Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Strategi Belajar Dan Mengajar

Dosen Pengampuh : Dra. Nahriana M.P.d

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DAN DISCOVERY

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

FEBRINA AISYAH PUTRI 1928041042

RASNA MELATI 1928041032

HAJRAH 1928042028

PRODI S.1 TATA BUSANA


PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Subehanahu Wata’ala,


karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan
untuk belajar dan menyelesaikan makalah kelompok kami dengan materi yang
membahas tentang “Pembelajaran Berbasis Inkuiri dan Discovery”. Dimana
makalah ini merupakan tugas Semester 5 pada Mata Kuliah Strategi Belajar dan
Mengajar. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing (Ibu
Dra. Nahriana M.P.d) dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah kelompok kami ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman, Aamiin.

Makassar, 18 September 2021

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................. ........................................... ............. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan .......................................................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Pembelajaran Berbasis Inkuiri......................................................... ..... ..... 3

a) Pengertian Pembelajaran Inquiry ................................................................3


b) Teori-Teori Belajar yang Melandasi ...........................................................3
c) Langkah-langkah Pembelajaran ...................................................................6
d) Kelebihan dan Kekurangan ..........................................................................8
e) Model Pembelajaran Inkuiri ........................................................................9
f) Metode Pembelajaran Inkuiri ......................................................................9
g) Karakteristik Atau Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry .......................10
h) Keefektifan strategi Pembelajaran Inkuiri ................................................11
i) Perinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri ..................................11
B. Pembelajaran Berbasis Discovery...............................................................13
a) Pengertian Pembelajaran Discovery Learning ....................................... 13
b) Tujan Pembelajaran Dicovery Learning ...................................................14
c) Strategi-strategi Dalam Pembelajaran Discovery Learning ......................15
d) Peranan Guru Dalam Pembelajaran Discovery Learning ..........................16
e) Kelemahan Dan Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning .....16
f) Aplikas Pembelajaran Discovery Learning Di Kelas.................................17
BAB III PENUTUP ..............................................................................................20

A. Kesimpulan ................................................................................................20
B. Saran...........................................................................................................21

iii
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses
kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa
itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia
yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal
melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru
dan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh prestasi belajar
siswa. Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
kualitas pendidikan yang bagus. Karena kualitas pendidikan yang bagus akan
membawa siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi
hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan
mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh
tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung
guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif
pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep
selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat untuk dipakai dalam
menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa
dalam belajar.
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam proses belajar – mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta dapat
memecahkan masalah yang dihadapi. Hudojo (Purmiasa, 2002: 104) mengatakan
bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar

1
yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Berhasil tidaknya proses belajar
mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang
dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan dan
menggunakan model pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus
menguasai prinsip–prinsip belajar mengajar serta mampu menerapkan dalam
proses belajar mengajar. Prinsip – prinsip belajar mengajar dalam hal ini adalah
model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis inkuiri dan discovery?
2. Apa saja teori-teori belajar yang melandasi pembelajaran berbasis inkuiri?
3. Bagaimana tahapan dalam pembelajaran berbasis inkuiri dan discovery?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis inkuiri dan
discovery?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis inkuiri
dan discovery.
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori belajar yang melandasi pembelajaran
berbasis inkuiri.
3. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dalam pembelajaran berbasis inkuiri
dan discovery.
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis
inkuiri dan discovery.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Berbasis Inkuiri


a) Pengertian Pembelajaran Inquiry
Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris “Inquiry” berarti pertanyaan,
pemeriksaan, atau penyelidikan.
Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,
2006).
Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model
pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri,
serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain
(mulyasa, 2008).
Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan
siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir
secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
b) Teori-Teori Belajar yang Melandasi
Adapun teori-teori belajar yang mendasari proses pembelajaran dengan
model inkuiri antara lain:
1. Teori belajar kontruktivisme,
2. Teori belajar ausubel,
3. Teori belajar penemuan dari Bruner

3
1. Teori belajar kontruktivisme,
Menurut pandangan teori ini siswa mengkontruksi pengetahuan
mereka sendiri melalui interaksi dengan objek, fenomena, data-data, fakta-
fakta, pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan yang dikontruksi dianggap benar, bila pengetahuan
tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah sesuai dengan masalah
yang dihadapi.
Kontruktivisme juga beranggapan bahwa pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari sesorang kepada orang lain, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Artinya, pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah jadi, melainkan proses yang berkembang terus
menerus.
Salah satu tokoh kontruktivisme yaitu Pieget berpendapat bahwa:
„pengetahuan yang dibuat dalam pikiran anak, selama anak tersebut terlibat
dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif
dengan lingkunganya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah suatu proses kognitif untuk menyerap setiap informasi baru kedalam
pikirannya seperti: presepsi, konsep, dan sebagainya. Selanjutnya akomodasi
masalah suatu proses restrukrisasi informasi yang sudah ada atau kemampuan
menyusun kembali struktur pikirannya karena pengaruh informasi yang baru
saja diterima‟.
Selain piaget, ahli konstruktivisme Vygostsky berpendapat bahwa
“perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses
pembelajaran juga oleh faktor sosialnya”. Maksudnya, perkembangan anak
secara kognitif dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana anak itu berada.
Jadi, belajar dianggap sebagai proses untuk mengkonstruksi
pengetahuan yang dilakukan oleh siswa secara mandiri. Karena siswa
diarahkan untuk menjawab materi sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang dimilikinya saat itu. Disamping itu, dalam konstruktivisme
proses belajar dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan lingkungan yang
mendukung dalam memecahkan masalah, melakukan penyelidikan, dan

4
menarik suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan rancangan materi yang
disesuaikan dengan masalah yang baisa dialami dilingkungan sehari-hari.
Dengan demikian teori kontruktivisme berkaitan dengan penjelasan melalui
metode inkuiri.
2. Belajar bermakna dari Ausubel
Belajar menurut Ausubel (Dahar,1996:111) ada dua jenis, yaitu 1)
belajar bermakna (meaningful learning), dan 2) belajar menghafal (rate
learning).
Belajar bermakna merupakan suatu proses dimana setiap
informasi atau pengetahuan baru dihubungkan dengan struktur pengertian
atau pemahaman yang sudah dimilikinya oleh siswa sebelumnya. Belajar
bermakna terjadi bila siswa mampu menghubungkan setiap informasi baru
kedalam struktur pengetahuan mereka. Hal ini terjadi melalui pemahaman
siswa terhadap sebuah konsep, mampu mengubah konsep melalui proses
asimilasi dan akomodasi konsep. Sehingga menyebabkan peningkatan
kemampuan untuk memecahkan masalah. Untuk itu dapat dikatakan teori
belajar bermakna dari Ausubel sesuai dengan model pembelajaran inkuiri.
Karena siswa mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan materi secara
mandiri tanpa dibimbing oleh guru.
3. Belajar penemuan dari Bruner
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh
ialah model dari Jerome Bruner (1996) yang dikenal dengan nama belajar
penemuan. Bruner menganggap, bahwa “belajar penemuan sesuai dengan
pencarian secara aktif oleh manusia”. Menurut Bruner, siswa disarankan
berusaha sendiri untuk memecahkan masalah yang berinteraksi dengan
lingkungan, agar mereka memperoleh pengalaman, melakukan eksperimen
dan menemukan konsep itu sendiri.
Catatan dalam bukunya “The act Discovery” (1961), Bruner
(Dahar,1996:92) mengemukakan beberapa kebaikan dari belajar penemuan
yaitu: • Meningkatkan potensi intelektual • Mengalihkan ketergantungan
dari hadiah eksentrik ke hadiah intrinsik • Menguasai heuristika penemuan •

5
Meningkatkan daya ingat Berdasarkan pendapat yang diungkapkan Bruner,
model inkuiri mempunyai kesesuaian dengan teori belajar penemuan.
Karena siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan pada lembar
kerja sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan sendiri. Setelah itu siswa
berdiskusi dan dapat menarik kesimpulan sendiri mengenai materi yang
diberikan.
c) Langkah-Langkah Pembelajaran

1. ORIENTASI

2. MERUMUSKAN
MASALAH

3. MERUMUSKAN
HIPOTESIS

4. MENGUMPULKAN
DATA

5. MENGUJI
HIPOTESIS

5. MERUMUSKAN
KESIMPULAN

Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagai


berikut :

1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan
mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi

6
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan
kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar.

2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-
teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji
disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa
akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,
tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki
serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang
mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional
dan logis.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga

7
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data mana yang relevan.

d) Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
a. Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
b. Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
c. Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-
rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

8
2. Kekurangan
a. Jika model pembelajaran inquiry digunakan sebagai model pembelajaran,
maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inquiry akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
e) Model Pembelajaran Inkuiri ada dua macam:
1. Inkuiri Induksi
Inkuiri induktif adalah model inkuiri yang penetapan masalahnya ditentukan
sendiri oleh siswa sesuai dengan bahan/materi ajar yang akan dipelajari.
2. Inkuiri Deduksi
Inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang permasalahannya berasal dari guru.
Siswa dalam inkuiri deduktif diminta untuk menentukan teori/konsep yang
digunakan dalam proses pemecahan masalah.
f) Metode Pembelajaran Inkuiri
a. Inkuiri terbimbing
b. Inkuiri bebas
c. Inkuiri bebas modifikasi

Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing,


siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk
seperlunya dari seorang guru.Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing (Wartono 1999). Selain
pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan
seperlunya pada saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan
tentang cara-cara melakukan percobaan. Metode inkuiri terbimbing biasanya
digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan

9
menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak
bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi.
Metode inkuiri bebas digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan
inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang
ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur
atau langkah-langkah yang diperlukan.
Metode inkuiri bebas termodifikasi merupakan kolaborasi atau
modifikasi dari dua strategi inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri
terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan
yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani
acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam metode ini siswa tidak dapat
memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun
siswa yang belajar dengan metode ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang
diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
g) Karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran inquiry
Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri utama
pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran inquiry menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inquiry menempatkan siswa
sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self believe).
3. Membuka intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreativitas siswa.
4. Memberikan kebebasan pada siswa untuk berinisiatif dan bertindak.
5. Mendorong siswa untuk berfikir intensif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.

10
6. Proses interaksi belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher
centered kepada student centered. (Muslich: 2008)
h) Keefektifan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan.
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep
yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemampuan dan kemampuan berpikir.
5. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
i) Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Adapun prinsip strategi pembelajaran inkuiri yaitu:
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh
karena itu, keberhaasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai
materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi
antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi,
artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai
pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu

11
mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan
berpikirnya melalui interaksi mereka.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru
untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak,
baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan
dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung
menggunakan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan
rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena
itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak
kanan.
5. Prinsip Keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika
dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
B. Pembelajaran Berbasis Discovery
a) Pengertian Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan

12
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan
siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa
untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang
menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner
memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana
murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia
hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan
informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar
penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu
hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau
proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang
digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran
penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri.

13
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan
jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan
pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang
ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam
kehidupan bermasyarakat.
b) Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari
pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak
siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
mneggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.

14
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
c) Strategi-Strategi dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dalam pembelajaran dengan penemuan dapat digunakan beberapa strategi,
strategi-strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Strategi Induktif
Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh
khusus dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus
tidak dapat digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju
kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan
strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan itu
benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan
strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan “barangkali”
atau “mungkin”.
b. Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting
dalam hal pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif
yang saling berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting
dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika yang bersifat
umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan
untuk menemukan konsep-konsep lain yang belum ia ketahui
sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran,
siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran
menjadi n buah sector yang sama besar, kemudian menyusunnya
sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus
keliling lingkaran yang sudah diketahui sebelumnya, siswa akan dapat
menemukan bahwa luas lingkaran adalah .
d) Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

15
a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat
pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu
dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar
penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.
c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan
simbolik.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,
guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru
hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan
yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran
bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan
balik pada waktu yang tepat.
e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari
generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisai-generalisasi itu.
e) Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning
 Kelebihan discovery learning
1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
(problem solving)
2. Dapat meningkatkan motivasi
3. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa
4. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
5. Menimbulakan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong
ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat
6. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.
7. Melatih siswa belajar mandiri
 Kekurangan discovery learning

16
1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah fahaman
antara guru dengan siswa.
2. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar
yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator,
dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru ini bukan
pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu yang banyak.
Dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak banyak memberi
motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.
3. Menyita pekerjaan guru.
4. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
5. Tidak berlaku untuk semua topik .
f) Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
a. Tahap persiapan dalam aplikasi model discovery learning
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery
learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap
perencanaan menurut Bruner, yaitu:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya
Irawan dalam Budiningsih, 2005:50).
b. Prosedur aplikasi discovery learning

17
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model
Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan,
1990:198).
Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh
anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik
bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
3. Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya
(Djamarah, 2002:22).
4. Data processing (pengolahan data).

18
Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi
yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5. Verification (pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya
dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
(Junimar Affan, 1990:198).

19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga
dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
Discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa.
Adapun teori-teori belajar yang mendasari proses pembelajaran dengan
model inkuiri antara lain:
1. Teori belajar kontruktivisme
2. Teori belajar ausubel
3. Teori belajar penemuan dari Bruner
Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagai berikut :

1. Orientasi
2. Merumuskan masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Merumuskan kesimpulan

Langkah-langkah model pembelajaran discovery sebagai berikut :

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).


2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
3. Data collection (pengumpulan data).
4. Data processing (pengolahan data).
5. Verification (pentahkikan/pembuktian).

20
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
B. Saran
Karena model pembelajaran inkuri dan discovery learning hanya dapat

dipakai untuk materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru

disarankan agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok

yang dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya dan juga

tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model pembelajaran inkuri

maupun discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.

Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah

diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini,

tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Inkuiri”.


Online.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_tm_054161_chapter2.pdf
diakses pada 18 September 2021).
Anonim. 2012. “Model Pembelajaran Inquiri”. Online. (http://www.ras-
eko.com/2011/05/model-pembelajaran-inquiry.html diakses pada 20
November 2021)
Kunandar. 2007. Guru Professional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo.
Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
Dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muslich Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University
Press.
Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Rawamangun-Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

22

Anda mungkin juga menyukai