Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

“Model Mengajar dan Belajar Objek Langsung Matematika”

Dosen Pengampu: Dr. Edwin Musdi, M.Pd

Kelompok 5
 Novia Savitri (19205024)
 Okta Vutri Nupus (19205026)
 Refni Erliza (19205029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Ucapan puji serta wujud kesyukuran kehadirat Allah SWT berkat limpahan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Terima kasih atas bimbingan, dukungan dan bantuan kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Edwin Musdi, M.Pd yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya dalam pembuatan
makalah ini serta secara umum mengajarkan kepada penulis tentang mata kuliah
metodologi penelitian dalam perkuliahan.

Akhirnya harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk


kepentingan bersama dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Padang, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Belajar dan Mengajar ............................................... 3

B. Model – model pembelajaran Objek langsung matematika ................. 4

1. Expositary Model .............................................................................. 6

2. Advance Organizer Model ................................................................ 7

3. Discovery Model ............................................................................... 7

4. Game Model ..................................................................................... 10

5. Pembelajaran Individual ................................................................... 11

6. Pembelajaran Spiral .......................................................................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 18

DAFTAR KEPUSTAKAAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
pendidikan fomal.Matematika merupakan salah satu mata pelajara
yangdiajarkan secara bertahap dari konkrit menjadi abstrak dan
secaraberkesinambungan.Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi
dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Hasil belajar matematika siswa rendah disebabkan karena kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika sebagai dasar dalam
menyelesaikan persoalan matematika, kesalahan dalam menggunakan konsep
matematikapun menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
matematika siswa.Konsep-konsep matematika merupakan hal yang paling
utama harus dipahami oleh siswa, sehingga konsep tersebut dapat diterapkan
dalam penyelesaian persoalan yang ada dan dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Untuk itu perlu adanya perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa.Banyak faktor yang dapat menyebabkan hasil
belajar matematika siswa rendah, bisa dari faktor intern yang berhubungan
langsung dengan diri siswa itu sendiri, seperti tidak ada minat untuk belajar,
kondisi psikologisnya, maupun kondisi fisiknya.Selain itu faktor ekstern yang
dapat menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah yaitu bisa dari
lingkungan belajar, lingkungan tempat tinggal, sarana prasarana sekolah,
maupun pola pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Upaya terus dilakukan dalam hal peningkatan hasil belajar matematika
siswa, yaitu dengan cara perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran
melalui strategi, metode, serta teknik dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini
menjadi tugas bagi pendidik yang mengajar mata pelajaran matematika,
bagaimana pendidik bisa membuat mata pelajaran matematika itu menjadi

4
mudah diterima oleh peserta didik sehingga tidak ada lagi alasan bagi peserta
didik untuk menolak mata pelajaran matematika atau bermalas-malasan
belajar matematika. Ketepatan dalam pemilihan strategi, metode serta teknik
dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya harus disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik.Topik yang disajikan
dalam makalah ini adalah Model Mengajar dan Belajar Objek Langsung
Matematika.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian model mengajar dan belajar ?
2. Apa saja model-model pembelajaran dalam matematika ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian model mengajar dan belajar.
2. Mengetahui model-model pembelajaran dalam matematika.

5
BAB II
PEMBAHASAN

MODEL MENGAJAR DAN BELAJAR OBJEK LANGSUNG


MATEMATIKA

A. Pengertian Model Belajar dan Mengajar

Sebuah model belajar dan mengajar adalah suatu proses instruksi umum yang
mungkin dipakai untuk banyak topik yang berbeda dalam subjek yang bervariasi.
Sebuah strategi belajar/mengajar adalah suatu prosedur terpisah untuk mengajar
suatu topik atau materi yang spesifik. Contoh: model tersendiri, model grup,
model penemuan, dan model penyelidikan bisa digunakan untuk belajar/mengajar
banyak subjek, kemudian sebuah rencana belajar yang bersatu salah satunya dari
model ini dalam suatu strategi yang terpisah untuk mengajar sebuah topik
matematika tertentu hanya dipakai dalam mengajar topik itu saja.
Dalam proses belajar mengajar terdapat istilah Strategi, metode, model dan
pendekatan pembelajaran. Berikut ini terdapat perbedaan antara strategi, metode,
model dan pendekatan dalam pembelajaran.

Perbedaan Antara Strategi, Metode, Model dan Pendekatan dalam Pembelajaran


Strategi Metode Model Pendekatan
Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Strategi Metode Model Pendekatan
Pembelajaran adalah Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
cara-cara yang adalah cara yang adalah sebuah adalah suatu
digunakan oleh digunakan guru perencanaan rangkaian
pengajar untuk dalam pengajaran yang tindakan
memilih kegiatan menjalankan menggambarkan pembelajaran
belajar yang akan fungsinya proses yang yang dilandasi
digunakan selama merupakan alat ditampak pada oleh prinsip –
pembelajaran. untuk mencapai proses belajar prinsip tertentu
(sumber : B.Uno, tujuan mengajar agar (filosofi,
Hamzah. 2007. pembelajaran. dicapai psikologis,
Model Pembelajaran Metode perubahan didaktis, dan
Menciptakan Proses pembelajaran grafik pada ekologis) yang
Belajar Mengajar lebih bersifat perilaku siswa mewadahi,

6
yang Kreatif dan prosedural yaitu seperti yang menginspirasi,
Efektif. Gorontalo: berisi tahapan diharapkan menguatkan,
Bumi Aksara) tertentu . (sumber: (sumber: dan melatari
B.Uno, Hamzah. Wahab, Abdul metode
2007. Model Azis. 2007. pembelajaran
Pembelajaran Metode dan tertentu.
Menciptakan Model-Model (sumber:
Proses Belajar Mengajar. Suryosubroto,
Mengajar yang Bandung: B. 2002. Proses
Kreatif dan Alfabeta) Belajar
Efektif. Mengajar
Gorontalo: Bumi disekolah.
Aksara) Jakarta: Rineka
Cipta)

Model pembelajaran dapat juga dikatakan suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan. Termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran yang berkaitan dengan objek langsung matematika dapat
disajikan dalam bagan berikut ini

B. Model-Model Pembelajaran Objek Langsung dalam Matematika


1. Expository Model
Strategi pengajaran/pengarahan ekspositori untuk menghadirkan
keterampilan, konsep, dan prinsip. Karakteristik pembeda dari model
ekspositori adalah bahwa itu adalah dominasi guru yaitu, guru mengontrol

7
aliran pelajaran dengan menghadirkan informasi dan menunjukkan solusi
untuk masalah.Model ini sangat cocok untuk mengajar matematika karena
materi dapat diatur oleh guru dan disajikan kepada kelas secara efisien. Saat
digunakan oleh guru yang tanggap yang sering menyediakan interaksi
dengan siswa, model ekspositori dapat menjadi sangat efektif untuk
mengajar banyak topik dalam matematika. Keterampilan, konsep dan
prinsip dapat disajikan dan dikembangkan menggunakan model ekspositori.
Namun beberapa objek tidak langsung dalam pembelajaran matematika
seperti pembuktian teorema dan belajar untuk bekerja secara efektif dalam
kelompok kecil atau dengan diri sendiri kadang-kadang bisa belajar lebih
baik ketika model pengajaran lainnya digunakan.
Model ekspositori untuk memperkenalkan topik matematika yang
asing bagi siswa, harus mencakup tujuh hingga sembilan kegiatan yang
diarahkan guru yang dibahas dibawah ini. Dalam pengajaran topik
matematika, ada 3 variasi model ekspositori umum yang digunakan
tergantung pada apakah keterampilan, konsep/prinsip yang sedang disajikan.
NO AKTIVITAS OBJEK LANSUNG
1 Diskusikan tujuan dengan siswa Keterampilan, konsep prinsip
Sebutkan keterampilan, konsep dan
2 Keterampilan, konsep prinsip
prinsip
Identivikasi dan bahan keterampilan
3 prasyarat, konsep, dan prinsip Keterampilan, konsep prinsip
melalui strategi preassessment
 Kembangkan keterampilan
melalui contoh  Keterampilan,
4  Temukan konsep  konsep,
 Memutuskan atau  prinsip
menunjukan prinsip
 Mendemonstrasikan
keterampilan, konsep dan Keterampilan, konsep,
5
prinsip melalui beberapa prinsip
contoh lagi
 Siswa mengembangkan  Keterampilan
6 algoritma untuk  Konsep
keterampilan,  prinsip

8
 Bandingkan contoh dan non
contoh konsep
 Terapkan prinsip dalam
beberapa kasus
 Siswa mempraktekkan
keterampilan pada beberapa
latihan
 Mintalah siswa
mengidentifikasi dimensi-  Keterampilan
7 dimensi konsep yang tidak  Konsep
relevan  Prinsip
 Mengevaluasi penguasaan
siswa terhadap prinsip
melalui strategi
preassessment
 Mengevaluasi penguasaan
keterampilan siswa.
 Keterampilan
8  Mintalah siswa untuk berlatih
 konsep
menggunakan konsep
tersebut
 Mengevaluasi penguasaan
9  Konsep
konsep siswa

Contoh Mengajar dengan Metode Ekspositori.Belajar menerima


maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau
bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep dalil Pythagoras tentang
segitiga siku-siku, mungkin bentuk terakhir c2 = b2 + a2 sudah disajikan
(belajar menerima), tetapi siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan
dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku ; jadi ia belajar secara bermakna.
Siswa lain memahami rumus c2 = b2 + a2 dari pencarian (belajar
menemukan), tetapi bila kemudian ia menghafalkan c2 = a2 + b2 tanpa
dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku, maka jadinya ia belajar
menghafal.

9
2. Advance Organizer Model
Model organizer advance/model pembelajaran, yang dikembangkan
dan diuji oleh psikolog David P. Ausubel, adalah model yang didominasi
guru yang terkait erat dengan model ekspositori. Model Advance Organizer
ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitifsiswa-pengetahuan
mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas,
dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Dengan kata lain,
struktur kognitif harus sesuai dengan jenis pengetahuan apa yang ada dalam
pikiran kita, seberapa banyak pengetahuan tersebut, dan bagaimana
pengetahuan ini dikelola.
 Sintak model organizer advance
Tahap 1: Presentasi Advance Organizer
- Guru mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran
- Guru menyajikan organizer
- Guru mengidentifikasi karakteristik-karakteristik konklusif
- Guru memberi contoh-contoh
- Guru menyajikan konteks
- Guru mereview penjelasannya
- Guru mendorong kesadaran dan pengetahuan siswa
Tahap 2: Presentasi Tugas atau Materi Pelajaran
- Guru menyajikan materi
- Guru berusaha menjaga perhatian siswa
- Guru memperjelas aturan materi pelajaran
Tahap 3: Pengolahan Kognitif
- Guru menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integrative
- Guru menganjurkan pembelajaran resepsi aktif
- Guru membangkitkan pendekatan kritis pada materi pelajaran

3. Discovery Model
Penemuan itu sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai segala
cara untuk memperoleh pengetahuan untuk diri sendiri dengan

10
menggunakan sumber daya intelektual atau fisik seseorang. Pengertian
yang lebih sempit, discovery learning adalah pembelajaran yang terjadi
sebagai akibat dari pelajar memanipulasi, menyusun, dan melakukan
mengubah informasi sehingga menemukan informasi baru. Dalam
penemuan belajar, pelajar dapat membuat dugaan merumuskan hipotesis,
atau menemukan matematika kebenaran dengan menggunakan induktif
atauproses deduktif, observasi dan ekstrapolasi.
Di antara tujuan yang lebih spesifik dari penemuan pembelajaran yang
mudah diamati dan diukur adalah sebagai berikut:
1. Dalam pelajaran penemuan, siswa memiliki kesempatan untuk terlibat
secara aktif dalam pelajaran dan banyak siswa yang meningkatkan
tingkat partisipasi kelas mereka ketika strategi pengajaran/pembelajaran
penemuan digunakan oleh guru
2. Melalui strategi penemuan siswa belajar untuk menemukan pola dalam
kedua hal tersebut. situasi kongkrit dan abstrak dan juga belajar untuk
memperkirakan informasi tambahan dengan melampaui data yang
diberikan.
3. Siswa juga belajar untuk merumuskan strategi pertanyaan yang jelas dan
digunakan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang berguna
dalam membuat penemuan.
4. Pelajaran penemuan dapat membantu siswa mengembangkan cara-cara
efektif untuk bekerja bersama, berbagi informasi, dan mendengarkan dan
menggunakan ide-ide orang lain
5. Ada beberapa bukti yang menunjukkan keterampilan, konsep dan prinsip
itubelajar melalui penemuan lebih berarti bagi siswa dan diingat untuk
periode waktu yang lebih lama.
6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan, dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer ke kegiatan pengarsipan baru dan
diterapkan dalam situasi lain.

11
Sifat Strategi Penemuan
Strategi Penemuan Induktif dan Deduktif
Penemuan dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu strategi
induktif atau deduktif. Ketika strategi induktif digunakan, kesimpulan dari
suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya.
Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu
tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh, fakta
bahwa 3, 5, 7, 11 dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal
secara umum kita buat kesimpulan bahwasemua bilangan prima adalah
ganjil tetapi hal itu sama sekali “tidak membuktikan”.
Strategi deduktif yaitu pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari
yang umum, generalisasi atau rumusan konsep atau rumusan aturan,
dilanjutkan kepada yang khusus yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau
atribut-atributnya (ciri-cirinya) dengan menggunakan berbagai ilustrasi atau
contoh. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran, siswa
dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran menjadi n buah
sector yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga
berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah
diketahui sebelumnya, siswa akan dapat menemukan bahwa luas lingkaran.

Prosedur model penemuan


 Stimulation
Guru mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau
uraian yang memuat permasalahan.
 Problem Statement
Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan,
sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan
fleksibel untuk dipecahkan.Pemasalahan yang dipilih ini selanjutnya
harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yaitu
jawaban sementara atas pertanyaan yangdiajukan.
 Data Collection

12
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis ini, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan data.
 Data Prosesing
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, diklasifikasi,
ditabulasi bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada kepercayaan tertentu.
 Verification
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada,
pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek apakah terjawab atau tidak.
 Generaliation
Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi,siswa belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu

4. Game Model
Permainan yang dirancang dengan tujuan pembelajaran tertentu dan
digunakan dengan benar oleh guru dan siswa dapat menjadi sumber yang
sangat efektif untuk mempromosikan pembelajaran. Kekurangan dalam
menggunakan permainan terjadi ketika guru menganggap permainan
sebagai pelajaran mandiri dan menggunakannya dengan sedikit atau tanpa
perencanaan. Pelajaran game membutuhkan jumlah dan kualitas
perencanaan yang sama dengan pelajaran matematika lainnya.
Unsur-unsur pemainan yaitu:
a. Pemain berusaha mencapai tujuan tertentu
b. Sekumpulan aturan-aturan permainan yang didefenisikan secara jelas
c. Alat-alat atau tempat dimana pemainan dilangsungkan
Apabila suatu konsep matematika disajikan melalui bermain,
pengertian terhadap konsep tersebut diharapkan mantap sebab belajar
dengan cara ini merupakan cara yang wajar. Yaitu sesuai dengan naluri
peserta didik yang masih berada dalam periode pra operasionaldan operasi
konkrit bahwa mereka itu memang suka bermain.

13
Adapun tujuan dari model permainan yaitu:
 Mengajarkan pengertian (konsep)
 Menanamkan nilai
 Memecahkan masalah
 Membentuk dan membina watak lewat metode yang menarik,
menyenangkan dan menantang
Adapun manfaat dari model permainan, yaitu:
 Membangkitkan minat siswa
 Memupuk dan mengembangkan rasa kerja sama siswa
 Mengembangkan kreativitas siswa
 Menumbuhkan kesadaran siswa
Contoh model game dalam penjumlahan bilangan bulat antara -3
sampai 3 adalah dengan permainan dadu yang dimodifikasi bermata -3, -2,
-1, 1, 2, dan 3. Misalnya untuk menjumlahkan dua bilangan bulat maka
siswa menggulirkan dadu sebanyak dua kali, jika pada pengguliran
pertama muncul angka 2 dan pada pengguliran kedua muncul angka -3
maka penjumlahannya dapat ditulis 2 + (-3). Dan dapat diselesaikan
dengan bantuan alat permainan yang lain yaitu pion dan daftar bilangan
bulat, yaitu dengan menjalankan pion dari kotak nol kekanan sebanyak 2
kotak dan kemudian kekiri sebanyak 3 kotak dan diperoleh pion berada
pada kotak -1 maka diperoleh 2 + (-3) = -1.

5. Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang memetik
beratkan bantuan dan bimbingan kepada masing2 individu. Bantuan dan
bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada klasikal tetapi
prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran individual , pembelajaran memberi
bantuan kepada masing2 pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal ,
pembelajaran memberi bantuan individual secara umum.
Pembelajaran Individual atau Pengajaran Perseorangan merupakan
suatu strategi untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa

14
sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak dari pada yang
dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar
dalam kelompok siswa yang besar. Menurut duane (1973) pengajaran
individual merupakan suatu cara pengaturan program belajar dalam setiap
mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi
tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya dibawa bimbingan
guru.
Adanya perbedaan individual menunjukkan adanya perbedaan
kondisi belajar setiap orang, agar individual dapat berkembang secara
optimal dalam proses belajar diperlukan orientasi yang paralel dengan
kondisi yang dimilinya dituntut penghargaan akan individualitas. Dalam
pengajaran beberapa perbedaan yang harus diperhatikan, yakni:
1. Perbedaan umur
2. Perbedaan intelegensi
3. Perbedaan kesanggupan dan kecepatan
4. Perbedaan jenis kelamin

Perbedaan individual tersebut harus mendapat perhatian guru agar


berhasil dalam pemberian pembelajaran kepada siswa. Untuk mengetahui
itu guru harus mengenal perbedaan yang ada pada siswa, antara lain
dengan cara tes, mengunjungi rumah orang tua siswa, sosiogram, dan case
studi.
Model Pembelajaran Individual menawarkan solusi terhadap
masalah peserta didik yang beraneka ragam tersebut. Pembelajaran
individual memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menentukan sendiri tempat, waktu, kapan dirinya merasa siap untuk
menempuh ulangan atau ujian. Pembelajaran individual mempunyai
beberapa ciri, sebagai berikut :
1. Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatannya masing –
masing, tidak pada kelasnya.

15
2. Peserta didik belajar secara tuntas, karena peserta didik akan ujian
jika mereka siap.
3. Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus
yang jelas.
4. Keberhasilan peserta didik diukur berdasarkan sistem nilai mutlak.
Ia berkompetisi dengan angka bukan dengan temannya.

Unsur-unsur model pengajaran/pembelajaran individu adalah:


1) Sumber daya pengajaran dan pembelajaran individual.
Sebagian besar program pembelajaran individual berisi variasi
pengajaran dan pembelajaran sumber daya yang dipilih sesuai dengan
gaya pembelajaran yang berbeda dari peserta didik. Beberapa peserta
didik dapat belajar matematika dengan membaca buku teks,
mendengarkan ceramah atau melihat demonstrasi.Namun, sebagian
besar peserta didik mempelajari matematika melalui penggunaan
kombinasi sumber daya khusus.Akibatnya, beberapa jenis
berbedasumber belajar mungkin tersedia untuk membantu siswa
menguasai topik tertentumatematika.
Misalnya, keterampilan dan konsep yang terlibat dalam grafik
fungsi trigonometri dapat disajikan dalam format buku teks, melalui
serangkaian kegiatan laboratorium, dengan kuliah yang direkam,
melalui filmstrip, atau dengan gambar suara dan warna. Sumber belajar
dapat ditentukan untuk masing-masing peserta didik berdasarkan pada
preferensi individualnya, kemampuan dan perbedaannya yang sesuai
dengan gaya belajarnya. Sumber belajar dipilih sehingga masing-
masing topik matematika dapat disajikan kepada siswa dalam beberapa
format berbeda.
2) Tujuan pembelajaran peserta didik secara individual.
Ketika guru matematika diwajibkan untuk mengajarkan materi
yang sama untuk setiap peserta didik di kelas secara bersamaan, mereka
biasanya meringkas tujuan belajar sama untuk setiap peserta didik .

16
Meskipun seorang guru mungkin berharap setiap siswa di kelas untuk
mempelajari topik matematika yang sama, tidak dapat dipastikan bahwa
semuanya siswa akan mencapai tingkat penguasaan yang sama dalam
periode waktu tertentu. Seberapa baik setiap peserta didik mempelajari
topik tertentu terkait erat dengan kekhususan kemampuannya,
penguasaan topik prasyarat, dan tingkat pembelajaran matematika.
Dalam program pendidikan individual, yang membedakan
tujuan belajar peserta didik yait, tujuan yang berbeda dapat ditetapkan
untuk setiap peserta didik untuk topik tertentu. Bahkan ketika tujuan
yang sama ditetapkan untuk semua peserta didik, peserta didik
diizinkan untuk bekerja pada tingkatnya sendiri sampai dia mencapai
tujuan. Beberapa program individual berisi jalur yang berbeda dan
peserta didik ditugaskan untuk melacak berdasarkan kemampuan
mereka dan prestasi matematika sebelumnya.peserta didik di jalur yang
lebih rendah tidak akan mencapai tingkat penguasaan yang sama
dengan peserta didik di jalur lebih tinggi.
Misalnya, beberapa peserta didik mungkin diharapkan untuk
menguasai lebih banyak keterampilan aritmatika yang kompleks
daripada yang lain, tetapi semua peserta didik harus mendapatkan dasar
keterampilan aritmatika.Tujuan setiap peserta didik adalah untuk
mencapai penguasaan tertinggi tingkat kemampuannya untuk masing-
masing topik. Diharapkan beberapa peserta didik akan mempelajari
topik tertentu secara lebih mendalam dan akan mencakup lebih banyak
topik daripada peserta didik lainnya. Namun keberhasilan dan
kegagalan didasarkan pada tujuan individu, bukan kelompok tujuan.
Dalam hal ini, setiap peserta didik bersaing dengan dirinya sendiri,
bukan dengan peserta didik lain.
3) Strategi sebelum penilaian individual.
Dalam program matematika individual, tingkat penguasaan
setiap fakta prasyarat peserta didik, keterampilan, konsep dan prinsip
dinilai sebelum dia melanjutkan ke topik baru.Ketika ditemukan bahwa

17
seorang peserta didik belum mencapai prasyarat untuk topik baru,
bahan dan strategi dipilih untuk membantunya menguasai prasyarat
tersebut sebelum pindah ke materi baru. Sebelum penilaian bahan dan
kegiatan bersifat individual, yang berarti ada beberapa cara bagi peserta
didik untuk menunjukkan penguasaan prasyarat. Tingkat penguasaan
yang berbeda mungkin dapat diterima untuk berbagai peserta
didik.Penguasaan pra matematika persyaratan dapat ditunjukkan
melalui tes tertulis, kuis lisan, kegiatan laboratorium dan diskusi dengan
guru.
4) Kegiatan belajar individu.
Dalam program pembelajaran individual, beberapa kegiatan
berbeda tersedia untuk digunakan peserta didik dalam mempelajari
setiap topik baru.Perangkat fisik dan kegiatan laboratorium dapat
dipilih untuk peserta didik yang mempelajari konsep dan prinsip
mematik melalui representasi konkret.Pemikir abstrak, siapa baik ke
tahap operasi formal Piaget, dapat belajar konsep matematika dan
prinsip-prinsip paling efisien dengan membaca buku teks. Siswa lain
mungkin di bawah berdiri konsep dan prinsip tertentu dengan lebih baik
ketika mereka digerakkan dalam gerakan gambar atau diwakili dalam
model fisik. Ketika belajar keterampilan matematika, beberapa peserta
didik memerlukan lebih banyak latihan daripada lainnya.Jika seorang
peserta didik dapat menguasai keterampilan melalui beberapa item
latihan, dia harus diizinkan untuk melanjutkan ke topik ulang daripada
diminta untuk menyelesaikan daftar panjang latihan-latihan
serupa.Beberapa peserta didik memerlukan pertimbangan jumlah
praktik yang dapat dilakukan untuk menguasai keterampilan
matematika yang tidak dikenal.
5) Strategi postassessment individual.
Sama seperti tujuan dan prosedur preassessment yang harus
individual, itu juga tepat untuk memilih dan menyusun strategi
postassessment berdasarkan pada karakteristik pembelajaran masing-

18
masing peserta didik. Kadang-kadang peserta didik tertentu mungkin
tidak dapat untuk mencapai tingkat penguasaan topik matematika yang
sama dengan peserta didik lainnya.Selain itu, peserta didik dapat
menunjukkan tingkat penguasaan mereka dengan cara yang berbeda.
Setiap peserta didik diharapkan untuk mempelajari setiap topik dengan
kemampuan terbaiknya dan setidaknya menunjukkan kompetensi
minimal sebelum melanjutkan ke topik baru.Karena sebagian besar
program individual menekankan penguasaan daripada kompetisi, situasi
pengujian postassessment dalam program individual tidak menimbulkan
ancaman yang mereka lakukan dalam beberapa program pengajaran
lainnya.

6. Pembelajaran Spiral
Spiral adalah semacam kawat yang melingkar-lingkar, makin ke atas
lingkarannya semakin melebar. Dalam kegiatan belajar mengajar, teknik
spiral berarti siswa memahami suatu konsep pengetahuan yang sama, tetapi
semakin tinggi tingkat kesukarannya semakin sulit atau dengan kata lain
semakin tinggi konsep itu maka semakin meluas dan mendalam.
Menurut pendapat Supriyadi (2000:6) pendekatan spiral adalah suatu
kegiatan penyajian materi pelajaran dari bahan yang mudah dan kemudian
semakin sulit dan rumit, atau semakin tinggi konsep maka semakin meluas
dan mendalam.
Pembelajaran spiral adalah belajar berlanjut dari yang konkret menuju
yang abstrak dan umum. Setiap konsep dan prinsip hendaknya didefinisikan
dan disajikan dengan cara yang cukup konkret dan cukup terperinci agar
konsisten dengan perkembangan intelektual anak dan kematangan
matematikanya. Setelah itu dapat diajarkan perkembangan konsep
selanjutnya dan ini merpakan perkembangan kronologis mental manusia.
Belajar spiral sesuai dengan tahap perkembngan intelektual anak.

19
Murid seharusnya tidak diajarkan keterampilan menjumlahkan
pecahan sebelum mereka dapat menambah, mengalikan, membagi dan
mengetahui simbol dalam matematika.
Lambang atau simbol yang akan dijumpai siswa disepanjang
pembelajaran matematika, sebagai berikut: + (tambah), - (kurang), (bagi), x
(kali), = (sama dengan), > (lebih besar dari), < (lebih kecil dari), ≥ (lebih
besar atau sama dengan), ≤ (lebih kecil atau sama dengan).
Fakta dan keterampilan biasanya dipelajari oleh peserta didik
beberapa hari setelah itu disajikan oleh seorang guru. Fakta dan
keterampilan dipelajari setelah mereka memilikinya telah diajarkan atau
mereka tidak belajar sama sekali. Setelah keterampilan dipelajari, diulangi
latihan dapat memfasilitasi mengingat keterampilan untuk jangka waktu
yang lama dan mungkin membantu yang dipelajari meningkatkan
kecepatan dan ketepatannya dalam menggunakan keterampilan.Jika
peserta didik gagal mempelajari suatu keterampilan saat pertama kali
disajikan, mempelajari kembali keterampilan pada waktu mungkin masih
menghasilkan penguasaan keterampilan itu.Contohnya, ketika kita
mengajarkan di tingkat SD yang perlu mereka ketahui adalah bilangan
bulat, ganjil, genap dinyatakan secara konkret intuitif.Metika mereka
duduk di SMP materi bilangan diperdalam mengenaji jenis bilangn seperti
bilangan irrasional, bilangan kompleks dan sebagainya. Kemudian materi
itu diperdlam lagi ketika mereka duduk di SMA, yakni tentang operasi
berhubungan dengan defernsial dan integral, enggunaan bilangan dalam
logaritma, limit dan seterusnya

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran dapat juga dikatakan suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakansebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas.Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan. Termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas
Model-model pembelajaran dalam matematika dibahas dalam makalah
ini ada 6 yaitu:
1. Expository Model adalah metode pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal.
2. Advance Organizer Modeldirancang untuk memperkuat struktur
kognitifsiswa-pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan
bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut
dengan baik.
3. Discovery Modeladalah pembelajaran yang terjadi sebagai akibat dari
pelajar memanipulasi, menyusun, dan melakukan mengubah informasi
sehingga dia menemukan informasi baru.
4. Game Modelyaitu permainan yang dirancang untuk tujuan pembelajaran
tertentu dan digunakan dengan benar oleh guru dan siswa dapat menjadi
sumber yang sangat efektif untuk mempromosikan pembelajaran.
5. Pembelajaran Individualadalah dimana setiap siswa membahas materi dan
pelajaran dengan kecepatannya sendiri.
6. Pembelajaran Spiral adalah konsep-konsep matematika yang sering
dikembangkan disekolah adalah konsep bilangan, luas, bukti, menghitung,
fungsi dan limit. Konsep tersebut dikembangkan dalam satu spiral berjalan
dari definisi dan aplikasi yang konkret dan khusus menuju ke definisi dan

21
aplikasi yang makin abstrak dan umum. Sesudaah siswa matang secara
intelektual mereka lebih mampu memahami dan menggunakan konsep
yang lebih abstrak.

22
DAFTAR PUSTAKA

B.Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar


Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Gorontalo: Bumi Aksara

Bell, Frederick. 1981. Teaching and Learning Mathematics (in Secondary


Schools). Brown Compony Publisher: United State of Amerika.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI:


Bandung

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar disekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung:


Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai