Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ONTOLOGI SAINS”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Filsafat Ilmu dan Etika Akademik

Dosen Pengampu :
1. Sylva Alkornia S.Pd,. M.Pd
2. Fuad Hasan S.Pd,. M.Pd

Oleh:
Kelompok 1
1. Nimas Arum Binar (210210201047)
2. Arga Pratama Nur Ilham Syah (210210201053)
3. Tri Laelyyatul Jannah (210210201056)
4. Novia Tri Lestari (210210201058)

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
SEPTEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ONTOLOGI SAINS” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Sylva Alkornia S.Pd,. M.Pd dan Bapak Fuad Hasan S.Pd,. M.Pd pada bidang mata kuliah Filsafat
Ilmu dan Etika Akademik. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Ontologi Sains bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sylva Alkornia S.Pd,. M.Pd dan Bapak Fuad
Hasan S.Pd,. M.Pd, selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan Filsafat Ilmu dan Etika
Akademik tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami sadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 9 September 2021


Penulis,

ii
DAFAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Ontologi Sains....................................................................................................3
B. Prinsip Dasar Ontologi Sains................................................................................................5
C. Ontologi Dalam Sains...........................................................................................................7
BAB III.........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ontologi Sains merupakan salah satu kajian filsafat ilmu dan etika akademik. Studi
tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Pembahasan mengenai ontologi
berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi
memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses
tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan
pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat
penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu
merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana
suatu ilmu pengetahuan berasal. Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak
dapat menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya.
Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan
yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan
data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat
ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat
universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan
unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan
sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek
kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan
objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat
objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau
reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya
memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari
hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya
mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan
akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam.
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai Objek Ontologi
Ilmu.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari ontologi sains ?


2. Apakah pengertian ilmu (sains) ?
3. Bagaimana prinsip dasar ontologi ?

1
4. Apa sajakah yang termasuk dalam ontologi dalam sains ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian ontologi sains


2. Untuk mengetahui pengertian ontologi sains
3. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip dasar ontologi sains
4. Untuk mengetahui macam-macam bidang yang ada dalam ontologi sains

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini dibuat untuk membantu masyarakat memahami ilmu ontologi sains
yang terdapat dalam pendidkan. Menambah wawasan bagi kami selaku pembuat makalah ini
dalam ilmu pendidikan dan memberikan informasi luas bagi masyarakat agar lebih memahami
bagaimana penerapan ilmu pendidikan yang ada di tingkat sekolah maupun universitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi Sains

1. Ontologi
  Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang
ontologi. Paling tua di antara segenap filsafat Yunani yang kita kenal adalah Thales. Atas
perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala
sesuatu.
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan “bagaimanakah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini?”. Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam
kenyataan. Kenyataan yang berupa materi dan kenyataan yang berupa rohani.
Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin
ada. Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang
menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
Tokoh yang membuat istilah ontologi adalah Christian Wolff (1679-1714).  Istilah
ontologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‘ta onta’ berarti yang berada dan ‘logos’ yang berarti
ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran
tentang yang berada.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis tentang
hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan yang
ada itu. Aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara
ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada
dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.

2.      Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin ”scientia” yang berarti pengetahuan. Jadi sains adalah
“pengetahuan yang diperolehmelalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang
melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan
dan dibuktikan melalui metode ilmiah.
Ilmu sedikit berbeda dengan pengetahuan, ilmu lebih menekankan pada adanya satu
keseluruhan ide yang mengacu kepada objek atau alam objek yang sama saling berkaitan secara
logis. Setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya. Ilmu tidak memerlukan kepastian
lengkap berkenaan dengan penalaran masing-masing orang. Ilmu akan memuat sendiri hipotesis-
hipotesis dan teori-teori yang sepenuhnya belum dimantapkan. Oleh karena itu, ilmu
membutuhkan metodologi , sebab dan kaitan logis. Ilmu menuntut pengamatan dan kerangka
berpikir metodik serta tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting dalam konteks ilmu
adalah terminologi ilmiah. 

3
3. Ontologi Sains
Ontologi sains adalah pembahas tentang hakikat dan struktur sains. Hakikat sains
menjawab pertanyaan apa itu sains sebenarnya, dan struktur sains menjelaskan tentang cabang-
cabang sains. Hakikat sains ada dua pengetahuan yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan
empiris.
a)      Rasionalisme
Inti dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan menggunakan prosedur
tertentu dari akal saja kita bisa sampai pada pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan
yang tidak mungkin salah. Menurut kaum rasionalis, sumber pengetahuan, bahkan sumber satu-
satunya, adalah akal budi manusia. Akal budilah yang memberi kita pengetahuan yang pasti
benar tentang sesuatu.
Tokoh rasionalisme adalah Des Cartes (1596-1660 M), Spinoza (1632-1677 M) dan
Leibniz (1646-1716 M).

b)      Empirisme
Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari pengalaman, sehingga
pengenalan indrawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Francus Bacon (1210-1292 M) berpendapat pengetahuan yang sebenarnya adalah
penetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta.
Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang rasional dan didukung bukti empiris.
mengenai contoh itu (jeruk berbuah jeruk) adalah rasional jeruk berbuah jeruk karena bibit jeruk
berisi gen jeruk, tentu akan tumbuh menjadi jeruk dan akan berbuah jeruk, bukti empirisnya ialah
buahnya ternyata memang jeruk. Dari formula itu daoat diketahui bahwa objek penelitian
pengetahuan sains (pengetahuan ilmu) ialah objek yang empiris.

B. Prinsip Dasar Ontologi Sains

   Salah satu cabang metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda
di alam dan hubungan antara satu dan lainya. Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan
yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
berasal konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologisme i Thales,
Plato, Aristoteles. Pada masanya kebanyakan orang belum dapat membedakan antara
penampakan dan kenyataan.

Dari pendekatan ontologism munculah beberapa paham yaitu:


1. Paham Monoisme
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri, tunggal) secara istilah
monisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah
unsur yang bersifat tunggal/ esa. Unsur dasar ini bisa berupa materi, pikiran, tuhan, energi dll.
Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide.
Orang yang mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian Wolff (1679-1754).
Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat.

4
Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :

a)   Materialisme
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari
segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun
metafisikanya adalah metafisika materialisme.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan
keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi,
epistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada
sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah
sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi
yang sedang bergerak.

b)   Idealisme
Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari
kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti
yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat
mengandung beberapa pengertian.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang
utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi
adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat.

2. Paham Dualisme
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme adalah ajaran yang
menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-
masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan
kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dll.
Dapat dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang memiliki ajaran bahwa segala
sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang berdiri sendiri-sendiri. Orang
yang pertama kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde (1700), yang
mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara subtantif. Yang
termasuk dalam aliran ini adalah Plato (427-347 SM), yang mengatakan bahwa dunia lahir
adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah
bayangan dari dunia idea.

3. Paham Pluralisme
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa
realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang bersifat
independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki
kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional, fundamental.
Didalamnya hanya terdapat berbagai jenis tingkatan dan dimensi yang tidak dapat
diredusir. Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para
filosuf yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari

5
pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi
atau dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya terdiri
dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur
substansial dari segala wujud.

C. Ontologi Dalam Sains

Ontologi sains merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sains, struktur
sains dan karakteristik sains.
Beberapa yang termasuk dalam ontology sains adalah sebagai berikut :
1. Hakikat sains
Hakikat sains ini terdapat dua pengetahuan yang harus kita ketahui yaitu pengetahuan rasional
dan pengetahuan empiris.
Pengetahuan rasional merupakan sebuah pengetahuan dimana kita harus menguji atau
meneliti kebenaran dengan akal. Kita meneliti suatu kejadian dan memberikan suatu kesimpulan
sementara atau hipotesis. Hipotesis itu harus berdasarkan rasional, begitu juga dengan penelitian
harus berdasarkan rasional dan penelitian itu juga harus berdasarkan sebab akibat.
Contoh : Ada 2 kampung, yaitu kampung A dan kampung B. Di kampung A banyak lahan
tanah yang subur, sedangkan di kampung B lahan tanahnya tidak subur. Diambil kesimpulan
bahwa kampung A lahan tanahnya lebih subur dari pada lahan tanah di kiampung B. Lalu dicari
tahu tentang sebab akibatnya, Ternyata di kampung A, banyak penduduk yang memelihara
hewan kambing, dan kotoran dari hewan kambing itu digunakan untuk memupuk lahan tanah
mereka sehingga tanah di kampung A menjadi subur, sedangkan di kampung B banyak juga
penduduk yang memelihara hewan kambing, akan tetapi kotoran dari hewan kambing tersebut
dijual ke kota lain. Dalam hal ini, hipotesis/dugaan sementara adalah rasional untuk menjadikan
tanah yang subur diperlukan pupuk alami yaitu kotoran dari hewan kambing, karena kotoran
kambing banyak mengandung zat pupuk nya. Semakin banyak lahan tanbah diberi pupuk alami
dari kotoran hewan kambing, semakin subur lahan pertanahan tersebut. Dan hipotesis ini rasional
karena adanya hubungan pengaruh atau sebab akibat.
Pengetahuan empiris merupakan sebuah pengetahuan dengan menguji hipotesis dengan
prosedur metode ilmiah. Hipotesis yang sudah dibahas diatas selanjutnya diajukan bukti yang
empiris karena kita mengambil dari dua kampung yang berbeda yaitu kampung A dan kampung
B. Dengan menggunakan metode ilmiah dapat kita ambil kesimpulan bahwa kotoran kambing
sangat berguna untuk menggemburkan tanah, sehingga tanah akan menjadi subur dan secara
otomatis tanaman – tanaman juga akan subur. Berbeda dengan lahan tanah yang tidak di beri
pupuk alami dari kotoran kambing, tanah akan menjadi kurang subur. Inilah yang dinamakan
pengetahuan empiris yaitu dengan menguji hipotesis atau dugaan sementara menggunakan
metode ilmiah atau penelitian. Rumus baku metode ilmiah adalah logico-hypotetico-
verificatif (bukti bahwa itu logis, tarik hipotesis dan ajukan bukti empiris).
Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional. Ilmu atau sains berisi
tentang teori, teori itu pada dasarnya menerangkan hubungan sebab akibat. Dan sains tidak

6
memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak
indah, sains hanya memberikan nilai benar atau salah.
2. Struktur sains
Dalam garis besar sains dibagi menjadi dua; yaitu sains kealaman dan sains sosial, yang
menjelaskan struktur sains dalam bentuk nama-nama ilmu.
a) Sains Kealaman
1. Astronomi
2. Fisika : mekanika, bunyi, cahaya, dan optic, fisika, nuklir;
3. Kimia : kimia organik, kimia teknik
4. Ilmu bumi : paleontology, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy,
5. geografi.
6. Ilmu hayat : biofisika, botani, zoology.

b) Sains Sosial
1. Sosiologi : sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan
2. Antropologi : antropologi budaya, antropologi ekonomi,
3. Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal
4. Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan
5. Politik : politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional.

3. Karakteristik sains
Ada beberapa ahli menjelaskan tentang karakteristik dari sains diantaranya Randall dan
Buchker mengemukakan beberapa ciri umum sains, antara lain :
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya hasil sains yang
lalu dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan tidak memonopoli. Setiap
orang dapat memanfaatkan hasil penemuan orang lain,
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang
menyelidikinya adalah manusia,
3. Sains bersifat objektif ,artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode sains tidak
tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara
pribadi.

7
Selain itu ahli lain yaitu Ralph Ross dan Ernest Van den Haag mengemukakan ciri-ciri sains,
yaitu :
1. Bersifat rasional (hasil dari proses berpikir dengan menggunakan rasio atau akal),
2. Bersifat empiris (pengalaman oleh panca indra),
3. Bersifat umum (hasil sains bisa digunakan oleh semua orang tanpa terkecuali),
Bersifat akumulatif (hasil sains dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya).

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengertian ontologi menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau
ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada, sedangkan menurut
istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate
reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani atau abstrak.
Pengetahuan sains merupakan pengetahuan yang bersifat rasional – empiris. Dalam
masalah rasional pernyataan atau hipotesis yang dibuat haruslah berdasarkan rasio, sedangkan
untuk masalah empiris hipotesis yang dibuat tadi diuji (kebenarannya)
mengikuti prosedur metode ilmiah.
Prinsip dasar ontologi ilmu adalah wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan
pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas pra
pengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (seperti surga dan neraka)
menjadi ontologi lainya diluar ilmu
Ilmu pengetahuan dibedakan atas dua asas, yaitu obyek atau lapangan ilmu pengetahuan
dan sudut pandang. Obyek dapat dibedakan atas dua macam, yaitu obyek material dan obyek
formal. Jadi yang membedakan antara satu ilmu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya adalah
obyek material atau lapangan ilmu pengetahuan itu. Apabila obyek materialnya sama maka yang
membedakan ialah obyek formalnya atau sudut pandangnya.
Terdapat tiga segi pandangan ontologi yaitu yang pertama keberadaan dipandang dari
segi jumlahnya atau kualitas yang terdiri dari monoisme, dualism, pluralism, nihilism,
Keberadaan dipandang dari segi jumlah artinya berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu.
Yang kedua adalah keberadaan dipandang dari segi kualitas atau sifatnya yang terdiri atas
spiritualisme dan materialisme. Yang ketiga adalah keberadaan yang dipandang dari segi proses,
kejadian atau perubahan, aliran yang menjawab perubahan ini diantaranya adalah mekanisme,
teleologi dan vitalisme.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan. Sumber yang didapat
pun sangat minim, namun penulis bisa memberi saran bahwa pembelajaran tentang Filsafat ilmu
bisa diterapkan oleh semua kalangan yang ingin mengetahui tentang tentang karya ilmiah serta
dapat langsung dipelajari dalam pembuatan karya ilmiah seperti skripsi, tesis, maupun disertasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Maksum Ali. 2016. Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Keraf A. Sonny, Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan (Sebuah Tinjauan Filosofis). Cet. XII.
Yokyakarta: Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai