Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Syahrul, M.Pd

MAKALAH
“DASAR-DASAR PENGETAHUAN DAN KEBENARAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
A. KURNIAWAN C 1928041039
RASNA MELATI 1928041041
MULYANA 1928041028
NURAENI 1928042028

PRODI S.1 TATA BUSANA


PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... iii

A. Latar Belakang .................................................................................................................... iii

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... iii

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. iii

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 1

A. Hakikat Pengetahuan ............................................................................................................ 1

B. Dasar-Dasar Pengetahuan..................................................................................................... 2

C. Jenis Pengetahuan Dan Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ..................................... 7

D. Eksistensi Ilmu Pengetahuan. ................................................................................................. 9

E. Kriteria Kebenaran ............................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................ 14

A. Kesimpulan......................................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................................... 14

DAFTAR FUSTAKA ............................................................................................................................ 15

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugrah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas tentang “Dasar-dasar Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran”. Dalam menyusun tugas
makalah ini, banyak sekali mendapat hambatan dan rintangan akan tetapi dengan usaha, kerja
keras dan bantuan dari berbagai pihak semua masalah tersebut dapat teratasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang telah memberikan arahan, pencerahan
dan telah membimbing pembelajaran dan diskusi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari bentuk
penyusunan dan materinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik dan sempurna. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Makassar, 28 September 2021

Kelompok IV

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-
sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk
kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti
kehidupan.
Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah
pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupaka makhluk yang berakal budi
yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia mampu mengembangkan
kemampuan yang spesifik manusiawi, yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Ketika
orang menyaksikan sebuah pantai, sebut saja pantai Tanjung A’an di pulau Lombok, orang akan
terheran-heran dengan pasir putih. Kemegahan alami itu menggugah perhatian manusia,
setidaknya ingin mengetahui sesungguhnya apakah hidup itu seperti pasir? Siapa yang
menciptakan pasir putih berib-ribu dan bahkan berjuta-juta butir, serta untuk apa maknanya bagi
manusia.
Pada pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengetahuan
dan ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan itu diperoleh, dan apakah pengetahuan tersebut
merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya. Serta bagaimana ukuran kebenaran
dari pengetahuan yang didapat tersebut.

B. Rumusan Masalah
Apa definisi dan jenis pengetahuan ?
1. Apa pengertian hakikat pengetahuan ?
2. Apa dasar-dasar pengetahuan ?
3. Apa jenis pengetahuan dan faktor yang mempengaruhi pengetahuan ?
4. Bagaimana eksistensi ilmu pengetahuan ?
5. Bagaiman kriteria kebenaran

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui hakikat dan sumber pengetahuan
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar pengetahuan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis pengetahuan dan faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dapat mengembangkan arti kehidupan melalui ilmu.

iii
4. Mahasiswa dapat mengetahui eksistensi dan pengetahuan
5. Mahasiswa mengetahui bagaimana kriteria kebenaran

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Secara terminologi dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut
Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek.
Namun dalam artian sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti. 2

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan
pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan
dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi,
akidah, dan pikiran-pikiran.
Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan
suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa
kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita
dengan objek-objek eksternal. John Dewey beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan
hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang
terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang
senantiasa berubah.
Dalam pengetahuan sangat mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain:
1. Hal-hal yang diperoleh.
Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi, keterampilan, informasi, pemilkiran-
pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua
kondisi dan dimensi penting kehidupan. Misalnya pengetahuan seseorang tentang sejarah
negaranya dan pengetahuannya terhadap etika dan agama dimana pengetahuan-
pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan dan menjadikannya sebagai dasar
pembahasan.
2. Realitas yang terus berubah.

1
Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang
senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini,
seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam, kemudian ia
membandingkan perkara tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan atasnya,
dengan demikian, ia menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
baru yang lebih global.
Para ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan, terutama karena
rumusan pengetahuan oleh Plato yang menyatakan pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati
yang dibenarkan” (justified true belief). Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan
diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar
berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2003).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa Pengetahuan
merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan
konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. (Sumber:
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta).
Sejalan dengan pandangan – pandanga penulis diatas, bahwa ilu dan pengetahuan
memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Dimana ilmu adalah hasildari penetahuan, dan
pengetahuan adalah hasil tahu mamusia terhadap suatu objek yang dihadapinya.

B. Dasar-Dasar Pengetahuan
1. Penalaran
Pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia disebabkan dua hal utama yakni,
pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan manusia

2
untuk berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara
berpikir seperti itu disebut penalaran.
Dua hal utama inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan
pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu
menalar. Tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran, sebab berpikirpun tidak
semuanya berdasarkan penalaran. Bagian-bagian dari penalaran yakni:
a. Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir,
merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan
dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti yang dikatakan
Pascal bahwa hati pun mempunyai logika tersendiri. Jadi penalaran merupakan kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran
(pengetahuan).
b. Berpikir
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa
yang disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir
untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu,
cara berpikir mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan untuk
menemukan kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Penalaran
sebagai suatu kegiatan berpikir mempunyai ciri-ciri:
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas bisa disebut logika. Artinya setiap
penalaran merupakan proses berpikir yang logis menurut pola tertentu yang tidak
akan menimbulkan kekacauan karena tidak konsistennya penggunaan pola berpikir.
2. Bersifat analitik dari proses berpikir. Penalaran merupakan kegiatan berpikir analitik
yang menggunakan logika ilmiah yang merupakan kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-lanhkah tertentu. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu
pola berpikir tertentu. Akan tetapi, tidak semua kegiatan berpikir menggunakan
langkah-langkah tertentu dan bersifat logis dan analistis.
c. Perasaan

3
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
Contohnya intuisi yang merupakan suatu kegiatan berpikir yang non analitik (tidak
mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu). Berpikir intuitif memegang peranan
yang penting dalam masyarakat yang berpikiran non analitik, yang kemudian sering
bergalau dengan perasaan.
d. Wahyu
Wahyu diberikan Tuhan lewat malaikat-malaikat dan nabi-nabinya ada yang percaya
dan ada yang tidak. Dengan wahyu kita mendapatkan keyakinan meskipun kegiatan
berpikirnya tidak menggunakan logika serta bersifat intuitif. Dalam hal ini, manusia
bersifat pasif sebagai penerima pemberitaan tersebut, yang kemudian dipercaya atau tidak
tergangantung dari keyakinan masing-masing.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat ditinjau dari
sumber yang memberikan pengetahuan tersebut. Panalaran, intuisi, dan wahyu adalah
sumber pengetahuan. Akan tetapi, penalaran merupakan cara berpikir dengan pola
tertentu yang disertai analisis. Sedangkan intuisi dan wahyu merupakan sumber
pengetahuan implisit yang tidak didasarkan pada pola berpikir tertentu, hanya
berdasarkan perasaan dan keyakinan.
2. Logika
Logika diturunkan dari kata “logie” bahasa Yunani, yang berhubungan dengan
kata “logos”, yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan fikiran itu. Secara
etimologi, logika adalah bidang penyelidikan yang membahas fikiran, yang dinyatakan
dalam bahasa.
Menurut Anne, logika merupakan pengkajian berpikir shahih. Logika merupakan
pertimbangan akal pikiran supaya berpikir secara lurus, tepat dan sistematis, yang
kemudian dinyatakan lewat bahasa lisan atau tulisan.
Secara luas dapat dikatakan bahwa logika adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang sah. Logika dibagi
dalam dua cabang pokok, yakni logika deduktif dan logika induktif.
1. Logika Deduktif
Logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum
menjadi khusus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan secara deduktif,

4
menggunakan pola berpikir silogismus yang disusun oleh dua pernyataan dan satu
kesimpulan. Dalam silogisme dibedakan adanya dua premis, yaitu premis mayor dan
premis minor serta adanya kesimpulan yang merupakan pengetahuan yang didapat dari
kedua premis tersebut.
Contoh : Semua manusia bernafas (Premis Mayor)
Budi adalah seorang manusia (Premis Minor)
Jadi Budi bernafas (Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan di atas, merupakan penarikan yang sah menurut logika
deduktif. Akan tetapi, kesimpulan tidak selalu benar walaupun premisnya benar, sehingga
penarikanya tidak sah. Ketepatan kesimpulan tergantung tiga hal yakni kebenaran premis
mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Apabila ketiga
syarat tersebut tidak terpenuhi, maka penarikan kesimpulan dapat dikatan tidak sah. Ilmu
yang disusun secara deduktif contohnya adalah matematika.
2. Logika Induktif
Penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum dari kasus yang
bersifat individual. Misalnya, kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa
mempunyai mata dan hewan lain juga mempunyai mata. Dari fakta-fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa semua hewan mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini
mempunyai dua keuntungan yaitu, bersifat ekonomis dan dapat diproses lebih lanjut
dengan menggunakan pemikiran induktif dan deduktif.
Prinsip-prinsip dasar dalam logika
Aristoteles merumuskan tiga buah prinsip atau hukum dalam logika, yakni:
1. Prinsip Identitas,
2. Prinsip Kontradiksi, dan
3. Prinsip Penyisihan jalan tengah.
3. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak
jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita. Ada beberapa sumber
untuk mendapatkan pengetahuan, antara lain:
1. Akal atau rasio

5
Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide disebut
rasionalisme. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam
ide dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Jadi ide kaum rasionalis bersifat
apriori dan pengalaman didapatkan dari penalaran rasional. Masalah yang timbul dari
berpikir seperti ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide
yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi karena premis-premis
yang hanya bersumber pada penalaran rasional dan tidak memperdulikan pengalaman.
2. Pengalaman
Aliran pemikiran yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan
disebut empirisme. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan
didapat dari penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret.
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris adalah bahwa
pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta.
Kumpulan mengenai fakta atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin
terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis. Pengalaman dalam empirisme
yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial
karena indera yang satu berbeda dengan indera yang lainnya. Jadi pengetahuan inderawi
berdasar pada perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas indera tertentu.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Intuisi besifat personal dan tidak dapat diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat
dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar
tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerjasama
dalam menemukan suatu kebenaran.
4. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Allah Subehanahu
Wata’ala kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya
sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan
sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang
bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di

6
akhirat nanti. Singkatnya, agama dimulai dari rasa percaya, dan lewat pengkajian
selanjutnya kepercayaan itu meningkat atau menurun. Sedangkan pengetahuan muncul
dari rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, bisa diyakinkan
atau tetap pada pendirian semula.

C. Jenis Pengetahuan Dan Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Jenis-jenis Pengetahuan
Pengetahuan itu menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas :
1) Pengetahuan Non Ilmiah
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-
cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan nonilmiah ialah segenap hasil
pemahaman manusia atas atau mengenai barang sesuatu atau objek tertentu yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih
sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir
yang khas, yaitu metodologi ilmiah.
3) Pengetahuan Dianoya (Matematika)
Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada di
dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi
juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya.
Dengan demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini
adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau
kuantitas entah luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari
hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga
pengetahuan pikiran.
4) Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan yang objeknya
adalah arche prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama

7
ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang pengetahuan ini adalah hampir sama
dengan pengetahuan pikir
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang berupa kebaikan,
kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai tingkat tertinggi
dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai
pengetahuan yang sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut Episteme.
Jenis-jenis pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato. Plato membagi
pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya.
Pembagiannya adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan yang
objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang
berpengalaman.
b. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial.
Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan
manusia.
2) Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi
contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3) Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is
apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah

8
sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai
transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain
sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai
suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program
komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada
hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap
dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

D. Eksistensi Ilmu Pengetahuan.


1. Objek ilmu pengetahuan
Objek ilmu pengtahuan itu ada dua, yaitu :
a. Objek Material berupa benda – benda material maupun nonmaterial, bahkan bisa juga
berupa hal – hal, masalah – masalah dan sebagainya.
b. Objek formal merupakan objek yang akan menjelaskan pentingnya arti, posisi dan
pungsi objek di dalam ilmu pengetahuan.
2. Metode ilmu pengetahuan
Descartes merumuskan pedoman penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam
usahanya mencapai kebenaran sebagai berikut:
Pertama, janganlah sekali-kali mnerima sebagai kebenaran, jika tidak ternyata
kebenarannyadengan terang benderang, hauslah kita membuang segala prasangka dan
janganlah campurkan apapun juga yang tak nampak sejeas-jelasnya kepada kita, hinga tak
ada dasar sedikitpun juga untuk sanksi.
Kedua, rincilah tiap kesulitan sesempurna-sempurnanya dan carilah jawaban secukupnya.
Ketiga, aturlah pikiran dan pengetahuan kita sedemikian rupa, sehingga kita mulai dari
yamng paling rendah dan sederhana, kemudian meningkat dari sedikit, setapak demi
setapak untuk mencapai pengetahauan yang lebih sukar dan lebih ruwet.
Keempat, buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya
dan seumum-umumnya hingga menyeluruh, sampai kita tidak khawatir kalau-kalau ada
yang kelewatan.
9
3. Ukuran Kebenaran
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada
setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat danwatak
pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama
dengan pengetahuan tentang alam fisik. Scara umum orang merasa bahwa tujuan
pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di
situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya
espistemologi.
Untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada beberapa teori yang dapat dijadikan
sebagai kriteria. Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu:
1. Kebenaran Koherensi
Sesuatu yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan
dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi, hal ini dapat berupa skema, sisitem, atau
nilai. Koheren tersebut mungkin saja tetap pada dataran sensual rasional, tetapi mungkin pula
menjangkau dataran transenden.
2. Kebenaran Korespondensi
Berfikir benar korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan
sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau
berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan (positifisme), antara fakta

3. Kebenaran Performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan actual dan menyatukan
apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoritik, maupun yang filosofik. Orang
yang mengetengahkan kebenaran tampilan actual yang disebut dengan kebenaran performatif
tokoh penganut ini antara lain Strawson (1950) dan Geach (1960) sesuatu sebagai benar
biladapat diaktualkan dalam tindakan.
4. Kebenaran Pragmatik
Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce. Yang benar adalah yang konkret, yang individual,
dan yang spesifik, demikian James Deweylebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran
merupakan korespondensi antara ide denga fakta, dan arti korespondensi menurut Dewey
adalah kegunaan praktis.
5. Kebenaran Proposisi

10
Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar dalam logika
Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai denganpersyaratan formal suatu proposisi.
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks.

E. Kriteria Kebenaran
1. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Kebenaran menurut
setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga setiap jenis pengetahuan mempunyai
kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak pengetahuan yang
berbeda.
2. Jenis-jenis Kebenaran
Ada tiga jenis kebenaran, yakni:
1. Kebenaran Epistimologis
Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis. Kebenaran epistimologis
merupakan kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Sebuah
pengetahuan disebut benar dan kapan pengetahuan disebut benar apabila apa yang
terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.
2. Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek. Kebenaran
ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala
sesuatu yang ada.
3. Kebenaran Semantik
Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan melekat dalam tutur kata
dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Bahasa merupakan
ungkapan dari kebenaran.
3. Teori Kebenaran
Ada tiga macam teori kebenaran, yakni:
1. Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

11
Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian
berdasarkan teori koheren.
2. Teori Korespondensi
Berdasarkan teori korespondensi, pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan
yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pertanyaan tersebut.
3. Teori Pragmatis
Berdasarkan teori pragmatis, pernyataan dianggap benar diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu
parnyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Pragmatisme bukanlah suatu
aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan
kriteria kebenaran.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap
jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu
berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan
tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk
mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran
inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.
4. Upaya Memperoleh Kebenaran.
a. Pendekatan Empiris
Manusia mempunyai seperangkat indera yang berfungsi sebagai penghubung dirinya
dengan dunia nyata, dengan inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada
di sekitarnya. Kenyataan seperti ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa kebenaran
dapat diperoleh melalui penginderaan atau pengalaman,
Bagi yang mempercayai bahwa penginderaan merupakan satu-satunya cara untuk
memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Bagi golongan ini, pengetahuan
itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, namun melalui
pengalaman yang konkrit.
b. Pendekatan Rasional

12
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan mengandalkan rasio, upaya ini
sering disebut sebagai pendekatan rasional. Manusia merupakan makhluk hidup yang
dapat berpikir,sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia dapat menangkap ide
atau prinsip tentang sesuatu, yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu
kebenaran rasional.
c. Pendekatan Intuitif
Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Misalkan Seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba
menemukan jalan pemecahan dari masalah yg dihadapi.
d. Pendekatan Religius
Kita sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal pikiran harus menyadari bahwa alam
semesta beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan Tuhan. Upaya
untuk memperoleh kebenaran dengan jalan seperti ini disebut sebagai pendekatan
religious.
e. Pendekatan Otoritas
Yang dimaksud dengan pendekatan otoritas ini adalah seseorang yang memiliki
kelebihan tertentu disbanding orang lain. Kelebihan-kelebihan tersebut bisa berupa
kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya. Yang
memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani, ditakuti, ataupun dijadikan figur
panutan. Apa yang mereka nyatakan akan diterima sebagai suatu kebenaran.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :
pendidikan, media dan keterpaparan informasi.
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang
mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia Uraian dan ulasan mengenai
berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori
kebenaran. Teori Kebenaran mempunyai Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan
fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan Positivistik Mengabaikan
hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak Performatif Bila
pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif
Konsensus Didukung teori yang kuat dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan
kebenaran.

B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami.
Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari
berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik dari bapak pembimbng kami dan teman-teman
yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

14
DAFTAR FUSTAKA

Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat ilmu suatu kajian dalam dimensi ontologs, epistemologis, dan
aksiologis, hlm. 76
Drs. H. A. Fuad Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu, hlm.100
Dr. Suwardi Endraswara, M. HUM. 2012. Filsafat Ilmu. Hlm. 85
(Sumber: Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta).
Drs. Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia suatu kajian dalam
dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis, hlm. 81 – 88
Dardiri, A. 1986. HUMANIORA, FILSAFAT, DAN LOGIKA. Jakarta: CV. Rajawali.
Kattsoff, Louis O.. ELEMENT OF PHILOSOPHY, atau PENGANTAR FILSAFAT, Terj.
Soemargono, Soejono. Yogyakarta: TIARA WICAKSANA YOGYA. 1987.
Suriasumantri, Jujun S.. 2010. FILSAFAT ILMU Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Hubbi, Kimia. 2015. Dasar-Dasar Pengetahuan.
Tafsir, Dr. Ahmad. 2003. Filsafat ilmu. Bandung : Rosda Karya.
www.wisdoms4all.com
Isyraq.Subtansi Dan Definisi Pengetahuan.http://isyraq.wordpress.com/2007/11/26/substansi-
dan-definisi-pengetahuan/
Rhiza.http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/debbie/knowledge.ppt
http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn3
http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn1
Isyraq.Sumber dan media Pengetahuan. http://isyraq.wordpress.com/2007/10/30/sumber-
dan-media-pengetahuan/

15

Anda mungkin juga menyukai