharapkan.
4) Refleksi
a) Meneliti hasil kerja siswa terhadap kuis yang diberikan.
b) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara
terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus II.
c) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan
kegiatan penelitian dalam siklus berikutnya.
F. Teknik pengumpulan data
1. Jenis data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif yang terdiri dari:
1) Data tentang kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
2) Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru.
3) Data tentang evaluasi hasil belajar peserta didik.
2. Teknik pengumpulan data
1) Metode observasi
Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan
data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak

13
terlalu besar. Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara
mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas peserta didik dalam proses
pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika materi pokok sistem
persamaan linear tiga variabel sebelum dan sesudah menggunakan discovery
learning.
2) Metode tes
Metode tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah menggunakan discovery learning pada mata pelajaran matematika
materi pokok sistem persamaan linear tiga variabel sebagai bentuk evaluasi.
3) Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai seluk beluk
proses pembelajaran mata pelajaran matematika materi pokok sistem persamaan
linear tiga variabel dengan menggunakan discovery learning seperti RPP, LKS,
dan nama peserta didik.
G. Teknik analisis data
Kemudian Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes
atau menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk
menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan
untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran mata pelajaran matematika materi
pokok sistem persamaan linear tiga variabel setelah menggunakan discovery learning.
Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data
yang disajikan berdasarkan angka-angka maka menggunakan analisis deskriptif
persentase dengan rumus sebagai berikut:

14
skor yang dicapai
persentase= ×100 %
jumlah siswa
H. Instrument penelitian
Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh data hasil belajar yang telah
diberikan kepada siswa. Sedang bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal
esai.
Indikator Indikator
berpikir kreatif Mengajukan masalah Pemecahan masalah
Kelancaran dapat menyelesaikan 1. memberikan banyak pengajuan
(fluency) masalah dari beragam masalah untuk diselesaikan.
pengajuan masalah yang 2. Masalah yang diajukan beragam
diberikan. tapi tidak berbeda.
Fleksibelitas 1. dapat menyelesai kan 1. Pengajuan masalah yang diberikan
(flexibility) masalah dari beberapa siswa berbeda.
pengajuan masalah 2. menggunakan pendekatan “apa-
yang berbeda. jika-tidak?” untuk mengajukan
2. mendiskus ikan masalah.
berbagai metode
penyelesaian.
Elaborasi kemampuan untuk mampu memerinci suatu gagasan
(elaboration) memerinci suatu gagasan pokok menjadi gagasan kecil.
pokok ke dalam gagasan
gagasan yang lebih kecil.
Keaslian menyelesaikan banyak mengajukan beberapa masalah,
(originality) masalah, lalu kemudian mengajukan suatu masalah
menyelesaikan masalah yang baru dan berbeda dari pengajuan
dari pengajuan masalah masalah yang sudah ada.
baru dan berbeda yang
telah diberikan.

I. Indikator keberhasilan

15
Daftar rujukan

Sari, lilik puspita. 2014. Pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar
matematika materi himpunan pada siswa kelas VII SMP NEGERI 2 KAMPAK TRENGGALEK semester
genap tahun pelajaran 2013/2014
Aisyah. 2006. Analisis kemampuan penalaran logis mahasiswa program studi pendidikan matematika
pada mata kuliah pengantar dasar matematika

Pujiadi. 2008. Pengruh model pembelajaran matematika creative problem solving (CPS) berbantuan CD
interaktif terhadap kemampuan pemecahan masalah pada siswa SMA kelas X

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

16

Anda mungkin juga menyukai