Oleh :
Kelas :C
Semester :V
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nyalah makalah dengan judul “Model –
Model Pembelajaran Inovatif Pada Pembelajaran Matematika” ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waltunya
Harapan kami selaku penulis makalah ini semoga dengan adanya makalah
ini dapat dipergunakan sesuai dengan tujuan makalah ini dibuat dan semoga dapat
dijadikan referensi dalam mencari sumber materi bacaan khususnya model – model
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran matematika.
Penulis
i
4DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3.Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4.Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contectual Teaching an Learning) ... 3
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 4
2.3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ........ 14
2.4. Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Efektif, dan
Menyenangkan) .......................................................................................... 18
2.5. PMRI (Pendidikan Matematika Reaslistik Indonesia) .............................. 23
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 26
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 26
3.2. Saran .......................................................................................................... 27
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar pada dasarnya merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada seseorang
atau individu yakni peristiwa – peristiwa perbuhan yang terjadi pada individu baik
tingkahlaku yang merupakan dampak sebagai dari pengalaman. Sudjana dalam
(Nurdyansah dan Eni Fariarul Fahyuni, 2016 :2) mengememukakan bahwa belajar
merupakan merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Pembelajaran meruapak suatu proses dua arah yang dilakukan oleh guru dan
peserta didik untuk melalukan proses belajar. Pembelajaran dari sudut pandang
teori interaksional didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan konsep ini,
pembelajaran dipandang memiliki kualitas baik jika interaksi yang terjadi bersifat
multi arah, yakni guru-siswa, siswaguru, siswa-siswa, siswa-sumber belajar, dan
siswa-lingkungan belajar.
1.2.1. Model Pembelajar inovatif apa sajakah yang dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran matematika di SD?.
1
1.2.2. Bagaimana sintak – sintak dalam melaksanakan model pembelajaran
inovatif tersebut dalam pembelajaran matematika di SD?.
1.2.3. Apa saja keunggulan dan kekurangan model – model pembelajaran inovatif
tersebut dalam pembelajaran matematika di SD?.
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diketahui bawa tujuan
pembetan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1. Agar mengetahui model pembelajar inovatif yang dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran matematika di SD.
1.4.2. Agar mengetahui sintak – sintak dalam melaksanakan model pembelajaran
inovatif tersebut dalam pembelajaran matematika di SD.
1.4.3. Agar mengetahui keunggulan dan kekurangan model – model pembelajaran
inovatif tersebut dalam pembelajaran matematika di SD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakuakan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
4
dikenal dengan istilah multiple way traffic comunication. Jadi dapt disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang akhir-
akhir ini menjadi perhatian bahkan anjuran oleh para ahli pendidikan karena
disinyalir dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
5
2. Tahap 2 Menyajikan Informasi
6
lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata
mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu daberi hadiah
berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau
seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.
7
5) Kuis (Evaluasi)
a. Keunggulan:
1) Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi
pelajaran yang sedang dibahas. Adanya anggota kelompok lain
yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah,
karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota
kelompoknya.
2) Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar
berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan
mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-
sama.
3) Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa
yangtinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki
hubungan dengan teman sebaya.
4) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
5) Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya. Pembentukan kelompok kecil memudahkan
guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
b) Kelemahan:
1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling
mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam
kelompok kecil.
2) Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
3) Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian
kurikulum tidak dapat dipenuhi.
8
4) Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.
5) Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
6) Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu
memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan
kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya
mengajar berbeda.
2. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan
teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris
adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle
yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji
(zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja
sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari
empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap
penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok lagi yang terdiri atas
dua atau tiga orang.
9
4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang
mereka kuasai.
5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
6. Pembahasan.
7. Penutupan.
a) Kelebihan
1) Ruang lingkup dipenuhi ide – ide yang bermanfaat dan menarik
untuk di diskusikan.
2) Meningkatkan rasa tanggung – jawab siswa terhadap
pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang
lain.
3) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari
materi yang di tugaskan.
4) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi
untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para siswa.
5) Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir kritis dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu
masalah yang di hadapi.
6) Melatih keberanian dan tanggung – jawab siswa untuk
mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota
kelompok lain.
b) Kekurangan
1) Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa
dari kelompok satu ke kelompok lain.
2) Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaikan
materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
3) Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih
bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok
asal.
4) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi.
5) Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan,
biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang
agar berjalan dengan baik.
6) Aplikasi model pembelajaran ini pada kelas yang besar (lebih
dari 30 siswa) sangatlah sulit.
10
3. Model Make a Match (Membuat Pasangan)
a) Kelebihan
1) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran
2) Kerjasama antara sesame murid terwujud secara dinamis.
3) Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh
murid.
4) Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topic dalam suasana menyenangkan.
b) Kekurangan
1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jagan sampai murid terlalu
banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai.
11
4. Model TGT (Teams Games Tournaments)
1) Kelebihan :
a) Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas
(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam
pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi
lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang
penting dalam kelompoknya.
b) Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa
kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota
kelompoknya.
12
c) Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih
bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam
pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada
peserta didik atau kelompok terbaik.
d) Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik
menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada
kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
2) Kekurangan:
a) Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang
sangat lama.
b) Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai
memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
c) Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum
diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen
atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik
dari yang tertinggi hingga terendah.
a. Dengan metode belajar ini maka siswa dapat berbagi informasi dengan
lebih leluasa dan saling membantu menyelesaikan tugas atau
memahami materi, sehingga lebih ringan dan efektif.
b. Keberagaman anggota kelompok mampu menyumbangkan pemikiran
pemikiran yang berbeda sehingga lebih variatif dan luas, dilihat dari
banyak sudut pandang.
c. Pembelajaran kooperatif sangat efektif dan efisien untuk
menyelesaikan masalah yang membutuhkan diskusi atau pemikiran
banyak orang.
d. Materi dapat dipahami dengan lebih cepat karena menggunakan
bahasa sesama teman yang lebih mudah dimengerti.
e. Meningkatkan hubungan persahabatan, solidaritas, saling peduli, dan
terjalin hubungan saling membutuhkan yang positif.
13
a. Adanya resiko dari kegagalan kerjasama antar anggota kelompok.
Apabila tidak bisa bekerja sama dengan baik, maka bisa terjadi
perselisihan yang akan merusak kekompakan persahabatan.
b. Adanya beberpa orang yang memiliki sifat mendominasi dan
beberapa orang lainnya yang cenderung diam dan introvert sehingga
tipe yang seperti ini akan mengalah oleh siswa yang tipe dominan.
c. Waktu yang dibutuhkan dlam metode pembelajaran kooperatif ini
cukup lama, karena proses penyampaian pendapat dan sanggahan
akan memunculkan beberapa pertentangan atau persetujuan.
d. Terkadang informasi menjadi sulit dimengerti dan ada kesalahan
penyampaian karena informasi disampaikan oleh teman.
14
bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Ketiga,
guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberi
dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah. Karakteristik
ini penting dan menuntut ketrampilan serta pertimbangan yang professional untuk
memastikan kesuksesan pelajaran.
15
5. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kognisi
16
1. Pengumpulan data dan eksperimen.
17
c. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh
siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d. Siswa dapat merasakan manfaat dari pembelajaran sebab masalah-
masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan
nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa
terhadap bahan yang dipelajari.
e. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi
aspirasi dan menerima pendapat dari orang lain, menanamkan
sikap sosial yang positif diantara siswa.
f. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga
pencapaian ketuntasan siswa dapat diharapkan. Selain itu,
problem based learning (PBL) diyakini pula dapat menumbuh
kembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual
maupun secara berkelompok.
18
pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan
berkambangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelejaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1. Pembelajaran Partisifatif
19
pada dominasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran (teacher
center).
2. Pembelajaran Aktif
3. Pembelajaran Kreatif
20
d. Tahap keempat: verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk
dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.
4. Pembelajaran Efektif
5. Pembelajaran Menyenangkan
21
2.4.4. Keunggulan dan Kekurangan PAKEM
1. Keunggulan PAKEM
2. Kekurangan PAKEM
22
menguasai hal-hal yang harus ada untuk melakukan model pembelajaran
PAKEM.
Hilmi, (2015:44), kekurangan PAKEM adalah sebagai berikut:
23
2. Fenomena didaktik (Didactical Phenomenology)
24
memberikan bantuan seperlunya (scaffolding) kepada siswa yang benar-
benar memerlukan bantuan.
d. Langkah 4: Membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah
Pada langkah ini, diharapkan siswa mempunyai keberanian untuk
menyampaikan pendapat tentang hasil diskusi yang telah dilakukan ke
depan kelas. Pada saat presentasi, diharapkan setiap kelompok aktif
dalam pembelajaran, baik yang mempresentasikan maupun yang
menanggapi hasil diskusi.
e. Langkah 5: Menegosiasikan penyelesaian masalah
Setelah terjadi diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
2.5.4. Kelebihan dan kekurangan PMRI
1. Kelebihan
a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa. Suasana tegang
tidak tampak,karena siswa mendapat kebebasan mengungkapkan
idenya atau bertanya kepada teman.
b. Materi yang disiapkan oleh kebanyakan siswa.
c. Alat peraga yang digunakan berasal dari benda-benda di sekitar siswa,
sehingga tidak sulit mendapatkannya.
d. Guru menjadi lebih kreatif didalam membuat alat peraga.
e. Memupuk kerjasama siswa dengan belajar dalam kelompok.
f. Melatih keberanian siswa, karena siswa diberi kesempatan untuk
menjelaskan idenya didalam menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru.
g. Melatih siswa untuk terbiasa berfikir.
h. Adanya pendidikan budipekerti (secara tidak langsung)
2. Kekurangan
a. Waktu pembelajaran PMRI memerlukan waktu yang lama baik dari
persiapan sampai pelaksanaan.
b. Tidak semua materi dapat menggunakan PMRI
25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
26
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Margetson
dalam (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016) mengemukakan bahwa kurikulum PBM
membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat dalam pola pikir yang terbuka, refleksi, kritis, dan belajar aktif. Pembelajaran
ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya
dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak
(student-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan
(learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa
diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. Untuk itu, maka
aspek fun is learning menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran
PAKEM, di samping upaya untuk terus memotivasi anak agar anak mengadakan
eksplorasi, kreasi, dan bereksperimen teru dalam pembelajaran.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah kontekstual untuk
mengarahkan siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
3.2. Saran
27
DAFTAR RUJUKAN
28