Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karna dengan rahmat dan karuniaNya lah kami
dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Filsafat Imu dengan Judul ‘’Sebuah
Pengantar Populer.’’ Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serata
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam tekhnis penulisan maupun materi,mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon saran dari semua pihak demi
Akhir kata, kami berharap semoga tugas makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi semua yang membaca makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………………….30
3
BAB I
PENDAHULUAN
Buku berjudul Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer merupakan karya dari Jujun S.
Suriasumantri yang merupakan seorang dosen mata kuliah filsafat ilmu dan sistem berpikir di
Fakultas Pasca-Sarjana Universitas Negeri Jakarta yang juga dikenal sebagai ahli perencanaan
pendidikan. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka Sinar Harapan pada tahun 2009. Buku
filsafat ilmu menjelaskan secara umum mengenai filsafat ilmu dengan ruang lingkup yang sangat
Penulis mengaitkan suatu pokok masalah kedalam hal-hal yang lebih umum dan mudah
dimengerti. Penulis menyampaikan pesan dengan bahasa yang cukup sederhana disertai ilustrasi
gambar, karikatur syair, dan anekdot yang sangat relevan sehingga memudahkan pembaca dalam
memahami isi buku. Buku filsafat ilmu merupakan buku dapat dijadikan pilihan dalam memahami
dasar-dasar kefilsafatan dengan disertai aspek aplikatif ilmu yang disampaikan pada buku. Buku
ini berfokus pada analisa populer-rekleftif yang mengarah pada pengaplikasian ilmu dengan benar
Rangkuman buku filsafat ilmu bertujuan untuk memenuhi tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Dalam rangkuman ini, kami berusaha menjelaskan
pengertian filsafat ilmu serta ruang lingkup dari filsafat ilmu tersebut. Buku Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer karangan Jujun S. Suriasumantri diawali dengan arah pemikiran filsafat, dasar-
dasar pengetahuan, ontologi: hakikat apa yang dikaji, epistemologi: cara mendapatkan
pengetahuan yang benar, sarana berpikir ilmiah, aksiologi: nilai kegunaan ilmu, ilmu dan
kebudayaan, ilmu dan bahasa, penelitian dan penulisan ilmiah, dan penutup.
4
Kaitan buku filsafat ilmu: sebuah pengantar populer dengan pendidik an nilai
dan moral yaitu filsafat merupakan induk dari pendidikan nilai dan moral. I lmu filsafat
mengkaji mengenai epistimologi (filsafat pengetahuan), etika (filsafat moral), estetika (filsafat
seni), metafisika (politik filsafat pemerintahan), filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan,
filsafat hukum, filsafat sejarah, dan filsafat matematika. Manusia harus berpikir secara filosofis,
karena keilmuan dapat dibandingkan dengan beberapa pengetahuan lain serta dapat
diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Alasan itulah yang membuat kami memilih buku
Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer karangan Jujun S. Suriasumantri menjadi buku utama
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
3. Bagaimana pengetahuan dalam filsafat dilihat dari aspek ontologis, epistimologis, dan
aksiologis?
5. Apakah sarana berpikir ilmiah seperti bahasa, logika, matematika, dan statistika benar
5
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam rangkuman buku
ini adalah:
3. Untuk mengetahui pengetahuan dalam filsafat jika dilihat dari aspek ontologis,
5. Untuk mengetahui sarana berpikir ilmiah seperti bahasa, logika, matematika, dan statistika
6
BAB II
RINGKASAN BUKU
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi
diri, semacam keberanian untuk berterus terang, sebarapa jauh sebenarnya kebenaran yang
dicari telah kita jangkau. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
a. Sifat menyeluruh: bahwa seorang ilmuan tidak akan puas mengenal ilmu dari segi
pandang ilmu itu sendiri,dia juga akan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan
yang lainnya.
b. Sifat mendasar: bahwa seorang ilmuan tidak akan selalu melihat bintang-bintang
c. Sifat spekulatif
Filsafat:Peneratas Pengetahuan
Filsafat adalah mariner yang merupakan pionir dari ilmu,baik ilmu-ilmu alam maupun
social.Dalam tahap peralihan bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit,tidak lagi
menyeluruh melainkan sektoral.Walaupun demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu
7
menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya pada
Auguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap
religius,metafisik dan postulat.Dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat
ilmiah sehinga ilmu merupakan dduktif atau penjabatan dari ajaran religi.tahap kedua orang
mulai berspekulatif tenteng metafisika(keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahan yang
terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahuan di atas dasar postulat
metafisika tersebut.sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah,(ilmu) dimana asas-
asas yang digunakan di uji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.
pertanyaan yang berkisar tentang ada:tentang hidup dan eksistensi manusia.Tahap yang ketiga
adalah kejelesan yang dapat ditangkap oleh pendengar tentang apa yang sedang di utarakan.
2.1 Penalaran
karena dau hal utama yakni ,pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu
Hakikat penelaran
Penalaran merupakn suatu proses berfikir dalam menarik semua kesimpulan berupa
8
bukan dengan perasaan.jadi,penalaran merupakan kegaatan berfikir yang mempunyai
Ciri-ciri penalaran:
1. Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika /proses berfikir logis
rasio(rasionalisme) dan fakta (empirisme). Kegiatan berfikir juga ada yang tidak berdasarkan
penalaran yaitu intuisi dan wahyu.Intuisi merupakan suatu kegiatan berfikir nonanalitikyang
3. Logika
Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “Pengkajianuntuk berfikir secara sahih”.Ada dua
jenis cara penarikan kesimpulan,yaitu logika induktif dan logika deduktif.Logika induktif erat
hubungan nya dengan penariakn kesimpulan dari kasus-kasus individual nyat menjadi
kesimpulan yang bersifat umum.Sebaliknya ,logika dedukif yang membantu kita dalam
menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
dinamakn silogisme.Silogisme disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis
4. Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk mendaop pengetahuan yang benar.
Sebaliknya,kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat
9
penalaran rasional yang abstak namun lewat pengalaman yang kongkret.Metode yang
Selain rasionalisme dan empirisme kita juga mengenel intuisi dan wahyu sebagai sumber
pengetahuan.
5. Kriteria kebenaran
Ketiga pernyataan ini benar karena bab pernyataan dan kesimpulan yang ditarik adalah
konsisten dengan penyataan dan kesimulan terdahulu yang telah dianggap benar.Teori yang
Paham yang lain adalah kebeneren yangberdasarkan kepada teori korespondensi dimana suatu
pernyataan itu danggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
pragmatic dimina kebenaran diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis.Artinya. suatu pernyataan itu benar, jika pernyataan itu
atau konsekwensi dari pwrnyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
2.3.1 Metafisika
Metafisika merupakan tempat berpijak bagi setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.
Tafsiran paling utama manusia terhadap alamini adalah adanya wujud-wujud yang bwrsifat
manusai percaya akan adanya makhluk-makhluk gaib dibenda-benda seperti batu,pohon,dan air
terjun.
10
Sebaliknya,paham naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam yang terjadi tidak
disebabkan oleh makhluk-makhluk geab melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu
Disini kaum mekanistik ditentang oleh keum vitalistik.Kaum metanistik melihat gejala alam
(termasuk makhluk hidup) heya merupakan gejala meta –fisika semata. Sedangkan bagi kaum
vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansi dengan proses
tertentu.
2.3.2 Asumsi
Merupakan suatu pendapat atau perkiraan yang dikeluarkan seseorang saat melihat
sauatu kejadian
2.3.3 Peluang
Adalah suatu kemungkinan yang pastinya dapat terjadi dalam suatu kejadian.Misalnya
adanya peluang bola itu akan masuk kegawang atau tidak saat ditendang.
1. asumsi itu harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan .asumsi
ini harus oprasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.Asumsi ini merupakan dasar
11
2.3.5 Batas-batas Penjejahan Ilmu
Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia yang juga disebabkan
metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenaranya secara empiris.Ilmu
hanya berwenang menentukan mana yang benar dan mana yang sakah ,tentang baik dan buruk
semua (termasul ilmu) berpaling kepada suber-sumber moral ;tentang indah dan jelek (termasuk
Cabang-cabang ilmu Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama
yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumputn ilmu-ilmu alam(the natural science) dan
filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang-cabang ilmu social(the social
science).
Ilmu alam membagi diri kedalam dua kelompok lagi yakni ilmu alam(the physical science)
dan ilmu hayat (the biological science). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang
membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian berkembang lagi menjadi fisika
bintang-bintang dlangit) dan ilmu bumi yang tiap cabang ini nantinya membentuk ranting-
ranting baru.
Ilmu-ilmu social berkembang agak lambat.Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu social
mempelajari proses mental dan kelakuan menusia ,ekonomi,sosiologi dan ilmu politik.
12
2.4. Epistimologi : Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar
digunakan.Menghadapi kenyataan ini terdapat kembali orang yang ingin memutar kembali
2.4.2 Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya adalah segenap apa yang kita ketahui tenteng suatu obyek
tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu,jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan
yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan yang lain seperti seni dan agama.
Secara ontologi ilmu membahas diri pada pengkajian obyek yang berada pada lingkup
Kalau ilmu mencoba mengembangkan model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan
mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang
bersifat rasional,maka seni mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi
bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapi lewat berbagai kemempuan manusia untuk
13
2.4.3 Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapat pengetahian yang berupa ilmu.Metode
menurut Senn,merupakan suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai
peraturan dalam metode ilmiah.Metode limiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja
diminta oleh pengetahuan ilmiah. Dalam hal ini maka metode ilmiah menggabungkan cara
Dilihat dari perkembangan kebudayaan manusia dalam menghadapi masalah dapat dibedakan
dalam ciri-ciri tertentu maka Van Peursen membaginya menjadi tahap mitis,tahap ontologi dan
tahap fungsional.Yang dimaksud taha mitis adalah sikap manusia yang merasakan dirinya
terkepung kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Yang dimaksud tahap ontologi adalah sikap
manusia yang tidak lagi merasa dirinya terkepung dari kekuetan-kekuatan geib dan mengmbil
jarak dari obyek disekitarny dan mulai melakikan penelaahan-penelaahan terhadap bbyek
tersebut.Sedabgkan tahap fungsional tidak hanya merasa telah bebas dari kekuatan-kekuatan gaib
memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah
atau ilmu.
14
Metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif yang
Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan
dan mengontrol. Secara garis besar terdapat empat jenis pola penjelasan yakni deduktif,
Mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. 1.Sarana
ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. 2. Tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelahaan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk memcahkan masalah kita sehari-hari. Sarana berpikir
ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Untuk
dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa
2.5.2 Bahasa
Kedua aspek bahasa ini yakni aspek informatika dan emotif keduanya tercermin dalam bahasa
yang kita pergunakan. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan
sikap. Atau seperti dinyatakan oleh Kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai
15
fungsi simbolik. Emotif, dan afektif. Dalam komunikasi ilmiah sebenarnya proses komunikasi
itu harus terbebas dari unsur emotif ini, agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara
perbendaharaan ini pada hakikatnya merupakan akumulatif pengalaman dan pemikiran mereka.
mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Dengan adanya bahasa maka
manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang
mana tindakan yang baik mana yang tidak. Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang
membuka rahasia alam dalam berbagai teori seperti elektonik, termodinamik, relativitas, dan
quantum.
Proses komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan objektif yakni terbebas dari unsur- unsur
emotif.
1. Bahwa maka yang terkandung dalam kata- kata yang di gunakan di ungkapkan
2. Mengemukakan pendapat atau jalan pemikiran secara jelas. Kalau kita teliti lebih
lanjut maka kalimat-kalimat dalam sebuah karya ilmiah pada dasarnya merupakan suatu
1. Bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif,
16
terutama dalam memberikan definisi.
2.5.3 Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti
Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kubur, majemuk dan
emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika dibikin secara artifisal dan
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif. Penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh bahasa verbal tidak bersifat eksak,
menyebabkan daya prediktif dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat.
Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap
Disamping sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Matematika,
menurut Wittgenstein, tak lain adalah metode berfikir logis. Berdasarkan perkembangannya
maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membuthkan struktur analisis
17
Griffits dab Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap.
Tahap yang pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno
Peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional
Kriteria kebenaran dari matematika adalah konsistensi dari berbagai postulat, definisi dan
berbagai aturn permainan lainnya. Untuk itu maka matematika sendiri tidak bersifat
tunggal,seperti juga logika, melakukan bersifat jamak. Perubahan salah satu postulat Euclid
tersebut yang semula berbunyi dari satu titik di luar sebuah garis hanya dapat ditarik satu garis
sejajar dengan garis tersebut menjadi dari satu titik di luar sebuah garis dapat ditarik garis-
Matematika bukanlah merupakan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan cara berfikir
Tesis utama kaum logistik adalah bahwa matematika murni merupakan cabang ari logika. Kaum
formalis menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa perlambang (sign-
2.5.4 Statistika
Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sebagai sarana penalaran penarikan
18
pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.
Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang
Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan
kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam
Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif
seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif. Demikian juga penarikan
kesimpulan deduktif dan induktif keduanya mempunyai kedudukan yang sama pentingnya
Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Menurut bidang pengkajiannya statistika dapat
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara
ilmiah
Bertrand Russell menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap
“kontemplasi ke manipulasi”. Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali
namun dalam kaitan dengan faktor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral berkaitan
dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi in masalah moral berkaitan berkaitan
dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Atau secara filsafat dapat dikatakan, dalam tahap
pengembangan konsep terdapat masalah yang ditinjau dari segi ontologi keilmuan, sedangkan
19
dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.
Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang ditelaah dalam
membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis
maupun aksiologis.
Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
Ilmu merupakan hasil karya perorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka
oleh masyarakat. Dengan perkataan lain, penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi
Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang
benar: untung dan ruginya, baik dan buruknya; sehingga penyelesaian yang objektif dapat
kegiatan non produktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Karakteristik lain dari ilmu terletak dalam cara berfikir untuk menemukan kebenaran.
Pikiran manusia bukan saja dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankan
20
kebenaran namun sekaligus juga dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankan hal-
hal yang tidak benar. Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi etnis bagi
seorang ilmuwan. Karakteristik proses tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap
etis seorang ilmuwan. Kebenaran berfungsi bukan saja sebagai jalan pikirannya namun seluruh
jalan hidupnya.
Di bidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi
namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan bagaimana caranya bersifat obyejtif, terbuka,
menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar,
Bila kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik secara intelektual maupun
secara moral, maka salah satu penyangga masyarakat modern itu akan berdiri dengan kukuh.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan
untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri.
Einstein waktu itu memiliki sekutu karena menurut anggapannya sekutu mewakili aspirasi
kemanusiaan.
Sikap netral seorang ilmuwan dalam hal ini disebabkan anggapannya bahwa ilmu
Kemajuan ilmu pengetahuan tidak melalui loncatan-loncatan yang tidak berketentuan melainkan
melalui proses kumulatif secara teratur. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikkan
penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran
yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-
21
fakta pengujian.
Penemuan ilmiah tidaklah diperuntukkan bagi suatu golongan tertentu namun bagi
kemanusiaan secara keseluruhan. Netral dalam proses penemuan kebenaran inilah yang
mengharuskan ilmuwan untuk bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu digunakan.
Ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual namun juga keluhuran moral. Tanpa
itu maka ilmu hanya akan menjadi Frankenstein yang akan mencekik penciptanya dan
menimbulkan malapetaka.
Kimia merupakan kegemilangan ilmu yang pertama dimulai sebagai kegiatan pseudo
ilmiah yang bertujuan mencari obat mujarab untuk hidup abadi dan rumus campuran kimia
untuk mendapatkan emas. Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah
keilmuwan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek
Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan
hidupnya. Tujuan hidup ini, yang berkaitan erat dengan hakikat kemanusiaan itu sendiri,
Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pembahasan kita tersebut di atas
menyatakan sikap yang menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek penelitian
genetika. Secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek formal (ontologis)
ilmu. Menghadapi nuklir yang sudah merupakan kenyataan maka moral hanya mampu
22
2.7. Ilmu dan Kebudayaan
sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang
terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan.
Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuahan manusia yakni kebutuhan fisiologi, rasa
Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud
kebudayaan. Disamping nilai-nilai budaya ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup
yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Pada
dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang kongret dari nilai budaya yang bersifat abstrak;
kegiatan manusia dapat ditangkap oleh budi manusia. Menurut Alfred Korzybski, kebudayaan
mempunyai kemampuan mengikat waktu. Masalah ini akan didekati dari segi nilai-nilai budaya
sebab objek inilah yang merupakan dasar ideal bagi terwujudnya kebudayaan lainnya.
Ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Dalam
rangka pengembangan kebudayaan ilmu mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan
sumber nilai yang mendukung terlenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu
23
merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Dua dasar moral bagi kaum ilmuwan adalah meninggikan kebenara dan pengabdian secara
universal. Tujuh nilai ilmiah yang terpancar dari hakikat keilmuwan yakni: kritis, rasional, logis,
obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal. Peranan ketujuh nilai ini
adalah dalam hal bangsa mengahadapi permasalahan dalam bidang politik, ekonomi dan
kemasyarakatan membutuhkan pemecahan permasalahan secara kritis, rasional, logis dan terbuka.
Sedangkan sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan aktor yang
penting dalam pembinaan bangsa dimana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk
kepentingan golongan dibandingkan kepetingan golongan. Bukan saja seni namun ilmu dalam
Ada dua pola kebudayaan yang terbagi kedalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Raiso
de’etre yang menjadi argumentasi pembagian jurusan ini adalah asumsi yang pertama
mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam pendidikan matematika
yang mengharuskan kita mengembangakan pola pendidikan yang berbeda pula. Asumsi yang
kedua adalah yang menganggap bahwa ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika.
Asumsi kedua ini sekarang ini tidak relevan lagi karena pengembangan ilmu sosial membutuhkan
bakat-bakat matematika yang baik untuk menjadikanya pengetahuan yang bersifat kuantitatif.
Seluruh bentuk dapat digolongkan dalam kategori ketahuan ( knowledge ) di mana masing-
24
masing bentuk dapat di cirikan oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan
1. Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau
2. Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan
verifikasi;
3. Landasa aksiologi: kemaslahatan manusia artina segenap ujud ketahuan itu secara moral
Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Secara defacto dalam
kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam metode
ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam. Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa
kita terpaksa meninggalkan kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk
sinonim science dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk
Bahasa mempunyai dua fungsi yang pertama sebaga sarana komunikasi dan kedua sebagai
sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
Fungsi pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai fungsi kohesif
atau integratif. Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai
25
bahasa nasional dengan alasan utama yaitu fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana yang
Langkah pertama dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah yang berisi:
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Langkah kedua yaitu :
pengajuan Hipotesis. Dalam hipotesis mengkaji mengenai teori-teori ilmiah yang dipergunakan
postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan, lalu merumuskan hipotesis. Setelah melakukan
perumusan hipotesis maka langkah berikutnya menguji hipotesis secara empiris melalui penelitian
dan kemudian hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:
setalah kegiatan laporan hasil penelitian adalah Ringkasan dan Kesimpulan. Kesimpulan
pengujian hipotesis dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang ditulis dalam bab
tersendiri. Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang
terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian.
26
Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang disebut abstrak. Dalam laporan
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik notasi.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi ilmiah harus bersifat
reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan
prototipe yang disampaikan sipemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal dimana
berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata
ganti perorangan hilang dan diganti universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah
argumentasi kita. Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat beberapa hal yakni kita
identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media komunikasi ilmiah dimana pernyataan
tersebut di sampaikan, lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat
Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki.
Catatan kaki mulai langsung dari pinggi atau dapat dimulai setelah beberapa ketukan tik dari
pinggir asalka dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang
dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama
pertama ditambah kata et al. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamanya
dengan singkatan p (pagina) atau hlm. (halaman). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman
27
maka dapat ditulis pp.1-5 atau hlm 1-5. jika nama pengaranganya tidak ada langsung dituliskan
nama bukunya atau Anom (annonymous) didepan nama buku tersebut. Sebuah buku yang ada
diterjemahkan harus ditulis baik pengarang maupun penterjemah bukut tersebut sedangkan
kumpulan karangan cukup disebutkan nama editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber yang
sama dilakukan dengan memakai notasi op.cit (opere citato: dalam karya yang telah dikutip), loc.
cit (loco citato: dalam tempat yang telah dikutip) dan ibid (ibidem : dalam tempat yang sama).
2.10. Penutup
Hakikat ilmu merupakan sekadar pengetahuan yang harus dihafal, agar bisa dikemukakan
waktu berdebat: “makin hafal lantas makin hebat!”. Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup
bidang- bidang yang amat luas, agar tiap masalah yang muncul bisa ikut menyambut, makin
banyak maka makin mantap. Ilmu tidak berfungsi sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam
memecahkan masalah kita sehari-hari, melainkan sekedar dikenal dan dikonsumsi. Kepercayaan
28
BAB III
Buku ini terdiri dari sepuluh bab dimulai dengan Kata pengantar dari Andi Hakim nasution.
Bab pertama menceritakan tentang ilmundan filsafat. Bab kedua terkait dengan dasar-dasar
pengetahuan meliputi penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran. Bab ketiga
terkait dengan Ontolgi meliputi : metafisika, asusmsi, peluang, beberapa asumsi dalam ilmu dan
batas-batas penjelajahan ilmu. Bab keempat menceritakan tentang epistemologi meliputi jarum
sejarah penegtahuan, pengetahuan, metode ilmiah, dan struktur pengetahuan ilmiah. Bab kelima
menceritakan tentang sarana berpikir ilmiah yang meliputi saranaberpikir ilmiah, bahasa,
matematika, dan statistika. Bab keenam menceritakan tentang aksiologi yaitu kegunaan ilmu
meliputi ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuan, nuklir dan pilihan moral, dan revolusi
genetika. Bab ketujuh menceritakan tentang ilmu dan kebudayaan nasional, dan dua pola
kebudayaan. Bab delapan menceritakan tentang ilmu dan bahasa yang meliputi terminologi ilumu,
ilmu pengetahuan atau sains dan politik bahasa nasional. Bab kesembilan menjelaskan tentang
penelitian dan penulisan ilmiah, teknik penulisan ilmiah, dan teknik notasi ilmiah. Bab kesepuluh
Buku ini termasuk kategori buku ilmiah karena menggunakan kriteria penulisan ilmiah.
Biarpun tersisip jokes dalam penulisannya, membaca buku ini harus dengan hati-hati, banyak
terdapat istilah asing yang harus diapahami dengan cermat. Buku ini terdiri dari 384 halaman
dengan diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Buku ini mudah dan nyaman untuk
dipahami.
29
BAB IV
KESIMPULAN
Di dalam buku ini banyak memuat percakapan para filusuf mengenai kehidupan
manusia. Buku ini dibuat dengan maksud untuk mengisi kekosongan dalam bidang filsafat
ilmu agar masyarakat mengenal bidang keilmuan dari berbagai aspek penting. Fokus utama
dari pembahasan buku ini adalah tema pokok yang hidup disekitar masyarakat keilmuan
melibatkan diri kepada variasi-variasi yang berkembang disekitar tema pokok tersebut.
Buku ini bertujuan untuk mengenal alur-alur berfikir dalam kegiatan keilmuan dan
30
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun S., 1993., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer., Pustaka Sinar Harapan.,
Jakarta
31