Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LANDASAN KEBERADAAN ILMU, ONTOLOGI DAN METAFISIKA

Makalah Ini disusun dan dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu: Bekti Taufiq Ari Nugroho, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

1. Alifatin Nikmah (23030190036)


2. Oktafiatushofah (23030190138)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah dengan judul
“Landasan keberadaan ilmu, Ontologi, Metafisika” Sholawat teriring salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang benderang. Tujuan
dibuatnya makalah ini diharapkan agar dijadikan sebagai wawasan kita terhadap mata
kuliah “Filsafat Ilmu Pendidikan” sesuai dengan tema yang kami angkat. Penyusun
telah berusaha demi keberhasilan dan kesempurnaan makalah ini. Namun, kami merasa
masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritikan dan saran yang
membangun baik dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan mahasiswa. Tidak
lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian Makalah ini, semoga dengan apa yang ada dalam
Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amiin ...

Salatiga,25 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFATAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Ilmu.................................................................................................................................................3
B. Ontologi..........................................................................................................................................4
1. Pengertian Ontologi.....................................................................................................................5
2. Konsep Ontologi..........................................................................................................................5
3. Objek Fomal Ontologi.................................................................................................................6
4. Dasar Ontology Ilmu...................................................................................................................7
5. Metode dalam Ontology..............................................................................................................7
6. Pokok Pikiran atau Aliran Ontologi.............................................................................................7
C. Metafisika.......................................................................................................................................9
1. Definisi Metafisika......................................................................................................................9
2. Klasifikasi Metafisika................................................................................................................10
3. Manfaat Metafisika bagi Pengembangan Ilmu...........................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................12
Kesimpulan..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuaan merupakan usaha manusia untuk memahami kenyataan sejauh dapat
dijangkau oleh daya pemikiran manusia berdasar pengalaman manusia secara empirik 1, suatu
keadaan yang telah diamati oleh seseorang berdasarkan pengalaman. Manusia terlahir,
mengenali dirinya dan lingkungan sekitarnya untuk megetahui hal yang terjadi dalam
kehidupannya. Manusia sebagai makhluk yang berakal dan sebagai pelaku dan tempat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Dala hakikatnya manusia memerlukan pengetahuan yang
sangat luas untuk melanjutkan kehidupan dan juga mempunyai keilmuan untuk diberikan
kepada keturunannya kelak.
Filsafat sangat diperlukan kehadirannya pada saat perkembangan sains yang semakin
menunjukkan spesialisasi keilmuannya. Para ilmuwan yang mengembangkan ilmu
pengetahuan , dengan mendalami tentang filsafat diharapkan mampu memahami keterbatasan
diri dan lingkungan, sehingga pemikiran dan tindakannya tidak terperangkap oleh arogansi
intelektual yang dimiliki.2 Sesuatu yang bersifat keilmuan sebenarnya harus di pelajari oleh
manusia untuk memperoleh hasil yang sangat memuaskan. Seseorang harus bisa memahami
tentang filsafat agar mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan perkembangan ilmu
pengetahuan di zaman sekarang. Pemahaman yang akan didapat setelah mempelajari ilmu
pengetahuan akan mempermudah seseorang dalam memahami filsafat yang meliputi:
epistemology, metafisika, logika, etika. Dan etika juga akan mempermudah untuk
perkembangan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan ontologi?
3. Apa saja aliran aliran ontologi

1
Rusli Malli, Landasan Ontologi Ilmu Pengetahuan (Universitas Muhammadiyah Makassar, Volume 4 No.1,
Januari-Juni 2019)Hal: 94
2
Radenrara Imro’atun Istikhomah, Filsafat Sebagai Landasan Ilmu dalam Pengembangan Sains (Pascasarjana MPI
IAIN Purwokerto, Purwokerto, Indonesia, Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 4 No1 Tahun 2021) Hal: 63

1
4. Apa yang dimaksud dengan metafisika?
5. Apa saja aliran aliran Metafisika?
C. Tujuan
1. Mengetahui oengertian ilmu
2. Mengetahui definisi ontologi
3. Mengetahui aliran aliran ontologi
4. Memahami dan mengetahui definisi dari metafisika
5. Memahami dan mengatahui pokok pembahasan metafisika
6. Mengetahui manfaat metafisika dalam kehidupan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu
Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dari kata ini adalah pengetahuan.
Dalam bahasa Indo-nesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa Inggris
“science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang
artinya pengetahuan. “Science”dari bahasa Latin “scientia”, yang berarti “pengetahuan”.3
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia terdapat pemahaman tentang ilmu yang sangat berguna
untuk kelangsungan hidup manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh dan secara khusus apabila sudah
memiliki ilmu. Ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh setiap manusia diperoleh melalui
proses penalaran menggunakan akal. Pengetahuan juga menjadi sarana informasi, Ketika tidak
didahului pengetahuan maka ilmu juga tidak akan pernah ada dan tidak akan pernah lahir.

Ilmu tidak pernah berdiri sendiri. Tidak pernah lepas dari aspek yang lain. Tidak pernah
dapat dihadirkan sendiri. Ia selalu terikat factor dan actor yang melatarbelakangi mengapa
sesuatu yang disebut ilmu itu lahir, hadir dan berkembang. Ilmu tidak pernah berdiri di ruang
hampa tanpa berdekatan dengan dimensi kemanusiaan dan kealaman yang demikian kompleks.
Ilmu, karena itu selalu merupakan lanjutan dari satu fase ke fase yang lain, dari satu peristiwa
ke peristiwa yang lain. Ilmu selalu merupakan tumpukan teori-teori dari ilmuan sebelumnya
yang ttampak kecil, kemudian membuncah menjadi tumpukan teori yang besar, mapan
kompleks.4 Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa seperti mata rantai yang tidak
pernah terputus satu dengan yang lain. Pengetahuan itu berasal dari rasa ingin tahu kemudian
terus ingin menjadi tahu kemudian menjadi tahu.

Dilingkungan pendidikan terutama pendidikan tinggi,  boleh dikatakan dikatakan setiap


waktu, istilah istilah “ilmu” diucapkan diucapkan dan sesuatu sesuatu ilmu diajarkan.
Tampaknya telah menjadi kelaziman bahwa sebutan yang dipergunakan ialah “ilmu
pengetahuan seperti misalnya, pada nama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan

3
Ivan Eldes Dafrita, Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama. Hal: 159
4
Prof. Dr. Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu Mencari Makna Tanpa Kata Dan Mentasbihkan Tuhan Dalam Nalar. Hal:
34

3
sebutan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Ilmu atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam
Sosial (IPS). Dalam perkembangan terakhir di Indonesia telah pula ditam telah pula
ditambahkan istilah ‘sains’ an istilah ‘sains’ sepeti umpa sepeti umpamanya dalam a dalam
ungkapan ‘sains dan teknologi.5 Meskipun setiap saat diucapkan dari waktu-ke waktu yang
diajarkan, namun sepertinya belum banyak yang dilakukan pembahasan mengenai ilmu itu
sendiri dan pengertian ilmu dengan sendiriny akan dipahami tanpa membutuhkan keterangan
lebih lanjut, akan tetapi, apabila apabila harus memberikan perumusan yang tepat untuk
mengenai pengertian ilmu, barulah orang akan lebih mudah untuk memahaminya.

Zaprul khan menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis.6 Hal senada juga disebutkan oleh Mulyadi Kartanegara, bahwa
ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang berawal dari hasil pengamatan,
hasil kajian dan uji ccoba terhadap objek tertentu. 7 Dalam pengertian tersebut bisa di
definisikan bahwa sumber pengetahuan manusia itu belum bisa disebut sebagai ilmu
pengetahuan Ketika belum disusun dengan sistematis dan metodologis. Dalam usaha sadar kita
pemahaman itu bisa memberikan kepada kita pentingnya informasi untuk keselamatan
kelangsungan hidup sebagai makhluk tuhan dan sebagai makhluk social.

Yuyun menambahkan bahwa, meskipun secara metodologis tidak ada perbedaan antara
ilmu alam dengan ilmu sosial, namun karena mengingat objek pembahasannya yang berbeda
dan bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat
ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini hanya bersifat memberi batasan saja pada masing-masing
bidang yang ditelaah dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Artinya,
meskipun masing-masing cabang ilmu pengetahuan itu memiliki objek kajian yang berbeda,
namun tidak berarti bahwa telah terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki ciri-ciri keilmuan yang sama,
baik berkenaan dengan hakikat ilmu pengetahuan, metodologi maupun manfaat dari ilmu
tersebut.8 Selain itu, Secara umum dapat didefinisikan bahwa filsafat ilmu meliputi 3 aspek
yaitu: ontologi, epistemology dan aksiologi.

5
GIE, T. L. Pengantar Filsafat Ilmu. (Yogyakarta: liberty Yogyakarta 1999) Hal: 85
6
Zaphrulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, Editor. Nuran Hasanah (Jakarta: Rajawali Pres, 2015),
Hal: 16.
7
Mulyadi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: pengantar epitemologi Islam.(Bandung: Mizan, 2003), Hal: 2.
8
Yuyun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hal. 33

4
B. Ontologi
Ontology merupakan salah satu tinjaunan ilmu filsafat yang difokusakan pada persoalan
manajemen Pendidikan dan ontology juga seringkali diidentifikasikan dengan metafisika yang
juga sering disebut sebagai proto filsafat atau dalam kata lain filsafat yang pertama.
1. Pengertian Ontologi
Filsafat sebagai suatu disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga
cabang kajian itu ialah teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), 9 dan teori
nilai (aksiologi). Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ontos dan logos. Ontos
artinya ada dan logos artinya ilmu, Jadi disimpulkan bahwa ontologi merupakan ilmu yang
membahas tentang keberadaan atau merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang
hakikat dari segala sesuatu yang ada baik itu berupa realitas fisik maupun metafisik.tugas
manusia pada dasarnya adalah mengetahui seluruh gejala yang di temuinya.
Sedangkan objek kajian ontologi meliputi, ada individu, ada umum, ada
terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak-Tuhan Yang Maha Esa. Istilah
ontologi ini lebih banyak digunakan ketika membahas yang ada dalam konteks filsafat. 10
Dari apa yang dipaparkan diatas kita harus bisa memahami bahwa ontologi adalah hakikat
tentang keberadaan yang melipiuti keberadaan segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
Sementara itu, Al-Syaibany sebagaimana dikutip oleh Jumari, memaknai
pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan membentuk pengalaman dan
perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku individu dan kelompok hanya akan
berhasil melalui interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitar serta
dengan alam sekelilingnya, tempat ia hidup adalah sebagian alam luas tempat insan itu
sendiri dianggap sebagai bagian dari padanya. Dari pengertian tersebut dinyatakan
bahwa al-Syaibany memahami bahwa pendidikan tidak hanya dipengaruhi dari
individu lain, akan tetapi adanya interaksi dengan alam sekelilingnya dimana ia berada
dan ia menjadi bagian di dalamnya11

9
Sumarna C. Filsafat ilmu dari hakikat menuju nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2006: 47

10
Susanto, Filsafat Ilmu., 91.
11
Jumari, ‘’Ontologi Pendidikan Islam” http://kangjumari.blogspot.co.id/2007/12/ontologi-pendidikan-islam.html/

5
2. Konsep Ontologi

Pemikiran ontologis telah tercetuskan sejak abad sebelum masehi. Dalam ontologi
terdapat tiga segi pandangan yang masing-masing menimbulkan aliran-aliran yang berbeda,
antara lain:

a. Pandangan dari segi jumlah (kuantitas) sehingga melahirkan beberapa aliran sebagai
jawabannya yaitu: monisme, dualisme, serta pluralisme.
b. Pandangan dari segi sifat (kualitas), yang menimbulkan beberapa aliran yaitu
spiritualisme, dan materialisme.
c. Pandangan dari segi proses, kejadian, atau perubahan. Dari segi ini melahirkan aliran
mekanisme, teologi (serba Tuhan), dan vatalisme.
Dalam istilah yang berbeda, Louis O Kattsof membagi ontologi menjadi 3 bagian,
yaitu:
a. Ontologi bersahaja, di mana segala sesuatu dipandang dalam keadaan sewajarnya dan
apa adanya.
b. Ontologi kuantitatif, akan dipertanyakan mengenai tunggal atau jamaknya dan
berangkat dari pertanyaan apakah yang merupakan jenis kenyataan itu.
c. Ontologi monistik, adalah jika dikatakan bahwa kenyataan itu tunggal adanya. Ontologi
monistik inilah yang selanjutnya akan melahirkan monisme atau idealisme dan
materialisme.12
Ontologi dalam pendidikan islam digunakan sebagai cara untuk mengetahui tentang
hakikat dari pendidikan islam, sedangkan epistemologi digunakan sebagai kajian untuk
mengetahui bagaimana cara memperoleh ilmu di dalam pendidikan islam. Ontologi dalam
pendidikan islam mencoba membawa pendidikan untuk mengenal tentang hakikat segala
sesuatu yang merupakan tujuan dari diselenggarakannya pendidikan islam, yaitu mengenal
hakikat Tuhan.
3. Objek Fomal Ontologi
Objek formal Ontologi merupakan hakikat dari seluruh realitas. Dalam pnedekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif

12
Zainuddin M. Filsafat ilmu perspektif pemikiran Islam. Malang: Bayu Media. 2003: 30-2

6
dan kemudian realitas akan tamil menjadi aliran-aliran seperti matrealisme, idelisme,
naturalism atau holymorphisme
4. Dasar Ontology Ilmu
Apakah yang diketahui ilmu? Hal itu merupakan sebuah pertanyaan yang menjadi dasar
ontology ilmu atau pertanyaan yang lain seperti, Apa yang bisa dirumuskan secara ekspilit
ynag menjadi bidang telaah ilmu?
Ilmu akan membatasi terhadap hal hal yang bersifat empiris, berbeda halnya dengan agama
dan ilmu yang lainnya. Untuk mendapatkan hal tersebut ilmu memebuat beberapa
asumsimengenai objek-obejk emepiris. Sebuah pengetahuan akan diterima dan dianggap
benar jika kita bisa menerima setiap asumsi yang dikemukakannya.
5. Metode dalam Ontology
Terdapat tiga tingkatan abstraksi dalam ontology yang dikemukakan oleh Lorens Bagus
yaitu Abstraksi fisik yang menampilkan keseluruhan sifat khas suatu objek, kemudian
Abstraksi bentuk yang mendiskripsikan sifat umum yang menjadi sifat umum dan menajdi
dasar setiap realitas. dan Abstraksi metaphisik yang merupakan abstraksi ynag dijangkau
oleh ontology.
6. Pokok Pikiran atau Aliran Ontologi
Dalam pemahaman mengenai ontologi ini dapat dikemukakan pandangan-pandangan
terhadap pokok pikiran didalam ontologi. Pokok pikiran atau aliran ontologi diantaranya
ialah sebagai berikut:
a. Monoisme
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. hanya satu
hakikat saja yang menjadi asal, baik yang asal berupa materi maupun rohani, satu
hakikat atau sumber pokok yang dominan dalam menentukan perkembangan yang
lainnya dan tidak mungkin ada dua hakikat yang masing masing berdiri sendiri13

b. Materalisme
Aliran naturalism berpendapat bahwa sumber asal itu adalah materi bukan dari ruhani,
maka dari itu aliran materalisme sering juga disebut denagn naturalism. Menurut aliran
ini zat mati merupakan kenyataan dan merupakan satu satunya fakta. Beberapa tokoh
aliran ini dinataranya adalah Thales yang berpendapat bahwa unsur asal adalah air,

13
Sunarto, pemikiran tentang kefilsafatn Indonesia, (Yogyakarta : Andi Offset, 1983) hal 73

7
karena pentingnya air bagi kehidupan. Sedangkan Anaximender mengatakan bahwa
unsur asal adalah udara, denagan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala
kehidupan. Kemudian ada Demokritos berpendapat bahwa unsur asala adalah atom
yang banyak, tidak dapat dihitung dan snagt halus. Atom atom itulah yang merupakan
asal usul kehidupan alam14

c. Duaisme
Aliran ini mengatakan bahwa asal sumber benda memiliki dua macam hakikat yaitu
hakikat materi dan rohani, hakikat jasad spirit, hakikat benda dan roh. Pada kedua
macam hakikat, masing masing memiliki bebas dan berdiri sendiri, sama sama bersifat
azali dan abadi. Tokoh aliran ini adalah decorates yang menamakan dua haikikat itu
dengan istilah dunia kesadaran dan dunia ruang.15
d. Pluralisme
Istilah pluralisme ini berasal dari Bahasa Latin pluralis yang memiliki arti jamak atau
plural. Pada saat berbicara mengenai alam semesta, Empedokles ini menyatakan bahwa
alam jagat raya yang kita saksikan ini terdiri dari empat (4) unsur yakni tanah, udara,
api, dan air. Sedangkan Anaxagoras ingin membawa teori ini kearah lebih jauh. Setelah
melakukan kajian dengan secara seksama Anaxagoras kemudian menyimpulkan bahwa
tidak hanya empat unsur tersebut yang membentuk alam semesta. Bagi Anaxagoras itu
terdapat jutaan unsur bahkan substansi yang tak terhitung jumlahnya.

14
Jujun S.Suriasumantri, filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1996) hal.64
15
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta : PT.Raja Gafindo Persada, 2007,) hal.42

8
e. Nihilisme
Istilah kata nihilisme ini berasal dari Bahasa Latin yang dengan secara harfiah memiliki
arti tidak ada atau ketiadaan. Secara umum nihilisme ini berarti pandangan bahwa
keberadaan serta hidup di dunia sama sekali tidak berarti dan juga tidak bermanfaat.
f. Agnotiisme
Aliran ini merupakan aliran yang mengingkari kesanggupan untuk mengetahui hakikat
benda baik itu materi maupun rohani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum adanya
orang yang menerangkan secara konkret adanya kenyataan yang dapat berdiri sendiri
dan dpat kita kenal. Jadi agnotisisme merupakan paham yang menyangkal terhadap
kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat benda baik materi maupu rohani.16
g. Eksistensi Tuhan (Mistisisme)
Salah satu realitas fundamental yang diperbincangkan dalam mistisisme ialah eksistensi
Tuhan yang merupakan realitas tertinggi serta menjadi sumber bagi eksistensi dari
segala sesuatu.17

C. Metafisika
Metafissika adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas persoalan tentang
keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Metafisika oleh Aristoteles dinamakan sebagai
ilmu filsafat pertama yang merupakan filsafat yang bersangkutan dengan sebab paling dalam
dan dalam unsur abstrak tertingggi dari segala sesuatu yang selain itu. Realitas, kesempurnaan,
dan yang ada merupakan filsafat pertama.
1. Definisi Metafisika
Metafisiska berasal dari Yunani meta ta physica yang dapat diartikan sebagai sesuatu
yang ada dibalik atau kategori-kategori dasar dari apa yang ada, realitas dibalik penmapilan
dan nyata dari apayang tampak nyata. Anton Bakker (1992) meneyebutkan obyek material
metafisika adalah yang ada artinya segala-galanya. Metafisika tidak menunjuk secara
khusus suatu objek atau menunjuk secara tertentu dalam penilitian, tetapi mengenai suatu
inti yang termuat dalam setiap kenyataan.

16
Ibid, hal 472
17
https://pendidikan.co.id/pengertian-ontologi-sejarah-pokok-pikiran-dan-aliran-menurut-para-ahli/ diakses pada:
minggu, 26-9-2021

9
Terkadang metafisika sering disamakan dengan ontology dimana ontology adalah ilmu
filsfaat yang membahas hakikat ilmu, namun Anton Bakker membedakan keduanya.
Metafisikan secara istilah tidak menunjukan pada bidang tertentu atau ekstensif yang
menunjuk pada objek tertentu dalam penilitian. Tetapi mengenai inti yang termuat dlam
setiap kenyatan
Persoalan metafisiska dalam hal keberadaan menimbulkan beberapa aliran metafisika.
Ada yang melihat persoalan melalui apa yang dipikirkan, namun pada umumnya persoalan
persoalan metafisika dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu Ontologi
(metafisika Umum) dan Kosmologi (Metafisika Khusus)
2. Klasifikasi Metafisika
Secara umum metafisika dibagi menjadi dua bagian
a. Metafisika umum (Ontologi)
Metafisika umum merupakan bagian yang membicarakan tentang segala sesuatu
ysekaligus. Ontologi yang berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti “yang ada”,
maka pertanyaan serta pembahasan objek ontology terdiri dari segala-gala yang ada,
beberapa pertanyaan dalam ontology
Apakah kenyataan merupakan satu kesatuan atau tidak?
Apa yang dimaksud denagn, keberadaan atau eksistensi?
Bagaimanakah penggolongan keberadaan atau eksisetensi tersebut?
Apakah alam raya merupakan peredaran yang abadi dimana semua gejala selalau
Kembali dan berulang seperti dalam siklus musim-musim, atau justru proses
perkembangan?
b. Metafisika khusus (Kosmologi)
Metafisika khusus atau sering disebut kosmologi merupakan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan struktur alam semesta yang membicarakan tentang ruang, waktu, dan
Gerakan. Komologi sendiri berasal dari kata kosmos yang berarti dunia atau ketertiban
yang merupakan lawan dari chaos yaitu kacau balau taua tidak tertib dan kata logos
yang berarti ilmu atau percakapan. Kosmologi berarti ilmu yang membahas tenatng
dunia dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas.18
Persoalan yang dibahas kosmologi seperti contoh

18
OP.Cip, Prof.Dr.Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu, hal.132

10
Apa hakikat hubungan sebab akibat?
3. Manfaat Metafisika bagi Pengembangan Ilmu
a. Kontribusi metafisika terletak pada awal terbentuknya paradigma ilmiah, ketika
kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka ia harus
dipasok dari luar, antara lain : metafisika, sains yang lain, kejadian personal dan
historis.
b. Metafisika mengajarkan cara berfikir yang serius, terutama dalam menjawab
promlem yang bersifat enigmatif (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa
ingin tahu yang mendalam. 
c. Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu
terbuka untuk temuan dan kreativitas baru. 
d. Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream seperti :
Monisme, Dualisme, Pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa
lahirnya percabangan ilmu. 
e. Metafisika menuntut orisinalitas berfikir, karena setiap metafisikus menyodorkan
cara berfikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminology filsafat yang
khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk pengembangan ilmu dalamrangka
menerapkan heuristika. 

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu, ontologi, metafisika merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan. Ilmu yang berarti pengetahuan atau sains yang tidak pernah
berdiri sendiri dan selalu berkaitan dengan aspek-aspek lainnya dan tidak pernah dihadirkan
sendiri. Sedangkan ontology merupakan hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesaui denagn
pengetahuan ilmiah, yaitu tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa yang bagaimana yang
“ada itu”. Ontology merupakan ilmu yang tidak terlepas dari pembahasan metafisika karena
ontology sendiri merupakan kata lain dari metafisika umum, dan keduanya terkait satu sama lain,
jika ontology membahas hakikat yang “ada” maka metafisika menjawab pernyataan apakah
hakikat kenyataan ini sebenar benarnya. Karena itu ontology dan metafisika merupakan dua hal
yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati,
termasuk pemikiran ilmiah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Istikhomah, Radenrara Imro’atun. 2021. Filsafat Sebagai Landasan Ilmu dalam Pengembangan
Sains Pascasarjana MPI IAIN Purwokerto, Purwokerto, Indonesia, Jurnal Filsafat Indonesia, Vol
4 No1 Tahun 2021

T. L. GIE. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: liberty Yogyakarta

Suriasumantri, Yuyun S. 1999. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Malli, Rusli. 2019. Landasan Ontologi Ilmu Pengetahuan. Tarbawi Jurnal Pendidikan Agama
Islam Volume 4 No.1, Januari-Juni 2019.

Zaprulkhan. 2015. Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer. Editor. Nuran Hasanah. Jakarta:
Rajawali Pres

Kartanegara, Mulyadi. 2003, Menyibak Tirai Kejahilan: pengantar epitemologi Islam. Bandung:
Mizan

http://eprints.umsida.ac.id/568/1/ontologi%20pendidikan.pdf diakses pada tanggal 25


sepetember

Op.Cit, Prof.Dr.Idzam Fautanu, MA,


Filsafat Ilmu,. Sunarto, Pemikiran Tentang Kefilsafatan Indonesia, (Yogyakarta:Andi
Offset,1983),
Jujun S.Suriasumantri, Fisafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
196),

13
14

Anda mungkin juga menyukai