Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu


Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris
Samarinda

Oleh:

NADIA NURINDAH 2320100056

Dosen Pengampuh :
Dr. Khojir, M.SI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................2

C. Tujuan Masalah.........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................4

A. Landasan Ontologi.....................................................................4
B. Landasan Epistimologi..............................................................5
C. Landasan Aksiologi...................................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................11

A. Simpulan...................................................................................11

B. Saran..........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuh

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, segala puji bagi Allah tuhan semesta ‘Alam yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan makalah Filsafat Ilmu dengan judul “Landasan

Ilmu Pegetahuan”. Dan tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta

salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. Khojir, M. SI selaku dosen pengampuh mata

kuliah Filsafat Ilmu yang telah membimbing Penulis guna menyelesaikan

makalah ini.

Makalah ini di susun dengan semaksimal mungkin dan berharap

dapat bermanfaat bagi para pembaca, terlepas dari hal itu, penyusun

menyadari masih terdapat kekurangan baik dari segi teknik penulisan

maupun dari materi pembahasan dalam makalah ini, oleh karena itu

penyusun berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran dan

kritikan agar menjadi perbaikan bagi kami dalam penyusunan makalah

berikutnya.

Penyusun

ii
Nadia Nurindah

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengetahuan merupakan hasil dari proses keingintahuan manusia

akan sesuatu. Setiap jenis pengetahuan juga berbeda antara satu dengan

yang lainnya tergantung pada bagaimana cara mendapatkan dan apa yang

dikaji dari pengetahuan tersebut. Manusia mengembangkan pengetahuan

karena dua sebab yaitu: Pertama, manusia memiliki bahasa yang mampu

untuk mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang

melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia memiliki cara

berpikir yang sesuai alur yang kemudian disebut sebagai penalaran.1

Landasan ilmu pengetahuan adalah pondasi yang membangun

keberhasilan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.

Sebagai konsep mendasar, landasan ilmu pengetahuan mencakup prinsip-

prinsip, teori-teori, dan metodologi yang menjadi dasar bagi riset dan

pengembangan pengetahuan. Tanpa pemahaman yang kokoh tentang

landasan ilmu pengetahuan, suatu bidang pengetahuan tidak dapat

berkembang secara optimal. Oleh karena itu, penting bagi para ilmuwan,

peneliti, dan mahasiswa untuk memahami dan menghargai landasan ilmu

pengetahuan dalam upaya mencapai kemajuan dalam bidangnya.

Dalam perjalanan waktu, ketika zaman Pertengahan

menggantikan zaman Klasik, maka persoalan-persoalan hidup manusia

menjadi semakin kompleks dan rumit sehingga tidak segala persoalan

1
Mohhamad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 67.

1
hidup manusia dapat dijawab dengan filsafat. Setiap persoalan menuntut

jawaban yang spesifik dan tuntas, maka macam-macam filsafat muncul

dengan spesifikasinya dan itulah yang kemudian disebut science (ilmu

pengeahuan): hasil abstraksi akal budi atas suatu objek secara metodis,

sistematis dan koheren.

Munculnya berbagai ilmu pengetauan yang dikembangkan

dikembangkan dari beberapa pertanyaan pertanyaan untuk apa ilmu itu

dikembangkan?, Bagaimana kaitan antara cara penggunaan ilmu tesebut

dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral? Setiap jenis ilmu pengetahuan yang

dikembangkan memiliki objek materia dan objek formalnya.

Dalam sejarahnya ilmu pengetahuan dikembangkan dengan

bertumpu pada tiga landasan pokok yaitu, ontologis, epistemologis dan

aksiologis dalam arti lain yang menjadi dasar semua jenis ilmu, yaitu

Landasan Ontologis, Landasan Epistemologis, dan Landasan Aksiologis.

Tiga landasan inilah yang secara filosofis membangun sebuah ilmu.

Tulisan ini tidak bermaksud menguraikan tiga landasan ini secara panjang

lebar, melainkan mendeskripsikan beberapa unsur fundamental dan umum

terkait 3 landasan ilmu pengetahuan ini.2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Landasan Ontologi Dikembangkan?

2
Sutarjo, Adisusilo, Filsafat Ilmu Pengetahuan Suatu Pengantar, (Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2010), h. 12.

2
2. Bagaimana Landasan Epistimologi Dikembangakn?

3. Bagaimana Landasan Aksiologi Dikembangkan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mahasiswa mampu memahami konsep landasan Ontologi.

2. Mahasiswa mampu memahami konsep landasan Epistimologi.

3. Mahasiswa mampu memahami konsep landasan Aksiologi.

3
II PEMBAHASAN

A. Landasan Ontologis

Kata “ontologi” berasal dari Bahasa Yunani ontos yang berarti

“mengada” dan logos yang dalam arti ini dapat disebut sebagai ilmu atau

studi tertentu. Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau

dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang esse

(ada). Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi

objek penelaahan ilmu. Secara amat mendasar, sesungguhnya studi yang

berhubungan dengan landasan ontologis berkaitan erat dengan

“metafisika”, yaitu ilmu yang membahas tentang dasar dari segala

sesuatu.3

Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya, ilmu dapat disebut seb

agai pengetahuan empiris, karena objeknya adalah sesuatu yang berada dal

am jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek kehidup

an yang dapat diuji oleh pancaindera manusia. Jadi objek ilmu adalah peng

alaman indrawi.

Dilihat dari landasan ontologi, maka ilmu akan berlainan dengan

bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Ilmu yang mengkaji problem-proble

m yang telah diketahui atau yang ingin diketahui yang tidak terselesaikan

dalam pengetahuan sehari-hari. Masalah yang dihadapi adalah masalah ny

ata. Ilmu menjelaskan berbagai fenomena yang memungkinkan manusia m

3
Jujun Suriasumantri, “Tentang Hakikat Ilmu: Sebuah Pengantar Redaksi,” Ilmu dalam
Perspektif, (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 5.

4
elakukan tindakan untuk menguasai fenomena tersebut berdasarkan penjel

asan yang ada.

Ilmu dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan bukan dimulai d

ari kepastian, sehingga berbeda dengan agama yang dimulai kepastian. Ilm

u memulai dari keragu-raguan akan objek yang berada dalam jangkauan pe

ngalaman manusia. Objek pengenalan ilmu mencakup kejadian-kejadian at

au seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pengalaman manusia.4

Jadi ontologi ilmu adalah ciri-ciri yang essensial dari objek ilmu y

ang berlaku umum, artinya dapat berlaku juga bagi cabang-cabang ilmu ya

ng lain. Ilmu berdasar beberapa asumsi dasar untuk mendapatkan pengetah

uan tentang fenomena yang menampak. Asumsi dasar ialah anggapan yang

merupakan dasar dan titik tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu pengetah

uan.

B. Landasan Epistimologi

Epistemology berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan

dan logos yang berarti ilmu. Epistemolgi secara singkat dimaksudkan seba

gai cara memperoleh ilmu berdasarkan metode ilmiah. Pengetahuan pada h

akekatnya adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertent

u, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pe

ngetahaun yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan l

ainnya, seperti seni dan agama. Tiga jenis pengetahuan (seni, agama dan il

mu) pada dasarnya merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan ma

4
Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Lesfi, 2016), h. 34.

5
nusia. Masalahnya kepada pengetahuan mana sesuatu pertanyaan tertentu

harus diajukan.5

Pohon pengetahuan dibedakan atas dasar apa yang diketahaui (ont

ologi), bagaimana cara mengetahui (epistemologi), dan untuk apa pengeta

huan itu digunakan (aksiologi). Berdasarkan objek yang ditelaah mulai dip

isahkan dengan moral dan mulai muncul ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu so

sial. Dari masing-masing cabang ilmu berkembang lagi sesuai dengan kaji

an objek material dan objek formalnya.

Bagaimana cara kita menyusun ilmu pengetahaun yang benar mas

alah ini yang dalam kajian filsafat disebut epistemologi, dan landasan epist

emologi ilmu disebut metode ilmiah. Jadi metode ilmiah adalah cara yang

dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahaun yang benar. Setiap jenis pen

getahaun mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologis), bagaiman

a (epistemologis), untuk apa (aksiologis) pengetahuan tersebut disusun. Ke

tiga landasan tersebut saling terkait.

Tata cara, teknik atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan ad

alah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem solvi

ng berikut uraian terkait prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan:6

1. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan non-ilmiah adalah pengetahu

n yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan, untung-untungan, a

kal sehat, prasangka, otoritas (kewibaaan) dan pengalaman biasa.

5
Peursen, van, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, (Jakarta:
Gramedia, 2001) h. 79.
6
Nasution, Filsafat Ilmu Hakikat Mencari Pengetahuan, (Yogyakarta: Deepublish, 2016),
h. 51.

6
2. Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan ded

uktif dan induktif.

3. Problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi p

ermasalahan,merumuskan hipotesis,mengumpulkan data, mengorganisasikan

dan menganalisis data, menyimpulkan dan melakukan verifikasi yakni mengu

ji hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-pri

nsip, generalisasi, dan hukum-hukum. Temuan ini dapat dipakai sebagai basis,

bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, men

gontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara lebih tepat.

Aliran dalam Epistimologi, Dalam epistemologis terdapat tiga aliran

besar, yaitu rasionalisme, empirisme, dan kritisme.

1. Rasionalisme

Rasionalisme berpendapat bahwa sumber ilmu pengetahaun adalah akal budi

manusia, pancaindera tidak memadai dalam membentuk ilmu pengetahaun. Dalam

arti sempit “rasionalisme” berarti anggapan mengenai teori pengetahuan yang

menekankan pada akal dan/atau rasio untuk membentuk pengetahuan. 7

Menurut Plato sumber ilmu pengetahuan adalah ide-ide abadi, yang hanya

dipahami oleh akal budi saja. Metode kerja kaum rasional dalam mengejar

kebenaran ilmiah adalah metode deduktif, metode kerja membentuk pengetahuan

dengan cara mendeduksi prinsip-prinsip umum yang universal pada hal-hal yang

partikular.

7
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara.
2007), h. 152.

7
2. Empirisme

Empirisme berpendapat bahwa sumber ilmu pengetahuan hanyalah

pengalaman ataupun pengamatan manusia, yang berupa fakta-fakta atau data yang

dianggap oleh pancaidera kita. Pancaidera lebih penting dari pada akal budi dalam

membentuk ilmu pengetahuan. Metode kerja kaum empiris dalam mencapai

kebenaran adalah metode induktif: yaitu menarik kesimpulan umum (sebagai

pengetahuan yang benar) berdasarkan pengalaman-pengalaman inderawi yang

partikular.

3. Kristisme

Dalam sejarah ilmu pengetahuan pernah terjadi konflik tanpa jelas ujung

pangkalnya adalah pendukung rasionalisme berhadapan dengan kaum empirisme.

Dalam konflik yang tidak jelas tersebut muncullah Emmanuel Kant sebagai

“penyelamat”. Kant mengkritik baik kaum rasionalisme maupun kaum

emperisme, yang dinilai telah jatuh dalam ekstremisme. Kant mengambil jalan

tengah bahwa ilmu pengetahaun bersumber baik pada pancaindera maupun akal

budi, keduanya saling melengkapi. Kant mendasarkan bahwa pengalaman

inderawi memang sumber ilmu pengetahuan, tetapi tidak cukup valid tanpa diolah

lebih lanjut oleh akal budi. Jadi Emmanuel Kant tidak serta merta menolak atau

mendukung sala satu dari keduanya, tetapi dia mencari jalan kompromi.8

C. Landasan Aksiologi

8
Dewi Rokhmah, “Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan
Aksiologi”, Jurnal Studi Keislaman Vol. 7, no. 2, 2021, h. 5.

8
Aksiologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai

dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu

pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya

etika.

Aksiolgi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orienta

si atau nilai suatu kehidupan. Aksiolgi disebut juga teori nilai, karena dapa

t menjadi sarana orientasi manusia dalam usaha menjawab pertanyaan yan

g fundamental, yakni bagaimana manusia harus hidup dan bertindak? Teori

nilai atau aksiologi ini kemudian melahirkan etika dan estetika. Dengan ka

ta lain aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan il

mu pengetahuan itu. Ilmu pengetahuan bukan hanya menjadi sarana efisie

n untuk memperoleh pengetahuan yang terus melaju, tetapi juga diterima s

ebagai hal yang baik dan benar. Ilmu dikatakan bernilai karena menghasilk

an pengetahuan yang dapat dipercaya kebenarannya dan objektif.

Beberapa ahli mendefiniskan aksiologi sebagai berikut ;9

1. Menurut Wibisono, aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran,

etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta pener

apan ilmu.

2. Menurut Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan ke

gunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

9
Pranjoto Setjoatmodjo, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998), h. 73.

9
3. Scheleer dan Langeveld, memberikan definisi tentang aksiologi sebagai berik

ut. Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori da

sar tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu

suatu teori mengenai tindakan baik secara moral.

4. Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama,

yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian ya

ng membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat te

ntang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah da

n jelek.

Dari definisi aksiologi tersebut dapat disimpulkan bahwa landasan

aksiologis adalah teori-teori tentang nilai, moral dan etika dalam penelitian,

pengembangan serta penggunaan ilmu pengetahuan untuk kehidupan man

usia. Landasan yang mempertanyakan untuk apa dan apa tujuan/nilai-nilai

ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan.10

10
Amsal, Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 164.

10
III PENUTUP

A. Simpulan
Landasan ontologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang objek
materi dari ilmu pengetahuan. Objek materi ilmu pengetahuan adalah hal-hal
atau benda-benda empiris, yang kemudian ditelaah secara esensial.
Landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang
proses tersusunnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan disusun melalui proses
yang disebut metode Ilmiah (keilmuan).
Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang
penerapan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan
dimaksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan
keluhuran hidup manusia.
B. Saran
Penulis menyarankan penting untuk memahami pemahaman terkait

landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi karena tidak hanya relevan

dalam bidang akademis akan tetapi sebagai modal berharga dalam

pengembangan pemikiran dan tindakan kita dalam kehidupan saheri hari.

Pengetahuan yang lebih dalam tentang konsep-konsep ini dapat

memperkaya pengalaman intelektual dan etis kita, membantu kita

mengambil keputusan yang lebih baik, dan memberikan landasan yang

kuat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan etika kita dalam

menjalani kehidupan ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adib, Mohhamad. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Adisusilo, Sutarjo. Filsafat Ilmu Pengetahuan Suatu Pengantar.Yogyakarta:


Universitas Sanata Dharma, 2010.

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu,. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Muslih, Muhammad. Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Lesfi, 2016.

Nasution. Filsafat Ilmu Hakikat Mencari Pengetahuan. Yogyakarta: Deepublish,


2016.

Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.


2007.

Suriasumantri. Jujun. Tentang Hakikat Ilmu: Sebuah Pengantar Redaksi Ilmu dalam
Perspektif, (Jakarta: Gramedia, 2000.

Setjoatmodjo, Pranjoto. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan. 1998

Van, Peursen. Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. Jakarta:
Gramedia, 2001.

Jurnal

Dewi Rokhmah, “Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan


Aksiologi”, Jurnal Studi Keislaman Vol. 7, no. 2, 2021.

Anda mungkin juga menyukai