Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Matematika IAIN Langsa sebagai pemenuhan
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh:

ADE INDAH SURYANI


Nim : 1032019001

Pogram Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM


NEGERI (IAIN) LANGSA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kekuatan Karunia-Nya serta telah memberikan kekuatan dan
kesehatan kepada penulis. Sholawat serta salam di hanturkan kepada nabi
Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam sehingga mampu menyelesaikan
proposal dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih
terdalam peneliti persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda &
Ibunda tersayang, yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan proposal ini. Terima kasih banyak telah memberikan banyak
nasehat, dukungan moral, dukungan materil serta doa yang tidak putus-putusnya
kepada penulis serta selalu mendukung penulis hingga penulis bisa
menyelesaikannya.

Langsa, 2022

Ade Indah Suryani

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 2
C. Rumusan dan Batasan Masalah ........................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
A. Model Pembelajaran.............................................................................................. 4
B. Model Pembelajaran Discovery Learning............................................................ 4
C. Pemahaman Konsep Matematis........................................................................... 9
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN................................................................. 12
A. Metode dan Desain Penelitian ................................................................................. 12
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................... 13
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 13
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 14
E. Instrumen Penelitian .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memahami konsep matematika adalah bagian terpenting dalam pendidikan matematika.

Seperti yang dikatakan oleh Zulkardi dalam Nirmalasari Yulianty “mata pelajaran

matematika menekankan pada konsep”.1 Dengan memahami konsep, siswa menjadi lebih

mengenal materi yang diajarkan. Selain itu pemahaman konsep juga membuat siswa mampu

menjawab pertanyaan dengan mudah.

Namun, kenyataannya di sekolah banyak siswa yang tidak mengerti konsep matematika.

Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep matematika siswa adalah dilihat dari

pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Guru aktif menjelaskan materi melalui

ceramah kemudian siswa diberikan contoh soal dan latihan di buku. Siswa diberi lebih

banyak kesempatan untuk memperhatikan, mendengarkan, menghafal, dan mencatat

penjelasan dari guru. dan mengerjakan soal sesuai dengan contoh soal yang dijelaskan oleh

guru.

Guru kurang memperhatikan motivasi, minat, fokus belajar, dan penerimaan pemahaman

siswa selama pembelajaran. Akibatnya, siswa tidak memahami konsep materi yang dijelaskan

oleh guru, karena sebagian besar siswa memahami solusi dari suatu masalah berdasarkan

contoh pertanyaan diterima, bukan berdasarkan pemahaman konsep yang dimiliki siswa

belajar dari apa yang telah dipelajarinya di kelas.

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan ada

1
Nirmalasari Yulianty, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik”, Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019, hal.
61

iv
berbagai model, salah satunya adalah model discovery learning. Model discovery learning

adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mendapatkan gagasan atau ide

dengan cara penemuan. Model pembelajaran dengan cara ini, siswa mengalami sendiri dan

menemukan konsep mereka sendiri dari materi yang mereka pelajari. Sehingga siswa akan

lebih memahami materi karena mereka menemukan konsep. Sehingga pembelajaran

matematika tidak dianggap sebagai pelajaran yang membosankan, menakutkan ataupun

menonton oleh siswa.2

Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis termotivasi untuk melaksanakan penelitian

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap

Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.

2. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang efektif.

3. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih cenderung monoton yang

mengakibatkan siswa pasif.

C. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh model

pembelajaran Discovery Learning terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah, hanya akan meneliti

tentang kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika pada materi

eksponen.
2
Sholikhatun Annisa,”Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap kemampuan PemahamanKonsep
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Mataram Kasihan,”Universitas PGRI Yogyakarta, ,2017, hal.2

v
D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran Discovery Learning terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya:

1. Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

terhadap pembelajaran matematika, terutama pada pemahaman konsep siswa

melalui model pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery Learning).

2. Siswa diharapkan dapat memahami konsep matematika melalui model

pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery Learning).

3. Penelitian ini dapat dimanfaatkan guru sebagai acuan untuk menggunakan model

pembelajaran di kelas, agar memberikan pemahaman konsep matematika kepada

siswa.

4. Menemukan jalan pemecahan dari permasalahan yang diteliti, serta menambah

wawasan dan pengetahuan penulis.

5. Memberikan referensi bagi penelitian lain yang mengangkat masalah serupa.

vi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang digunakan dalam merancang

pembelajaran dikelas agar pendidik dapat membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan

pembelajaran.3 Menurut Joyce dan Weil, suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

merancang bahan-bahan pembelajaran, membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain disebut model

pembelajaran.4

Menurut Khamidah dan Kristina, kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu disebut dengan istilah model

pembelajaran.5

Pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu rencana atau pola yang dijadikan acuan dasar perencanaan pelajaran sebagai bantuan

bagi siswa untuk belajar ilmu-ilmu tertentu. Dengan bantuan model pembelajaran akan dapat

mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

B. Model Pembelajaran Discovery Learning

Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang memposisikan guru

sebagai fasilitator, sedangkan siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuan yang

belum diketahuinya, proses penemuan diri oleh siswa tentunya melalui bimbingan guru.

3
Tim Pengembangan MKPD, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012).
4
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 136.
5
Khamidah, Kristina Warniasih, “Efektivitas Model Discovery Learning Ditinjau Dari Pemahaman
Konsep Matemtis Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Gamping”, ẟelt∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
Vol. 7, Nomor 1, Januari 2019, Hlm. 29

vii
Menurut Muhammad dalam Miftahus Surur, dkk Discovery learning adalah proses belajar

yang tidak menyajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final) pada penerapannya, akan tetapi

sebaliknya, siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan

konsep6.

Model Discovery Learning adalah suatu proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan

suatu konsep dalam bentuk final, akan tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan sendiri

cara belajarnya dalam menemukan konsep. Model Discovery Learning merupakan model

yang mengatur segala pengajaran sehingga siswa mendapatkan pengetahuan baru melalui

model penemuan yang ditemukan sendiri. Seorang guru memberikan ruang kepada siswa

untuk dapat berdiri sendiri mendorong siswa untuk mandiri dan aktif untuk memperoleh

pengetahuan baru.7

Model discovery learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan informasi yang berupa prinsip-prinsip dan konsep-konsep

dalam suatu proses mental yang dilakukan melalui kegiatan percobaan, sehingga siswa

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahuinya, dan tidak melalui

pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Menurut Syah prosedur dan tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model

penemuan terbimbing (Discovery Learning) secara umum adalah sebagai berikut.

1. Stimulation (pemberian rangsangan), yaitu proses memulai kegiatan belajar

mengajar dengan mengajukan pertanyaan atau memberikan awal aktivitas belajar

yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

6
Miftahus Surur, Sofi Tri Oktavia, “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika”, JPE (Jurnal Pendidikan Edutama) Vol. 6, Nomor 1, Januari 2019
7
Meliyanti, dkk. “Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar”. Jurnal
Elementaria Edukasia.Vol.1, No.2, h. 199.

viii
2. Problem statement (identifikasi masalah), yaitu tahap memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengindentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan

dengan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk

hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

3. Data collection (pengumpulan data), yaitu proses memberi kesempatan kepada

para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

4. Data processing (pengolahan data), yaitu mengolah data dan informasi yang telah

diperoleh oleh para siswa melalui observasi, wawancara, dan lain sebagainya, lalu

ditafsirkan.

5. Verification (pentahkikan), yaitu proses dimana siswa melakukan pemeriksaan

secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan

tadi, dihubungkan denga hasil data processing.

6. Generalization (generalisasi), yaitu menarik sebuah simpulan yang dapat dijadikan

prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.8

Model pembelajaran penemuan terbimbing diakhiri dengan proses siswa menemukan

konsep materi yang dipelajari dan menyimpulkan sendiri temuannya berdasarkan

kemampuan pemahamannya sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery Learning) merupakan model yang cocok

diterapkan pada siswa untuk menunjang kemampuan siswa dalam memahami konsep

matematika. Berdasarkan uraian dan pendapat para ahli di atas, model pembelajaran ini

mengarah pada model yang dirancang untuk memahami konsep.

8
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdyakarya,
2004)

ix
Penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran

matematika merupakan salah satu alternatif pemilihan model yang dapat menambah

kemampuan pemahaman konsep serta mendapat respon positif dari siswa.9

Semua model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan Menurut

Kurniasih dan Berlin kelebihan dan kekurangan discovery learning adalah sebagai berikut:

Kelebihan Discovery Learning :

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan kecerdasannya.

2. Menguatkan daya ingat disebabkan pengetahuan yang diperoleh melalui

penemuan secara mandiri.

3. Menimbulkan rasa bahagia yang diakibatkan dari kesuksesan dalam

penemuan.

4. Kemungkinan perkembangan cepat terhadap siswa menurut kemampuannya.

5. Kegiatan belajar yang membuat siswa tertarah berdasarkan pikiran dan

motivasinya sendiri.

6. Terdapat pengutan konsep pada diri siswa, hal ini karena siswa memperoleh

kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Pusatnya adalah siswa.

8. Konsep dasar dan ide-ide yang ditemukan siswa dapat dipahami dengan baik

oleh mereka sendiri.

9. Mendorong siswa untuk dapat merumuskan hipotesis sendiri.

10. Situasi proses belajar merangsang siswa untuk belajar.

11. Kemungkinan siswa untuk memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

12. Mengembangkan bakat, minat dan kecakapan individu.

9
Siti Mawaddah, Ratih Maryanti, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Dalam
Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)”, Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 4, Nomor 1, 2016 hlm.77

x
Sementara itu kekurangan Discovery Learning adalah:

1. Untuk siswa yang kognitifnya kurang, bisa mengalami kesulitan berpikir dan

mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, sehingga dapat

menimbulkan frustasi.

2. Tidak efisien jika jumlah siswa terlalu banyak, hal ini dikarenakan

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membantu mereka menemukan

teori, konsep, atau pemecahan masalah.

3. Jika siswa dan guru sudah terbiasa dengan cara belajar yang lama, maka

harapan dalam model pembelajaran ini dapat hilang.

4. Model pembelajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sementara pengembangan aspek konsep, keterampilan, dan emosi

secara keseluruhan kurang diperhatikan.10

Setiap model pembelajaran yang ada, tentunya memiliki kekurangan, namun kekurangan

tersebut dapat diminimalisir agar berjalan dengan optimal. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa kelebihan dari Discovery Learning yakni dapat melatih siswa belajar

secara mandiri, melatih kemampuan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan

memecahkan masalah secara mandiri. Sedangan untuk kekurangan model Discovery

Learning dapat disimpulkan sebagai model pembelajaran yang banyak menyita banyak waktu

jika terlalu banyak siswa. Namun jika guru dapat mengatur waktu pembelajaran dengan baik,

maka walaupun jumlah siswa cukup banyak, tidak menjadi masalah untuk menggunakan

model Discovery Learning.

C. Pemahaman Konsep Matematis


10
Kurniasih, Berlin Sani, Strategi-Strategi Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2014), Hlm.64.

xi
Menurut kamus besar bahasa indonesia pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

pengertian, pendapat, pikiran, aliran, haluan, pandangan, mengerti benar (akan), tahu benar

(akan), pandai dan mengerti benar (tentang suatu hal). Konsep berarti ide yang diabstrakkan

dari peristiwa konkret. Sehingga pemahaman konsep dapat diartikan sebagai pengetahuan

yang mendalam terhadap suatu ide abstrak yang konkret. 11Menurut Sumarmo pemahaman

diterjemahkan dari kata understanding yang penentuan derajat pemahamannya oleh tingkat

keterkaitan suatu gagasan, jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang

tinggi maka prosedur atau fakta matematika dapat dipahami secara menyeluruh.12

Menurut Sardiman, pemahaman (Understanding) dapat diartikan menguasai sesuatu

dengan pikiran.13 Menurut Susanto dalam Siti Mawaddah, dkk pemahaman merupakan suatu

proses yang terdiri dari kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu,

mampu memberikan gambaran, penjelasan yang lebih luas dan memadai, contoh, dan mampu

memberikan uraian serta penjelasan yang lebih kreatif. Sementara konsep merupakan sesuatu

yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Sehingga

siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika jika ia dapat

menerapkan perhitungan sederhana, merumuskan strategi penyelesaian, mengubah suatu

bentuk ke bentuk lain seperti pecahan dalam pembelajaran matematika, dan juga

menggunakan simbol untuk memperesentasikan konsep.14

Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep matematis sangat penting karena

pemahaman konsep matematis dijadikan sebuah dasar berpikir untuk siswa dalam

menyelesaikan permasalahan sehari-haru maupun permasalahan matematika. Walau

11
Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)
12
Kesumawati, Nila,. Pemahaman Konsep Matematik Dalam Pembelajaran Matematika, Dalam
Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, Tahun 2008.
13
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal 43
14
Siti Mawaddah, Ratih Maryanti, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Dalam
Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)”, Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 4, Nomor 1, 2016 hlm.78

xii
demikian, pemahaman konsep tidak hanya menuntut peserta didik untuk paham suatu konsep

tetapi juga menguasai, memahami dan menangkap makna dari konsep yang diajarkan.

Menurut Utari, mengerti benar tentang konsep matematika merupakan definisi pemahaman

konsep, maksudnya keahlian siswa dalam menafsirkan, menerjemaahkan, dan menyimpulkan

suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan pengetahuanya sendiri, bukan sekedar

menghafal.15

Pemahaman konsep merupakan dasar utama dalam pembelajaran matematika. Menurut

Herman, belajar matematika itu memerlukan pemahaman terhadap konsep-konsep, konsep-

konsep ini akan melahirkan teorema atau rumus.16 Perlu adanya keterampilan menggunakan

konsep-konsep dan teorema-teorema agar konsep-konsep dan teorema- teorema dapat

diaplikasikan ke situasi yang lain. Oleh karenanya, pembelajaran matematika harus

ditekankan ke arah pemahaman konsep.

Memahami konsep matematika sangat penting dalam matematika, karena konsep

matematika merupakan dasar yang harus dipahami untuk dapat menguasai matematika.

Dengan memahami konsep, siswa akan lebih mudah memahami materi, mampu menjawab

pertanyaan, dan memahami materi lain yang konsepnya terkait.

Beberapa pendapat diatas dapat saya simpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan

siswa untuk menafsirkan kembali tentang sesuatu yang diperoleh dalam bentuk lain.

Pemahaman konsep adalah proses menerima dan memahami suatu ide atau konsep ide-ide

abstrak sehingga siswa dapat menginterpretasikan konsep tersebut itu dalam bentuk lain.

Adapun indikator untuk pemahaman konsep matematika adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

15
Utari, Dkk, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan Pmr Dalam Pokok
Bahasan Prisma Dan Limas”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 ,Nomor 1, 2012, hlm.34.
16
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:IKIP. 2005)

xiii
2. Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

3. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi.

5. Mengembangkan syarat cukup dan syarat perlu suatu konsep.

6. Memanfaatkan, menggunakan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan pemecahan masalah atau konsep.17

Menurut Kilpatrick, dkk dalam Ruminda Hutagalung mengemukakan bahwasanya

pemahaman konsep atau conceptual understanding ialah kemampuan seseorang dalam

memahami suatu konsep, operasi juga relasi dalam matematika. Adapula indikatornya

sebagai berikut:18

1. Menyatakan kembali sebuah konsep yang sudah dipelajari.

2. Mengklasifikasi objek-objek yang sudah dipelajari.

3. Penerapan konsep secara algoritma.

4. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang sudah dipelajari.

5. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

6. Menghubungkan konsep eksternal dan internal matematika.

D. Penelitian Relavan

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa efek dari model
discovery learning pada pemahaman konsep matematika siswa memberikan dampak positif
pada pemahaman konsep matematika.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Mawaddah dan Ratih Maryanti yang
berjudul “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran

17
Depdiknas. 2003. UU Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pedidikan Nasional. Jakarta: Dharma
Bhakti
18
Ruminda Hutagalung, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Melalui
Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Budaya Toba Di SMP Negeri Itukka,” MES (Journal of Mathematics
Education and Science) 2, no. 2 (2017): 71.

xiv
Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)”. Hasil dari penelitian
tersebut ialah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dari pada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII Smp Negeri 17 Banjarmasin .

Penelitian yang dilakukan Sholikhatun Annisa dengan judul “Pengaruh Model Discovery
Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII Mataram
Kasihan” . Hasil dari penelitian tersebut adalah dengan Model Discovery Learning dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika terhadap siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Ani Trianingsih, Nurul Husna dan Nindy Citroresmi
Prihatingiyas dengan judul “Pengaruh Model Discovey Learning Terhadap Pemahaman
Konsep Matematis Siswa Pada Materi Persamaan Lingkaran di kelas XI IPA”. Hasil
penelitian tersebut ialah terdapat perbedaan pemahaman konsep matematis siswa antara
sebelum dan setelah perlakuan dengan model discovery learning pada materi persamaan
lingkaran di kelas XI IPA SMA Negeri 5 Singkawang, aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan setelah diberikan model discovery learning, pemebelajaran matematika dengan
menggunakan model discovery learning dapat terlaksanakan dengan baik pada materi
persamaan lingkaran di kelas XI IPA SMA Negeri 5 Singkawang.

Tabel 2.1

Perbedaan Penelitian ini Dengan Penelitian Relavan

No Peneliti Judul Perbedaan

1 Siti Mawaddah dan Ratih Kemampuan Pemahaman Konsep Pada penelitian relavan ini
Maryanti Matematis Siswa SMP Dalam menggunakan metode
Pembelajaran Menggunakan deskriptif, subjek pada
Model Penemuan Terbimbing penelitian ini adalah siswa
(Discovery Learning) kelas VII A SMP Negeri 17
Banjarrmasin,pada materi
segi empat. Sedangkan
penelitian ini menggunakan
metode eksperimen, subjek
dalam penelitian ini adalah
siswa kelas X SMK Negeri 1

xv
Langsa, pada materi
eksponen.
2. Sholikhatun Annisa Pengaruh Model Discovery Pada penelitian relavan ini
Learning Terhadap Kemampuan menggunakan metode
Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas VIII Mataram
Kasihan

xvi
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian

eksperimen hasilnya merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh

variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel

dipilih secara acak.19

Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pretest posttest design. Dalam

desain ini, sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal) dan

diakhir pembelajaran sampel diberi posttest (tes akhir). Desain ini digunakan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui pembelajaran matematika siswa setelah

diterapkan model pembelajaran discovery learning. Berikut merupakan tabel desain

penelitian onegroup pretest posttest design.

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttes Design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2
19
Sugiono. Dasar-dasar Statistika. (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 109.

xvii
Keterangan:

O1 : tes awal (pretes) sebelum perlakuan diberikan

O2 : tes akhir (postes) setelah perlakuan diberikan

X : perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran discovery learning.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Pelaksanakan di Ma Negeri 2 Langsa yang berlokasi di Paya Bujok. Beuramoe, Kec.

Langsa Baro, Kota Langsa, Aceh.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh karakteristik (tipe) tertentu mengenai sekumpulan objek yang

jelas dan lengkap. Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah “keseluruhan objek

penelitian”.20Setiap eksperimen selalu melibatkan objek karena penepatan objek merupakan

suatu hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Penelitian bertujuan mengambil satu

kesimpulan antara objek itu secara keseluruhan. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh

siswa kelas X pada MAN 2 Langsa yang terdiri dari 4 kelas paralel.

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

20
52 Kadir, Statistika Terapan, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2015), Cet ke-1, hal. 118

xviii
No Kelas Jumlah

1 X-1 26

2 X-2 24

3 X-3 28

4 X-4 24

5 X-4 26

Jumlah 128

2. Sampel

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti. Jadi sampel merupakan

bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti,

karena tidak semua data dan informasi akan di proses dan tidak semua orang atau benda yang

akan di teliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakili untuk

mengenalisasi hasil dari penelitian.Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 2

Langsa yaitu kelas X-2 di mana salah satu dari kelas tersebut diambil dan ditetapkan sebagai

kelas eksperimen yang memakai model pembelajaran discovery learning.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan

menggunakan teknik observasi, angket dan tes hasil belajar.

1. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar

observasi yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai kemampuan guru

pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran

xix
discovery learning serta perilaku dan aktivitas yang ditunjukkan selama proses

pembelajaran berlangsung tanpa mengganggu proses pembelajaran.

2. Angket

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan dan

usaha siswa dalam mengembangkan hasil belajar matematika dengan menggunakan

model pembelajaran discovery learning.

3. Tes hasil belajar

Tes dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa terhadap materi pelajaran

yang diberikan, dan dikerjakan oleh siswa secara individual.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman selama melakukan pengamatan

guna memperoleh data yang di inginkan. Lembar observasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan

model pembelajaran discovery learning. Guru selama pelaksanaan

pembelajaran.Lembar observasi ini berisi pedoman dalam melaksanakan

pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran, dan juga tentang

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran discovery learning.

2. Angket respon siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui sejauh mana respon terhadap

pembelajaran menggunakan model discovery learning. Angket respon siswa

direncanakan 12 item pernyataan yang terdiri dari 6 positif dan 6 negatif.

3. Soal Tes hasil belajar

xx
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi yang dipelajari. Tes ini berbentuk soal essay dengan durasi

pengerjaan selama 60 menit. Tes yang digunakan adalah tes pada setiap akhir

siklus dan dikerjakan oleh siswa secara individu.

Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan

seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi, instrumen yang baik harus

memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.21

1. Validitas instrument

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu

instrumen22 Suatu tes dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak

diukur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas eksternal,yaitu

validitas yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai

dengan data yang mengenai variabel penelitian. Rumus yang digunakan untuk

menentukan kevaliditan instrumen yaitu:

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah skor item

ΣXY = jumlah hasil perkalian antara skor X dan

ΣX = jumlah seluruh skor X

ΣX = jumlah seluruh skor Y.23


21
Suharsim Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hal. 168.
22
Anas Sudijono, Pengantar Prosedur Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 177
23
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfa
Beta, 2005), hal. 115

xxi
Ditinjau dari α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n −¿ 2) dengan kaidah keputusan

jika rhitung ≥ rtabel berarti valid, sebaliknya jika rhitung ¿ rtabel berarti tidak valid.

Ditinjau dari α =0,05 maka r tabel =0,349 . Berdasarkan hasil pengujian validitas tes

diperoleh nilai r hitung tiap soalnya pada tabel 3.3 dan tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.3 Klasifikasi Hasil Uji Validitas Tes

No Item Koefisien
Harga r tabel Keputusan
Soal Korelasi r hitung

1 0,682 0.349 Valid

2 0,754 0.349 Valid

3 0,757 0.349 Valid

4 0,606 0.349 Valid

5 0,685 0.349 Valid

Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan soal tes dinyatakan valid sehingga memenuhi

syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpulan data dalam penelitian ini.

Selanjutnya validitas instrumen yang diperoleh diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria sesuai tabel berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Instrumen24

Kriteria Interpretasi

0,90 <fxy< 1,00 Sangat tinggi

0,70 <fxy < 0,90 Tinggi

0,40 <fxy < 0,70 Sedang

0,20 <fxy < 0,40 Kurang

24
Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA UPI, 2003), hal. 112-113

xxii
0,00<Ixy < 0,20 Sangat rendah

Ix = 0,00 Tidak valid

2. Reliabilitas instrument

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Mencari

reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (a).

CronbachAlpha (a) dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala

Likert atau instrumen yang item-itemnya dalam bentuk uraian. Rumus yang

digunakan yaitu:

Keterangan:

a : nilai reabilitas

2
Σ : jumlah varian skor total
i

2
Σ : varian responden untuk item ke i.25
i

Dengan rumus varians :

(∑ X )
2

2
∑X − 2
N
σ =
N

25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hal. 196

xxiii
Distribusi (Tabel r) untuk α =0,05 dan derajat kebebasan (dk =n−1) dengan kaidah

keputusan jika rhitung ≥ rtabel berarti reliabel, sebaliknya jika berarti rhitung ¿ rtabel tidak reliabel

Kriteria koefisien reliablitas menurut Guilford dan Suherman adalah sebagai berikut:26

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen

Koefisien Korelasi Interpretasi

r 11 <0,20 Sangat Rendah

0,20 ≤ r 11< 0,40 Rendah

0,40 ≤ r 11< 0,70 Sedang

0,70 ≤ r 11< 0,90 Tinggi

r 11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan perhitungan dari masing-masing item soal dengan taraf signifikan 5 %dan

dk =n−1=32−1=31 diperoleh pada soal tes nilai r tabel =0,296 maka r 11 >r tabel yaitu

0,778> 0,296sehingga dapat disimpulkan bahwa tes reliabel dengan derajat reliabilitas tinggi,

Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk

pengukuran yang sama, dengan kata lain reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan yang diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan, karena

instrument ini reliabel maka memenuhi syarat data dalam penelitian ini.

3. Indek Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan

yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks

26
Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika. (Bandung : JICA UPI, 2003), hal 158

xxiv
kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.27 Indeks kesukaran dihitung dengan

menggunakan rumus:

Keterangan:

IK : indeks kesukaran

X : rata-rata skor tiap soal

SMI : skor maksimum ideal

Selanjutnya indek kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria menurut Guilford dalam Suherman sesuai tabel berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks kesukaran (IK)28

Koefisien indeks kesukaran (IK) Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00<IK <0,30 Sukar

0,00<IK <0,70 Sedang

0.00<IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu mudah

Berdasarkan hasil pengujian taraf kesukaran diperoleh kesimpulan pada tabel 3.5 dan

3.6 sebagai berikut :

Tabel 3.6 Klasifikasi Hasil Pengujian Taraf Kesukaran

Item Taraf Kesukaran Keterangan

1 0,816 Soal Mudah

2 0,747 Soal Mudah

27
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ..., hal. 207
28
Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika...., hal. 170

xxv
3 0,629 Soal Sedang

4 0,557 Soal Sedang

5 0,465 Soal Sedang

Berdasarkan tabel 3.5 dan 3.6 dapat disimpulkan bahwa soal-soal terstruktur tersebut

tergolong mudah dan sedang. Soal yang mudah adalah soal yang tidak sukar, soal dengan

kriteria interpretasi sedang artinya tes tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Karena tes ini tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah maka memenuhi syarat untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini.

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda berkaitan dengan mampu atau tidaknya instrumen yang digunakan

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda

tiap butir soal, digunakan:

Keterangan:

DP = daya pembeda

X A = rata-rata skor siswa kelompok atas

X B = rata-rata skor siswa kelompok bawah

SMI = skor maksimum ideal

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda soal yang digunakan menurut Guilford

dalam suherman adalah sebagai berikut:29

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda Soal


29
Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika,...., hal. 161

xxvi
Daya Pembeda Soal Interpretasi

DP = 0 Sangat jelek

0,00<DP<0,20 Jelek

0,20 <DP < 0,40 Cukup

0,40 <DP<0,70 Baik

0,70 <DP < 1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil pengujian daya pembeda soal diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Tabel 3.8 Klasifikasi Hasil Pengujian Daya Pembeda Soal

Item DP Keterangan

1 0,273 Soal Cukup

2 0,356 Soal Cukup

3 0,231 Soal Cukup

4 0,313 Soal Cukup

5 0,224 Soal Cukup

Berdasarkan tabel 3.7 dan 3.8 di atas, diperoleh hasil bahwa daya pembeda soal

tergolong cukup, sehingga memenuhi syarat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

1. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran data tentang kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran di analisa dengan menggunakan statistik deskriptif

dengan skor rata-rata persentase. Adapun pendeskripsian skor persentase rata-rata tingkat

kemampuan guru (TKG) adalah sebagai berikut:

0% <TKG< 54 % - tidak baik

xxvii
55% STKG< 59 % - kurang baik

60% <TKG < 75 % - cukup baik

76% <TKG < 85 %-baik

86 % < TKG < 100 % - sangat baik

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dinyatakan efektif jika rata-rata skor

dari semua aspek yang dinilai berada pada kategori baik dan sangat baik.

2. Analisis data aktivitas siswa selama pembelajaran data tentang aktivitas siswa selama

pembelajaran di analisa dengan menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata

persentase. Adapun pendiskripsian persentase skor rata-rata aktivitas siswa selama

pembelajaran sebagai berikut:

0% <AS < 54 % - tidak baik

55% <AS < 59 % - kurang baik

60% <AS < 75 % - cukup baik

76% <AS < 85 % - baik

86% SAS < 100% - sangat baik

Aktivitas siswa selama pembelajaran dikatakan aktif jika skor persentase rata-rata berada

pada kategori baik dan sangat baik.

3. Analisis data respon siswa

Data tentang respon siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan

menggunakan statistik deskriptif dengan persentase. Persentase dari respon siswa

dihitung dengan rumus:

jumlah respon siswa tiap aspek yang muncul


X 100 %
jumlah seluruh pernyataan

Respon siswa dikatakan efektif jika jawaban siswa terhadap pernyataan positif untuk

setiap aspek yang direspon setiap komponen pembelajaran di perolehpersentase > 80%.

4. Ketuntasan belajar

xxviii
Ketuntasan belajar siswa diperoleh melalui skor hasil tes ketuntasan belajar siswa

dikatakan tuntas jika skor yang diperoleh mencapai KKM (75). Ketuntasan secara

klasikal diperoleh jika jumlah siswa tuntas mencapai 85 % dengan rumus berikut:

jumlah siswa tuntas


X 100
jumlah siswa

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsim. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta.

Anas Sudijono. 2008. Pengantar Prosedur Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Annisa Sholikhatun,”Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Mataram

Kasihan,”Universitas PGRI Yogyakarta, ,2017.

Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008).

Depdiknas. 2003. UU Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pedidikan Nasional. Jakarta:

Dharma Bhakti.

Erman Suherman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika, Bandung: JICA UPI.

Hutagalung Ruminda, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Melalui Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Budaya Toba Di SMP Negeri

Itukka,” MES (Journal of Mathematics Education and Science) 2, no. 2 (2017).

Hudojo Herman, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:IKIP.

2005).

Kadir. 2015. Statistika Terapan. Depok: Rajagrafindo Persada.

xxix
Kesumawati, Nila,. Pemahaman Konsep Matematik Dalam Pembelajaran Matematika, Dalam

Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, Tahun 2008.

Khamidah, Warniasih Kristina, “Efektivitas Model Discovery Learning Ditinjau Dari

Pemahaman Konsep Matemtis Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Gamping”, ẟelt∆

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 7, Nomor 1, Januari 2019, Hlm. 29

Kurniasih, Sani Berlin, Strategi-Strategi Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2014).

Mawaddah Siti, Maryanti Ratih, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery

Learning)”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4, Nomor 1, 2016.

Meliyanti, dkk. “Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Matematika Sekolah

Dasar”. Jurnal Elementaria Edukasia.Vol.1, No.2.

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula,

Bandung: Alfa Beta.

Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).

Sugiono, Dasar-dasar Statistika. (Bandung: Alfabeta, 2010).

Surur Miftahus, Oktavia Tri Sofi, “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning

Terhadap Pemahaman Konsep Matematika”, JPE (Jurnal Pendidikan Edutama) Vol.

6, Nomor 1, Januari 2019.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdyakarya, 2004).

xxx
Tim Pengembangan MKPD, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2012).

Utari, Dkk, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan Pmr Dalam

Pokok Bahasan Prisma Dan Limas”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 ,Nomor 1,

2012.

Yulianty Nirmalasari, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan

Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik”, Jurnal Pendidikan Matematika

Raflesia, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019.

xxxi

Anda mungkin juga menyukai