Disusun Oleh:
DEA YULIANTI NIM. 220661005
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan
Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul (Inquiry Learning) sebagai
tugas Mata Kuliah Semester Tiga.
Tak ada yang sempurna, begitu pula dengan penulisan makalah ini. Oleh sebab itu
penulis menerima kritik positif dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini bermanfat.
Akhir kata penulis ucapkan “Terima Kasih”.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................... 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat proses belajar–mengajar maka akan terjadi hubungan timbal balik
antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya
waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi
belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana
yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana
yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat
membantu kejelasan konsep selama ini, media dan metode mana yang tepat untuk dipakai
dalam menyajikan suatu bahan sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam
belajar.
Profesionalisme seorang guru bukanlah hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan, tetapi lebih kepada kemampuanya melaksanakan pembelajaran yang
menarik untuk siswa sehingga siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran. Daya tarik suatu
pelajaran terletak pada dua hal yaitu oleh mata pelajaran itu sendiri dan cara guru
mengajar.
Cara guru mengajar menjadi salah satu penentu keberhasilan proses belajar
mengajar. Salah satu caranya adalah dengan penerapan model pembelajaran. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan.
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain,
inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih
dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-
proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri,
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka,
dan sebagainya.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian model pembelajaran inkuiri?
2. Sebutkan teori-teori yang melandasi model pembelajaran inkuiri ?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip dalam model pembelajaran inkuiri ?
4. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran inkuiri?
5. Apakah kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri ?
6. Sebutkan macam-macam model pembelajaran inkuiri ?
7. Apakah karakteristik dalam model pembelajaran inkuiri ?
8. Sebutkan keefektifan dan kesulitan dalam model pembelajaran inkuiri ?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Salah satu tokoh kontruktivisme yaitu Pieget berpendapat bahwa: „pengetahuan
yang dibuat dalam pikiran anak, selama anak tersebut terlibat dalam proses
pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkunganya melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses kognitif untuk menyerap
setiap informasi baru kedalam pikirannya seperti: presepsi, konsep, dan sebagainya.
Selanjutnya akomodasi masalah suatu proses restrukrisasi informasi yang sudah ada
atau kemampuan menyusun kembali struktur pikirannya karena pengaruh informasi
yang baru saja diterima.
Selain piaget, ahli konstruktivisme Vygostsky berpendapat bahwa
“perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses pembelajaran
juga oleh faktor sosialnya”. Maksudnya, perkembangan anak secara kognitif
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana anak itu berada.
Jadi, belajar dianggap sebagai proses untuk mengkonstruksi pengetahuan yang
dilakukan oleh siswa secara mandiri. Karena siswa diarahkan untuk menjawab materi
sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya saat itu. Disamping itu,
dalam konstruktivisme proses belajar dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan
lingkungan yang mendukung dalam memecahkan masalah, melakukan penyelidikan,
dan menarik suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan rancangan materi yang
disesuaikan dengan masalah yang baisa dialami dilingkungan sehari-hari. Dengan
demikian teori
7
3. Teori belajar penemuan dari Bruner
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari
Jerome Bruner (1996) yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Bruner
menganggap, bahwa “belajar penemuan sesuai dengan pencarian secara aktif oleh
manusia”. Menurut Bruner, siswa disarankan berusaha sendiri untuk memecahkan
masalah yang berinteraksi dengan lingkungan, agar mereka memperoleh pengalaman,
melakukan eksperimen dan menemukan konsep itu sendiri.
Catatan dalam bukunya “The act Discovery” (1961), Bruner (Dahar,1996:92)
mengemukakan beberapa kebaikan dari belajar penemuan yaitu: • Meningkatkan
potensi intelektual • Mengalihkan ketergantungan dari hadiah eksentrik ke hadiah
intrinsik • Menguasai heuristika penemuan • Meningkatkan daya ingat Berdasarkan
pendapat yang diungkapkan Bruner, model inkuiri mempunyai kesesuaian dengan teori
belajar penemuan. Karena siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan pada
lembar kerja sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan sendiri. Setelah itu siswa
berdiskusi dan dapat menarik kesimpulan sendiri mengenai materi yang diberikan.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
8
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran
inkuiri adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk
menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir.
5. Prinsip Keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu
mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba
sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang
untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
9
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam
rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan
siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai
hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang
kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman
wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu
yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional
dan logis.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
10
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
11
2) Inkuiri Deduksi
Inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang permasalahannya berasal dari guru.
Siswa dalam inkuiri deduktif diminta untuk menentukan teori/konsep yang digunakan
dalam proses pemecahan masalah.
Inkuiri terbimbing cocok digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
inkuiri. Dengan inkuiri, ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk
dari guru sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Pada jenis inkuiri ini, siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun individual. Tujuannya agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya,
selama proses belajar berlangsung siswa akan memperoleh pedoman sesuai yang diperlukan.
Kemudian, di tahap awal, guru akan banyak memberikan bimbingan, dan mengurangi
intensitas bimbingan tersebut pada tahap-tahap berikutnya, sehingga siswa mampu
melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan pun dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat membuat siswa memahami konsep
pelajaran matematika.
Di samping itu, guru dapat memberikan bimbingan melalui lembar kerja siswa yang
terstruktur. Selama proses belajar berlangsung, guru harus memantau kelompok diskusi
siswa, sehingga guru bisa mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
oleh siswa.
12
2. Inkuiri Bebas (free inquiry)
Model pembelajaran inkuiri bebas ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan inkuiri. Inkuiri bebas menempatkan siswa seolah-olah bekerja layaknya
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan masalah untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri, serta merancang prosedur
atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, guru akan sangat sedikit memberikan bimbingan atau bahkan tidak ada
arahan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan model ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended, dan mempunyai alternatif
pemecah masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, akan ada kemungkinan siswa menemukan
cara dan solusi yang baru atau bahkan belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah
yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1. Waktu yang diperlukan untuk aktivitas menemukan relatif lama, sehingga melebihi
waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum.
2. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, tak bisa
dipungkiri adanya kemungkinan topik yang dipilih oleh siswa di luar konteks yang terdapat
dalam kurikulum.
3. Ada pula kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga
guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil perolehan siswa.
4. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, maka ada
kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki
oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry)
Jenis model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi merupakan kolaborasi atau
modifikasi dari dua inkuiri sebelumnya, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Meski
begitu, permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
beracuan dengan kurikulum yang telah ada.
Artinya, dalam inkuiri ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, tapi siswa yang belajar dengan inkuiri ini menerima masalah dari
13
gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun, bimbingan yang
diberikan pun lebih sedikit dari inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam inkuiri jenis ini, guru membatasi adanya bimbingan supaya siswa berupaya terlebih
dahulu secara mandiri, dengan harapan para siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Akan tetapi, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui
diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa
pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis
untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
2. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini
memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian
kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang panjang dalam
pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang dilakukan oleh guru bila
keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
3. Teori-teori yang melandasi model pembelajaran inquiri yaitu teori belajar kontruktivisme,
teori belajar Ausubel, teori belajar penemuan oleh Gagne.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Kunandar. 2007. Guru Professional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan
Sukses Dalam Sertifikasi
Guru. Jakarta: Raja Grafindo.
16
17
18
19
20