Anda di halaman 1dari 31

TUGAS FILSAFAT ILMU

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

Disusun Oleh :

dr. Anggun Pratiwi


dr. Fivi Kurniawati
Ahmad Hajan Nurqadry, S.KG
Annisa Faradhita, S.KG
Dhaifina Alyani, S.KG

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karna dengan rahmat dan karuniaNya lah kami

dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Filsafat Imu dengan Judul ‘’Sebuah

Pengantar Populer.’’ Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serata

pengetahuan kita mengenai Filsafat

Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam tekhnis penulisan maupun materi,mengingat

akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon saran dari semua pihak demi

penyempurnaan penulisan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga tugas makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan

umumnya bagi semua yang membaca makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan

kata-kata yang kurang berkenan.

Bandung, April 2021

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………...4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………..5

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………6

BAB II RINGKASAN BUKU ………………………………………………………………….7

2.1 Kearah Pemikiran Filsafat ………………………………………………………………….7

2.2 Dasar-dasar Pengetahuan …………………………………………………………………...8

2.3 Antologi : Hakikat apa yang dikaji ………………………………………………………..10

2.4 Epistimologi : Cara mendapatkan pengetahuan yang benar ………………………………13

2.5 Sarana berpikir ilmiah ……………………………………………………………………..15

2.6 Aksiologi : Nilai kegunaan ilmu …………………………………………………………..19

2.7 Ilmu dan kebudayaan ……………………………………………………………………...23

2.8 Ilmu dan Bahasa …………………………………………………………………………...24

2.9 Penelitian dan penulisan ilmiah …………………………………………………………...26

2.10 Penutup …………………………………………………………………………………...28

BAB III KOMENTAR DAN HASIL ANALISA BUKU ……………………………………..29

BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………………….30

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….31

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buku berjudul Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer merupakan karya dari Jujun S.

Suriasumantri yang merupakan seorang dosen mata kuliah filsafat ilmu dan sistem berpikir di

Fakultas Pasca-Sarjana Universitas Negeri Jakarta yang juga dikenal sebagai ahli perencanaan

pendidikan. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka Sinar Harapan pada tahun 2009. Buku

filsafat ilmu menjelaskan secara umum mengenai filsafat ilmu dengan ruang lingkup yang sangat

luas bukan hanya terpaku pada suatu ide pokok.

Penulis mengaitkan suatu pokok masalah kedalam hal-hal yang lebih umum dan mudah

dimengerti. Penulis menyampaikan pesan dengan bahasa yang cukup sederhana disertai ilustrasi

gambar, karikatur syair, dan anekdot yang sangat relevan sehingga memudahkan pembaca dalam

memahami isi buku. Buku filsafat ilmu merupakan buku dapat dijadikan pilihan dalam memahami

dasar-dasar kefilsafatan dengan disertai aspek aplikatif ilmu yang disampaikan pada buku. Buku

ini berfokus pada analisa populer-rekleftif yang mengarah pada pengaplikasian ilmu dengan benar

dalam kehidupan sehari-hari.

Rangkuman buku filsafat ilmu bertujuan untuk memenuhi tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Dalam rangkuman ini, kami berusaha menjelaskan

pengertian filsafat ilmu serta ruang lingkup dari filsafat ilmu tersebut. Buku Filsafat Ilmu: Sebuah

Pengantar Populer karangan Jujun S. Suriasumantri diawali dengan arah pemikiran filsafat, dasar-

dasar pengetahuan, ontologi: hakikat apa yang dikaji, epistemologi: cara mendapatkan

pengetahuan yang benar, sarana berpikir ilmiah, aksiologi: nilai kegunaan ilmu, ilmu dan

kebudayaan, ilmu dan bahasa, penelitian dan penulisan ilmiah, dan penutup.

4
Kaitan buku filsafat ilmu: sebuah pengantar populer dengan pendidik an nilai

dan moral yaitu filsafat merupakan induk dari pendidikan nilai dan moral. I lmu filsafat

mengkaji mengenai epistimologi (filsafat pengetahuan), etika (filsafat moral), estetika (filsafat

seni), metafisika (politik filsafat pemerintahan), filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan,

filsafat hukum, filsafat sejarah, dan filsafat matematika. Manusia harus berpikir secara filosofis,

karena keilmuan dapat dibandingkan dengan beberapa pengetahuan lain serta dapat

diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Alasan itulah yang membuat kami memilih buku

Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer karangan Jujun S. Suriasumantri menjadi buku utama

untuk dikaji kedalam bentuk rangkuman.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian filsafat ilmu?

2. Bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu?

3. Bagaimana pengetahuan dalam filsafat dilihat dari aspek ontologis, epistimologis, dan

aksiologis?

4. Bagaimana pengetahuan dalam filsafat dibandingkan dengan beberapa pengetahuan lain

seperti ilmu (science), seni, dan agama?

5. Apakah sarana berpikir ilmiah seperti bahasa, logika, matematika, dan statistika benar

berkaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat?

5
1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam rangkuman buku

ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat ilmu.

2. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu.

3. Untuk mengetahui pengetahuan dalam filsafat jika dilihat dari aspek ontologis,

epistimologis, dan aksiologis.

4. Untuk mengetahui pengetahuan dalam filsafat dibandingkan dengan beberapa pengetahuan

lain seperti ilmu (science), seni, dan agama.

5. Untuk mengetahui sarana berpikir ilmiah seperti bahasa, logika, matematika, dan statistika

benar berkaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat.

6
BAB II

RINGKASAN BUKU

2.1. Kearah Pemikiran Filsafat

2.1.1 Ilmu dan Filsafat

Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui

dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi

diri, semacam keberanian untuk berterus terang, sebarapa jauh sebenarnya kebenaran yang

dicari telah kita jangkau. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai

dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan ke dua-duanya.

Karakteristik berfikir filsafat:

a. Sifat menyeluruh: bahwa seorang ilmuan tidak akan puas mengenal ilmu dari segi

pandang ilmu itu sendiri,dia juga akan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan

yang lainnya.

b. Sifat mendasar: bahwa seorang ilmuan tidak akan selalu melihat bintang-bintang

diatas namun juga membongkar tempat berpijak secara fundamental.

c. Sifat spekulatif

Filsafat:Peneratas Pengetahuan

Filsafat adalah mariner yang merupakan pionir dari ilmu,baik ilmu-ilmu alam maupun

social.Dalam tahap peralihan bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit,tidak lagi

menyeluruh melainkan sektoral.Walaupun demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu

masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat.Dalam tahap selanjutnya ilmu menyatakan

7
menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya pada

hakikat alam sebagaimana adanya.

Auguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap

religius,metafisik dan postulat.Dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat

ilmiah sehinga ilmu merupakan dduktif atau penjabatan dari ajaran religi.tahap kedua orang

mulai berspekulatif tenteng metafisika(keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahan yang

terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahuan di atas dasar postulat

metafisika tersebut.sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah,(ilmu) dimana asas-

asas yang digunakan di uji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.

Tahap mula,filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu.Tahap yang kedua adalah

pertanyaan yang berkisar tentang ada:tentang hidup dan eksistensi manusia.Tahap yang ketiga

adalah kejelesan yang dapat ditangkap oleh pendengar tentang apa yang sedang di utarakan.

2.2. Dasar-dasar Pengetahuan

2.1 Penalaran

Kemampuan menalar manusia membuatnya mampu mengembangkan pengetahuan

yang merupakan kekuasaan-kekuasaanya.Pengatahuan ini mampu dikembangkan manusai

karena dau hal utama yakni ,pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu

mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelekangi informasi

tersebut.Kedua, kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu(penalaran)

Hakikat penelaran

Penalaran merupakn suatu proses berfikir dalam menarik semua kesimpulan berupa

pengetahuan.Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan

8
bukan dengan perasaan.jadi,penalaran merupakan kegaatan berfikir yang mempunyai

karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.

Ciri-ciri penalaran:

1. Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika /proses berfikir logis

2. Sifat analitik dari proses berfikirnya

Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada

rasio(rasionalisme) dan fakta (empirisme). Kegiatan berfikir juga ada yang tidak berdasarkan

penalaran yaitu intuisi dan wahyu.Intuisi merupakan suatu kegiatan berfikir nonanalitikyang

tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berfikir tertentu.

3. Logika

Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “Pengkajianuntuk berfikir secara sahih”.Ada dua

jenis cara penarikan kesimpulan,yaitu logika induktif dan logika deduktif.Logika induktif erat

hubungan nya dengan penariakn kesimpulan dari kasus-kasus individual nyat menjadi

kesimpulan yang bersifat umum.Sebaliknya ,logika dedukif yang membantu kita dalam

menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual

(khusus).Penariak kesimpulan secara deduktif biasanya mengaunakan pola berfikir yang

dinamakn silogisme.Silogisme disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis

minor) dan sebuah kesimpulan.

4. Sumber Pengetahuan

Pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk mendaop pengetahuan yang benar.

Pertama,mendasarkan diri kepada rasio.Kedua, mendasarkan pada pengalaman.

Sebaliknya,kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat

9
penalaran rasional yang abstak namun lewat pengalaman yang kongkret.Metode yang

digunakan adalah metode induktif.

Selain rasionalisme dan empirisme kita juga mengenel intuisi dan wahyu sebagai sumber

pengetahuan.

5. Kriteria kebenaran

Ketiga pernyataan ini benar karena bab pernyataan dan kesimpulan yang ditarik adalah

konsisten dengan penyataan dan kesimulan terdahulu yang telah dianggap benar.Teori yang

didasaerkan dalam pertanyaan ini disebut teori koherensi.

Paham yang lain adalah kebeneren yangberdasarkan kepada teori korespondensi dimana suatu

pernyataan itu danggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu

berkorespondensi(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.Teori

pragmatic dimina kebenaran diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat

fungsional dalam kehidupan praktis.Artinya. suatu pernyataan itu benar, jika pernyataan itu

atau konsekwensi dari pwrnyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

2.3. Ontologi : Hakikat Apa yang dikaji

2.3.1 Metafisika

Metafisika merupakan tempat berpijak bagi setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.

Beberapa tafsiran Metafisika

Tafsiran paling utama manusia terhadap alamini adalah adanya wujud-wujud yang bwrsifat

gaib.animisme adalah kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme,dimana

manusai percaya akan adanya makhluk-makhluk gaib dibenda-benda seperti batu,pohon,dan air

terjun.

10
Sebaliknya,paham naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam yang terjadi tidak

disebabkan oleh makhluk-makhluk geab melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu

sendiri,yang dapat kita pelajari dan kita ketahui.

Disini kaum mekanistik ditentang oleh keum vitalistik.Kaum metanistik melihat gejala alam

(termasuk makhluk hidup) heya merupakan gejala meta –fisika semata. Sedangkan bagi kaum

vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansi dengan proses

tertentu.

2.3.2 Asumsi

Merupakan suatu pendapat atau perkiraan yang dikeluarkan seseorang saat melihat

sauatu kejadian

2.3.3 Peluang

Adalah suatu kemungkinan yang pastinya dapat terjadi dalam suatu kejadian.Misalnya

adanya peluang bola itu akan masuk kegawang atau tidak saat ditendang.

2.3.4 Beberapa Asumsi dalam Ilmu

Dalam mengembangkan asumsi maka perlu diperhatikan beberapa hal:

1. asumsi itu harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan .asumsi

ini harus oprasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.Asumsi ini merupakan dasar

dari telaah ilmiah.

2. Asumsi itu harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan

“bagaimana keadaan seharusnya”.Asumsi ini meruakan dasar dari telaah moral.

11
2.3.5 Batas-batas Penjejahan Ilmu

Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia yang juga disebabkan

metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenaranya secara empiris.Ilmu

hanya berwenang menentukan mana yang benar dan mana yang sakah ,tentang baik dan buruk

semua (termasul ilmu) berpaling kepada suber-sumber moral ;tentang indah dan jelek (termasuk

ilmu) berpaling kepada pengkajian estetik.

Cabang-cabang ilmu Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama

yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumputn ilmu-ilmu alam(the natural science) dan

filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang-cabang ilmu social(the social

science).

Ilmu alam membagi diri kedalam dua kelompok lagi yakni ilmu alam(the physical science)

dan ilmu hayat (the biological science). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang

membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian berkembang lagi menjadi fisika

(mempelajari massa dan energa),Kimia (mempelajari substansi zat),astronomi(mempelajari

bintang-bintang dlangit) dan ilmu bumi yang tiap cabang ini nantinya membentuk ranting-

ranting baru.

Ilmu-ilmu social berkembang agak lambat.Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu social

yakni antropologi(mempelajari manusia dalam prespektif waktu dan tempat), Psikologi

mempelajari proses mental dan kelakuan menusia ,ekonomi,sosiologi dan ilmu politik.

12
2.4. Epistimologi : Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar

2.4.1 Jarum Sejarah Pengetahuan

Pohon pengetahuan mukai dibeda-bedakan paling tidak berdsarkan apa yang

diketahui,bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pangetahuan itu

digunakan.Menghadapi kenyataan ini terdapat kembali orang yang ingin memutar kembali

jarum sejarah dengan mengaburkan batas-batas otonomi disiplin waktu. Pendekatan

interdisipliner memeng merupakan keharusan, namun tidak dengn mengaburkan otonomi

masing-asing disiplin waktu yang telah berkembang berdasarkan route-nya masing-

masing,namun dengan menciptakan paradigma baru.Paradigma ini adalah bukan ilmu

melainkan cara berfikir ilmiah seperti logika,metemetika,statistika dan bahasa.

2.4.2 Pengetahuan

Pengetahuan pada hakikatnya adalah segenap apa yang kita ketahui tenteng suatu obyek

tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu,jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan

yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan yang lain seperti seni dan agama.

Secara ontologi ilmu membahas diri pada pengkajian obyek yang berada pada lingkup

pengalaman manusai sedangkan agama memasuki daerah penjelajahan yang bersifat

transendental yang berada diluar pangalaman kita.

Kalau ilmu mencoba mengembangkan model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan

mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang

bersifat rasional,maka seni mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi

bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapi lewat berbagai kemempuan manusia untuk

mengakap seperti pikiran,emosi dan panca indra.

13
2.4.3 Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapat pengetahian yang berupa ilmu.Metode

menurut Senn,merupakan suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai

langkah- langkah yang sistimatis.Metodologi merupakan suatu pengkajian dari peraturan-

peraturan dalam metode ilmiah.Metode limiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja

pikiran.dengan metode ini diharapkan mempunyai karaktaristik-karaktaristik tertentu yang

diminta oleh pengetahuan ilmiah. Dalam hal ini maka metode ilmiah menggabungkan cara

berfikir deduktif dan induktif.

Dilihat dari perkembangan kebudayaan manusia dalam menghadapi masalah dapat dibedakan

dalam ciri-ciri tertentu maka Van Peursen membaginya menjadi tahap mitis,tahap ontologi dan

tahap fungsional.Yang dimaksud taha mitis adalah sikap manusia yang merasakan dirinya

terkepung kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Yang dimaksud tahap ontologi adalah sikap

manusia yang tidak lagi merasa dirinya terkepung dari kekuetan-kekuatan geib dan mengmbil

jarak dari obyek disekitarny dan mulai melakikan penelaahan-penelaahan terhadap bbyek

tersebut.Sedabgkan tahap fungsional tidak hanya merasa telah bebas dari kekuatan-kekuatan gaib

dan mampunyai pengetahuan berdasarkan penelaahan obyek diekitar kehidupan.namun mampu

memfungsikannya pada kepentingan dirinya.

2.4.4 Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang

memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah

atau ilmu.

14
Metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif yang

memungkinkan upaya keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin diperbuatnya.

Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan

dan mengontrol. Secara garis besar terdapat empat jenis pola penjelasan yakni deduktif,

probabilistik, fungsional atau teleologis, dan genetik.

2.5. Sarana Berpikir Ilmiah

2.5.1 Sarana Berpikir ilmiah

Mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. 1.Sarana

ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan

pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. 2. Tujuan mempelajari sarana ilmiah

adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelahaan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan

mempelajari ilmu dimaksudkan untuk memcahkan masalah kita sehari-hari. Sarana berpikir

ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Untuk

dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa

bahasa, logika, matematika dan statistika.

2.5.2 Bahasa

Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang

faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.

Kedua aspek bahasa ini yakni aspek informatika dan emotif keduanya tercermin dalam bahasa

yang kita pergunakan. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan

sikap. Atau seperti dinyatakan oleh Kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai

15
fungsi simbolik. Emotif, dan afektif. Dalam komunikasi ilmiah sebenarnya proses komunikasi

itu harus terbebas dari unsur emotif ini, agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara

reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan. Perbendaharaan kata-kata,

perbendaharaan ini pada hakikatnya merupakan akumulatif pengalaman dan pemikiran mereka.

Artinya dengan perbendaharaan kata-kata mereka punyai maka manusia dapat

mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Dengan adanya bahasa maka

manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang

dinyatakan dengan bahasa. Kebudayaan mempunyai landasan-landasan etika yang menyatakan

mana tindakan yang baik mana yang tidak. Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang

membuka rahasia alam dalam berbagai teori seperti elektonik, termodinamik, relativitas, dan

quantum.

Proses komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan objektif yakni terbebas dari unsur- unsur

emotif.

Berbahasa dengan jelas artinya :

1. Bahwa maka yang terkandung dalam kata- kata yang di gunakan di ungkapkan

secara tersurat ( eksplisit ) untuk mencegah pemberian makna yang lain.

2. Mengemukakan pendapat atau jalan pemikiran secara jelas. Kalau kita teliti lebih

lanjut maka kalimat-kalimat dalam sebuah karya ilmiah pada dasarnya merupakan suatu

pernyataan. Beberapa Kekurangan Bahasa

1. Bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif,

afektif, dan simbolik.

2. Sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa.

3. Bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata

16
terutama dalam memberikan definisi.

4. Konotasi yang bersifat emosional

2.5.3 Matematika

Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin

kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti

setelah sebuah makna diberikan padanya.

Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kubur, majemuk dan

emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika dibikin secara artifisal dan

individual yang merupakan perjanjian yang berlaku.

Sifat Kuantitatif Dari Matematika

matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika

mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara

kuantitatif. Penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh bahasa verbal tidak bersifat eksak,

menyebabkan daya prediktif dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat.

Perkembangan Matematika

Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap

sistematika, komparatif, dan kuantitatif.

Disamping sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Matematika,

menurut Wittgenstein, tak lain adalah metode berfikir logis. Berdasarkan perkembangannya

maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membuthkan struktur analisis

yang lebih sempurna.

17
Griffits dab Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap.

Tahap yang pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno

dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia.

Peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional

dengan menetapkan berbagai langkah dan definisi tertentu.

Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang

memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.

Kriteria kebenaran dari matematika adalah konsistensi dari berbagai postulat, definisi dan

berbagai aturn permainan lainnya. Untuk itu maka matematika sendiri tidak bersifat

tunggal,seperti juga logika, melakukan bersifat jamak. Perubahan salah satu postulat Euclid

tersebut yang semula berbunyi dari satu titik di luar sebuah garis hanya dapat ditarik satu garis

sejajar dengan garis tersebut menjadi dari satu titik di luar sebuah garis dapat ditarik garis-

garis sejajar dengan garis tersebut yang jumlahnya tak terhingga.

Matematika bukanlah merupakan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan cara berfikir

untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.

Tesis utama kaum logistik adalah bahwa matematika murni merupakan cabang ari logika. Kaum

formalis menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa perlambang (sign-

language) dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa

lambang. Usaha kaum formalis ini belum banyak membawa hasil.

2.5.4 Statistika

Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sebagai sarana penalaran penarikan

kesimpulan sedangkan logika induktif berpaling kepada statiska. Statistika merupakan

18
pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang

ini dengan eksak.

Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan

kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam

suatu hubungan yang bersifat empiris.

Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif

seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif. Demikian juga penarikan

kesimpulan deduktif dan induktif keduanya mempunyai kedudukan yang sama pentingnya

dalam penelahaan keilmuan.

Karakteristik Berpikir Induktif

Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Menurut bidang pengkajiannya statistika dapat

kita bedakan sebagai statistika teorietis dan statistika terapan.

Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara

ilmiah

2.6. Aksiologi : Nilai Kegunaan Ilmu

2.6.1. Ilmu dan Moral

Bertrand Russell menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap

“kontemplasi ke manipulasi”. Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali

namun dalam kaitan dengan faktor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral berkaitan

dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi in masalah moral berkaitan berkaitan

dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Atau secara filsafat dapat dikatakan, dalam tahap

pengembangan konsep terdapat masalah yang ditinjau dari segi ontologi keilmuan, sedangkan

19
dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.

Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang ditelaah dalam

membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan

dari pengetahuan yang diperoleh.

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang

bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama

menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis

maupun aksiologis.

Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah

terbatas pada metafisik keilmuan.

2.6.2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan

Ilmu merupakan hasil karya perorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka

oleh masyarakat. Dengan perkataan lain, penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi

dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial.

Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang

benar: untung dan ruginya, baik dan buruknya; sehingga penyelesaian yang objektif dapat

dimungkinkan. Kemampuan analisis seorang ilmuwan dapat dipergunakan untuk mengubah

kegiatan non produktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Singkatnya dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi

opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari.

Karakteristik lain dari ilmu terletak dalam cara berfikir untuk menemukan kebenaran.

Pikiran manusia bukan saja dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankan

20
kebenaran namun sekaligus juga dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankan hal-

hal yang tidak benar. Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi etnis bagi

seorang ilmuwan. Karakteristik proses tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap

etis seorang ilmuwan. Kebenaran berfungsi bukan saja sebagai jalan pikirannya namun seluruh

jalan hidupnya.

Di bidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi

namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan bagaimana caranya bersifat obyejtif, terbuka,

menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar,

dan kalau perlu berani mengakui kesalahan.

Bila kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik secara intelektual maupun

secara moral, maka salah satu penyangga masyarakat modern itu akan berdiri dengan kukuh.

2.6.3. Nuklir Dan Pilihan Moral

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan

untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri.

Einstein waktu itu memiliki sekutu karena menurut anggapannya sekutu mewakili aspirasi

kemanusiaan.

Sikap netral seorang ilmuwan dalam hal ini disebabkan anggapannya bahwa ilmu

pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah kepada penemuan selanjutnya.

Kemajuan ilmu pengetahuan tidak melalui loncatan-loncatan yang tidak berketentuan melainkan

melalui proses kumulatif secara teratur. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikkan

penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran

yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-

21
fakta pengujian.

Penemuan ilmiah tidaklah diperuntukkan bagi suatu golongan tertentu namun bagi

kemanusiaan secara keseluruhan. Netral dalam proses penemuan kebenaran inilah yang

mengharuskan ilmuwan untuk bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu digunakan.

Ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual namun juga keluhuran moral. Tanpa

itu maka ilmu hanya akan menjadi Frankenstein yang akan mencekik penciptanya dan

menimbulkan malapetaka.

2.6.4. Revolusi Genetika

Kimia merupakan kegemilangan ilmu yang pertama dimulai sebagai kegiatan pseudo

ilmiah yang bertujuan mencari obat mujarab untuk hidup abadi dan rumus campuran kimia

untuk mendapatkan emas. Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah

keilmuwan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek

penelaahan itu sendiri.

Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan

hidupnya. Tujuan hidup ini, yang berkaitan erat dengan hakikat kemanusiaan itu sendiri,

bersifat otonom dan terlepas dari kajian dan pengaruh ilmiah.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pembahasan kita tersebut di atas

menyatakan sikap yang menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek penelitian

genetika. Secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek formal (ontologis)

ilmu. Menghadapi nuklir yang sudah merupakan kenyataan maka moral hanya mampu

memberikan penilaian yang bersifat aksiologis, bagaimana sebaiknya kita mempergunakan

tenaga nuklir untuk keluhuran martabat manusia.

22
2.7. Ilmu dan Kebudayaan

2.7.1. Manusia dan Kebudayaan

Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor kebudayaan diartikan

sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta

kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang

terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem

pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan.

Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuahan manusia yakni kebutuhan fisiologi, rasa

aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi.

Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud

kebudayaan. Disamping nilai-nilai budaya ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup

yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Pada

dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang kongret dari nilai budaya yang bersifat abstrak;

kegiatan manusia dapat ditangkap oleh budi manusia. Menurut Alfred Korzybski, kebudayaan

mempunyai kemampuan mengikat waktu. Masalah ini akan didekati dari segi nilai-nilai budaya

sebab objek inilah yang merupakan dasar ideal bagi terwujudnya kebudayaan lainnya.

2.7.2. Ilmu Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Dalam

rangka pengembangan kebudayaan ilmu mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan

sumber nilai yang mendukung terlenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu

23
merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.

Dua dasar moral bagi kaum ilmuwan adalah meninggikan kebenara dan pengabdian secara

universal. Tujuh nilai ilmiah yang terpancar dari hakikat keilmuwan yakni: kritis, rasional, logis,

obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal. Peranan ketujuh nilai ini

adalah dalam hal bangsa mengahadapi permasalahan dalam bidang politik, ekonomi dan

kemasyarakatan membutuhkan pemecahan permasalahan secara kritis, rasional, logis dan terbuka.

Sedangkan sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan aktor yang

penting dalam pembinaan bangsa dimana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk

kepentingan golongan dibandingkan kepetingan golongan. Bukan saja seni namun ilmu dalam

hakikatnya yang murni bersifat mempersatukan.

2.7.3. Dua Pola Kebudayaan

Ada dua pola kebudayaan yang terbagi kedalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Raiso

de’etre yang menjadi argumentasi pembagian jurusan ini adalah asumsi yang pertama

mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam pendidikan matematika

yang mengharuskan kita mengembangakan pola pendidikan yang berbeda pula. Asumsi yang

kedua adalah yang menganggap bahwa ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika.

Asumsi kedua ini sekarang ini tidak relevan lagi karena pengembangan ilmu sosial membutuhkan

bakat-bakat matematika yang baik untuk menjadikanya pengetahuan yang bersifat kuantitatif.

2.8. Ilmu dan Bahasa

2.8.1. Tentang Terminologi: Ilmu,Ilmu Pengetahuan atau Sains?

Seluruh bentuk dapat digolongkan dalam kategori ketahuan ( knowledge ) di mana masing-

24
masing bentuk dapat di cirikan oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan

aksiologi masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:

1. Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau

lewat pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;

2. Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan

logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-

verifikasi;

3. Landasa aksiologi: kemaslahatan manusia artina segenap ujud ketahuan itu secara moral

ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

2.8.2. Quo Vadis?

Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Secara defacto dalam

kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam metode

ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam. Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa

kita terpaksa meninggalkan kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk

sinonim science dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk

science dan pengetahuan untuk knowledge.

2.8.3. Politik Bahasa Nasional

Bahasa mempunyai dua fungsi yang pertama sebaga sarana komunikasi dan kedua sebagai

sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.

Fungsi pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai fungsi kohesif

atau integratif. Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai

25
bahasa nasional dengan alasan utama yaitu fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana yang

mengintegrasikaan berbagai suku kedalam satu bangsa yakni Indonesia.

2.9. Penelitian dan Penulisan Ilmiah

2.9.1. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Langkah pertama dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah yang berisi:

latarbelakang dari suatu masalah. Kemudian melakukan identifikasi masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Langkah kedua yaitu :

pengajuan Hipotesis. Dalam hipotesis mengkaji mengenai teori-teori ilmiah yang dipergunakan

dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan, penyusunan

kerangka berpikir dengan mempergunakan premis-premis dan menyatakan secara tersurat

postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan, lalu merumuskan hipotesis. Setelah melakukan

perumusan hipotesis maka langkah berikutnya menguji hipotesis secara empiris melalui penelitian

dan kemudian hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:

1. menyatakan variabel-variabel yang diteliti.

2. Menyatakan teknik analisa data.

2. Mendeskripsikan hasil analisis data.

4. memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.

5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima. Langkah selanjutnya

setalah kegiatan laporan hasil penelitian adalah Ringkasan dan Kesimpulan. Kesimpulan

pengujian hipotesis dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang ditulis dalam bab

tersendiri. Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang

terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian.

26
Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang disebut abstrak. Dalam laporan

penelitian dilampirkan daftar pustaka dan riwayat hidup peneliti.

2.9.2. Teknik Penulisan Ilmiah

Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik notasi.

Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi ilmiah harus bersifat

reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan

prototipe yang disampaikan sipemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal dimana

berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata

ganti perorangan hilang dan diganti universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah

mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam

argumentasi kita. Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat beberapa hal yakni kita

identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media komunikasi ilmiah dimana pernyataan

tersebut di sampaikan, lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat

domisili dan waktu penerbitan dilakukan.

2.9.3. Teknik Notasi Ilmiah

Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki.

Catatan kaki mulai langsung dari pinggi atau dapat dimulai setelah beberapa ketukan tik dari

pinggir asalka dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang

dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama

pertama ditambah kata et al. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamanya

dengan singkatan p (pagina) atau hlm. (halaman). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman

27
maka dapat ditulis pp.1-5 atau hlm 1-5. jika nama pengaranganya tidak ada langsung dituliskan

nama bukunya atau Anom (annonymous) didepan nama buku tersebut. Sebuah buku yang ada

diterjemahkan harus ditulis baik pengarang maupun penterjemah bukut tersebut sedangkan

kumpulan karangan cukup disebutkan nama editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber yang

sama dilakukan dengan memakai notasi op.cit (opere citato: dalam karya yang telah dikutip), loc.

cit (loco citato: dalam tempat yang telah dikutip) dan ibid (ibidem : dalam tempat yang sama).

2.10. Penutup

2.10.1. Hakikat dan Kegunaan Ilmu

Hakikat ilmu merupakan sekadar pengetahuan yang harus dihafal, agar bisa dikemukakan

waktu berdebat: “makin hafal lantas makin hebat!”. Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup

bidang- bidang yang amat luas, agar tiap masalah yang muncul bisa ikut menyambut, makin

banyak maka makin mantap. Ilmu tidak berfungsi sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam

memecahkan masalah kita sehari-hari, melainkan sekedar dikenal dan dikonsumsi. Kepercayaan

seseorang tergantung kepada pendidikan, kepercayaan masyarakat tergantung kepada kebudayaan.

28
BAB III

KOMENTAR DAN HASIL ANALISA BUKU

Buku ini terdiri dari sepuluh bab dimulai dengan Kata pengantar dari Andi Hakim nasution.

Bab pertama menceritakan tentang ilmundan filsafat. Bab kedua terkait dengan dasar-dasar

pengetahuan meliputi penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran. Bab ketiga

terkait dengan Ontolgi meliputi : metafisika, asusmsi, peluang, beberapa asumsi dalam ilmu dan

batas-batas penjelajahan ilmu. Bab keempat menceritakan tentang epistemologi meliputi jarum

sejarah penegtahuan, pengetahuan, metode ilmiah, dan struktur pengetahuan ilmiah. Bab kelima

menceritakan tentang sarana berpikir ilmiah yang meliputi saranaberpikir ilmiah, bahasa,

matematika, dan statistika. Bab keenam menceritakan tentang aksiologi yaitu kegunaan ilmu

meliputi ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuan, nuklir dan pilihan moral, dan revolusi

genetika. Bab ketujuh menceritakan tentang ilmu dan kebudayaan nasional, dan dua pola

kebudayaan. Bab delapan menceritakan tentang ilmu dan bahasa yang meliputi terminologi ilumu,

ilmu pengetahuan atau sains dan politik bahasa nasional. Bab kesembilan menjelaskan tentang

penelitian dan penulisan ilmiah, teknik penulisan ilmiah, dan teknik notasi ilmiah. Bab kesepuluh

adalah penutup yang menceritakan tentang hakikat dan kegunaan ilmu.

Buku ini termasuk kategori buku ilmiah karena menggunakan kriteria penulisan ilmiah.

Biarpun tersisip jokes dalam penulisannya, membaca buku ini harus dengan hati-hati, banyak

terdapat istilah asing yang harus diapahami dengan cermat. Buku ini terdiri dari 384 halaman

dengan diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Buku ini mudah dan nyaman untuk

dipahami.

29
BAB IV

KESIMPULAN

Di dalam buku ini banyak memuat percakapan para filusuf mengenai kehidupan

manusia. Buku ini dibuat dengan maksud untuk mengisi kekosongan dalam bidang filsafat

ilmu agar masyarakat mengenal bidang keilmuan dari berbagai aspek penting. Fokus utama

dari pembahasan buku ini adalah tema pokok yang hidup disekitar masyarakat keilmuan

,patokan-patokan dasar yang diterima oleh sebahagian besar masyarakat keilmuan,tanpa

melibatkan diri kepada variasi-variasi yang berkembang disekitar tema pokok tersebut.

Buku ini bertujuan untuk mengenal alur-alur berfikir dalam kegiatan keilmuan dan

mencoba menerapkannya kepada masalah-masalah praktis kehidupan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S., 1993., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer., Pustaka Sinar Harapan.,

Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai