Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
“Ontologi”
Dosen Pengampu : Dr. Desyandri, S. Pd., M. Pd.

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsaafat Ilmu

Kelompok 7
BUNGA : 22124004
NIVETIKEN : 22124040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Filsafat Ilmu tentang “Pengertian
Ontologi”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pebuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat,
maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Filsafat Ilmu tentang
“Pengertian Ontologi”.dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Padang, Setember 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................ Error! Bookmark not defined.


BAB I PENDAHULUAN ................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4
A. Pengertian dan Konsep Ontologi ............................................................... 4
B. Aliran-aliran dalam ontologi...................................................................... 6
C. Kedudukan dalam ontologi ...................................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................ Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ............................................... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ......................................... Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang terbentuk dari pencarian

pengetahuan tentang watak dan makna kemaujudan atau eksistensi. Filsafat

dapat juga diartikan sebagai sistem keyakinan umum yang terbentuk dari

kajian dan pengetahuan tentang asas-asas yang menimbulkan, mengendalikan

atau menjelaskan fakta dan kejadian. Secara ringkas, filsafat diartikan sebagai

pengetahuan tentang suatu makna. Pengetahuan adalah keseluruhan hal yang

diketahui yang membentuk persepsi jelas mengenai kebenaran atau fakta.

Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang diatur dan diklasikfikasikan secara

tertib, membentuk suatu sistem pengetahuan, berdasar rujukan kepada

kebenaran atau hukum-hukum umum.

Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari pengetahuan dengan jalan

melakukan pengamatan ataupun penelitian, kemudia peneliti atau pengamat

tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan atau

penelitiannya. Dari hasil pengamatan atau penelitian ini akan dihasilkan teori

dan dapat pula pengamatan atau penelitian ini ditujukan untuk menguji teori

yang ada. Dengan demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya

operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan

berasal.

Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak

menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajian halhal

normatif. Ilmu pengetahuan hanya membahas segala sisi yang sifatnya positif

1
semata. Hal-hal yang berkaitan dengan kaedah, norma atau aspek normatif lainnya

tidak dapat menjadi bagian dari lingkup ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan dihasilkan dari perilaku berpikir manusia yang tersusun

secara akumulatif dari hasil pengamatan atau penelitian. Berpikir merupakan

kegiatan penalaran untuk mengeksplorasi suatu pengetahuan atau pengalaman

dengan maksud tertentu. Makin luas dan dalam suatu pengalaman atau

pengetahuan yang dapat dieksplorasi, maka makin jauh proses berpikir yang

dapat dilakukan. Hasil eksplorasi pengetahuan digunakan untuk

mengabstraksi objek menjadi sejumlah informasi dan mengolah informasi

untuk maksud tertentu.

Berpikir merupakan sumber munculnya segala pengetahuan. Pengetahuan

memberikan umpan balik kepada berpikir. Hubungan timbal balik antara

berpikir dan pengetahuan berlangsung secara berkesinambungan dan

berangsur meninggi, dan kemajuan pengetahuan akan berlangsung secara

kumulatif. Bagian terpenting dari berpikir adalah kecerdasan mengupas

(critical intelegence).

Untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dari proses berpikir yang benar,

dalam arti sesuai dengan tujuan mencari ilmu pengetahuan, maka seorang

pengamat atau peneliti harus menggunakan penalaran yang benar dalam

berpikir. Hasil penalaran itu akan menghasilkan kesimpulan yang dianggap

sahih dari sisi keilmuan. Secara definisi, nalar merupakan kemampuan atau

daya untuk memahami informasi dan menarik kesimpulan. Dengan nalar

tersebut, seseorang akan menyajikan gagasan atau pendapat secara tertib,

2
runtut, teratur dan mengikuti struktur yang sifatnya logis (mantik). Dengan

nalar, ilmu dapat berfungsi menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan

keadaan atau kejadian.

Ontologi adalah ilmu yang mengkaji apa hakikat ilmu atau pengetahuan

ilmiah yang sering kali secara populer banyak orang menyebutnya dengan

ilmu pengetahuan, apa hakikat kebenaran rasional atau kebenaran deduktif

dan kenyataan empiris yang tidak terlepas dari persepsi ilmu tentang apa dan

bagaimana. Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang

dapat dipikirkan manusia secara rasional dan bisa diamati melalui panca

indera manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas

prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca-pengalaman (seperti

surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar ilmu. 4

Berdasarkan pada latar belakang, maka kami akan membahas materi yang

berkaitan dengan “Ontologi”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah paka makalah ini adalah :

a. Apakah pengertian dan konsep ontologi ?

b. Apa saja aliran-aliran dalam ontologi ?

c. Bagaimana kedudukan dalam ontologi ?

C. Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui pengertian dan konsep ontologi.

b. Untuk mengetahui aliran-aliran dalam ontologi.

c. Untuk mengetahui kedudukan dalam ontologi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi

a. Pengertian Ontologi

Istilah ontologi berasal dari kata Yunani onta yang berarti sesuatu yang

sunguh-sungguh ada, kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang berarti

teori atau ilmu. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang

keberadaan. Ontologi mempelajari keberadaan dalam bentuknya yang paling

abstrak. Ontologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tatanan dan

struktur kenyataan dalam arti luas.

Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat

yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar

dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup cabang-cabang keilmuan

tersendiri. Pengertian ontologi ini menjadi sangat beragam dan berubah sesuai

dengan berjalannya waktu.

Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit

dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowladge base.

Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk

menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk

sebuah knowledge base. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori

tentang makna dari suatu objek, properti dari suatu objek, serta relasi objek

tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan.

Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.

Dalam kaitan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa

4
yang ditelaah ilmu, bagaimana wujud yang hakiki dari dari objek tersebut,

bagimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti

berpikir, merasa, dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan.

Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelahaan keilmuannya hanya

pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia.

Objek penelahaan yang berada dalam batas pra-pengalaman (seperti

penciptaan manusia) dan pasca-pengalaman (seperti surga dan neraka)

menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar ilmu. Ilmu hanya

merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang

mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu. Penetapan

lingkup batas penelahaan keilmuan yang bersifat empiris ini adalah konsisten

dengan asas epistemologi keilmuaan yang mensyaratkan adanya verifikasi

secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang

bersifat benar secara ilmiah.

b. Konsep Ontologi
Pemikiran ontologis telah tercetuskan sejak abad sebelum masehi. Dalam

ontologi terdapat tiga segi pandangan yang masing-masing menimbulkan

aliran-aliran yang berbeda, antara lain:

1. Pandangan dari segi jumlah (kuantitas) sehingga melahirkan beberapa

aliran sebagai jawabannya yaitu: monisme, dualisme, serta pluralisme.

2. Pandangan dari segi sifat (kualitas), yang menimbulkan beberapa aliran

yaitu spiritualisme, dan materialisme.

3. Pandangan dari segi proses, kejadian, atau perubahan. Dari segi ini

melahirkan aliran mekanisme, teologi (serba Tuhan), dan vatalisme.

5
Dalam istilah yang berbeda, Louis O Kattsof membagi ontologi menjadi 3

bagian, yaitu:

1. Ontologi bersahaja, di mana segala sesuatu dipandang dalam keadaan

sewajarnya dan apa adanya.

2. Ontologi kuantitatif, akan dipertanyakan mengenai tunggal atau

jamaknya dan berangkat dari pertanyaan apakah yang merupakan jenis

kenyataan itu.

3. Ontologi monistik, adalah jika dikatakan bahwa kenyataan itu tunggal

adanya. Ontologi monistik inilah yang selanjutnya akan melahirkan

monisme atau idealisme dan materialisme.

B. Aliran-aliran dalam Ontologi

a. Dipandang dari segi jumlah

1) Monisme

Istilah monisme pertama kali dicetuskan oleh Christian Wolff (1679-

1754). Kata ini diambil dari bahasa Yunani yaitu monos yang berarti sendiri

atau tunggal, dan merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa unsur inti

atau dasar dari segala sesuatu bersifat satu/ tunggal. Unsur dasar yang tunggal

tersebut dapat berupa berbagai macam hal, antara lain materi yang diagungkan

oleh kaum materialis, dapat pula berupa ide yang dicetuskan oleh kaum

idealis, serta dapat berupa roh atau Allah, dan lain sebagainya. Dalam aliran

ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala

disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.

6
Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan

bentuk lain dari zat. Atau dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan

bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.

Beberapa tokoh-tokoh filsuf mengikuti aliran ini, antara lain:

1. Thales (625-545 SM), yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam

adalah satu subtansi yaitu air.

2. Aristoteles (384-322 SM), yang mengatakan bahwa semuanya itu air. Air

yang cair itu merupakan pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya.

Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.

Bahkan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia di dunia, sebagaian

besar terdiri dari air yang terbentang luas di lautan dan di sungai-sungai.

2) Dualisme

Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme

adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang

berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan

tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan

dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan, dll. Ada pula

yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang menggabungkan antara

idealisme dan materialisme, dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri

dari dua hakikat sebagai sumber yaitu hakikat materi dan rohani. Dapat

dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang memiliki ajaran bahwa

segala sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang

berdiri sendiri-sendiri.

7
Orang-orang yang menggunakan konsep dualisme antara lain:

1. Thomas Hyde (1700), yang pertama kali mengungkapkan bahwa antara

zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara subtantif. Jadi adanya

segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran.

2. Leibniz (1646-1716), membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan

dunia yang mungkin.

3. Immanuel Kant (1724-1804), membedakan antara dunia gejala

(fenomena) dan dunia hakiki (noumena).

3) Pluralisme

Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata pluralis (jamak). Aliran ini

menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi

tetapi banyak substansi yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai

konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan,

kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional, fundamental. Di

dalamnya hanya terdapat pelbagai jenis tingkatan dan dimensi yang tidak

dapat direduksi. Pandangan demikian mencakup puluhan teori, beberapa

diantaranya teori para filsuf yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri

dari udara, tanah, api dan air.

Dari pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak

mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melainkan banyak

substansi. Menurutnya manusia tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani

tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur

8
substansial dari segala wujud. Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini

antara lain:

1. Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri

dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah.

2. Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri

dari unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda

dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous yaitu

suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan

mengatur.

b. Dipandang dari segi sifat

1) Materialisme

Materialisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu

yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari

materi yang dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu

yang nampak, dapat diraba, berbentuk, dan menempati ruang. Hal-hal yang

bersifat kerohanian seperti jiwa, keyakinan, rasa sedih, dan rasa senang tidak

lain hanyalah ungkapan proses kebendaan.

Tokoh aliran ini adalah:

1. Demokritos (460-370 SM), berkeyakinan bahwa alam semesta tersusun

atas atom-atom kecil yang memiliki bentuk dan badan. Atom ini

mempunyai sifat yang sama, perbedaannya hanya tentang besar, bentuk,

dan letaknya. Jiwa pun menurut demokritos dikatakan terjadi dari atom-

atom, hanya saja atom-atom jiwa itu berbentuk kecil, bulat, dan bergerak.

9
2. Thomas Hobbes (1588-1679), berpendapat bahwa segala sesuatu yang

terjadi di dunia merupakan gerak dari materi. Termasuk juga pikiran,

perasaan adalah gerak materi belaka karena segala sesuatu yang terjadi

dari bernda-benda kecil.

2) Spiritualisme

Spiritualisme disebut juga idealisme (serba cita). Tokoh aliran ini

antaranya Plato dengan ajrannya tentang Ide (cita) dan jiwa. Ide atau cita

adalah gambaran asli segala benda. Semua yang ada dalam dunia hanyalah

penjelmaan atau bayangan saja. Ide atau cita tidak dapat ditangkap dengan

indra, tetapi dapat dipikirkan, sedangkan yang ditangkap oleh indra manusia

hanyalah bayang-bayang.

Spiritualisme mengandung beberapa arti, yaitu:

1. Ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh (

pneuma, nous, reason, logos), yakni roh yang mengisi dan mendasari

seluruh alam. Spiritualisme berlawanan dengan materialisme.

2. Pandangan idealistis yang menyatakan adanya roh mutlak. Dunia indra

dalam pengertian ini dipandang sebagai dunia ide.

3. Dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung

dari roh suci dalam bidang agama.

4. Kepercayaan bahwa roh orang mati berkomunikasi dengan yang masih

hidup melalui perantara atau orang tertentu dan lewat bentuk wujud yang

lain. Istilah spiritualisme lebih tepat ditujukan pada kepercayaan semacam

ini.

10
c. Dipandang dari segi proses, kejadia, atau perubahan

1) Mekanisme

Mekanisme adalah aliran yang menyatakan bahwa semua gejala dapat

dijelaskan berdasarkan asas-asas mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah

hasil dari materi yang bergerak dan dapat dijelaskan menurut kaidahnya.

Aliran ini juga menerangkan semua peristiwa berdasar pada sebab kerja, yang

dilawankan dengan sebab tujuan. Alam dianggap seperti sebuah mesin yang

keseluruhan fungsinya ditentukan secara otomatis oleh bagian-bagiannya.

Pandangan yang bercorak mekanistik dalam kosmologi pertama kali diajukan

oleh Leucippus dan Democritos yang berpendirian bahwa alam dapat

diterangkan berdasarkan pada atom-atom yang bergerak dalam ruang kosong.

Pandangan ini dianut oleh Galileo Galilei (1564-1641) dan filsuf lainnya abad

ke-17 sebagai filsafat mekanik. Rene Descartes menganggap bahwa hakikat

materi adalah keluasan (extension), dan semua gejala fisik dapat diterangkan

dengan kaidah mekanik. Bagi Immauel Kant, kepastian dari suatu kejadian

sesuai dengan kaidah sebab-akibat (cousality) sebagai suatu kaidah alam

2) Teleologi (serba-tujuan)

Teleologi adalah aliran yang berpendapat bahwa yang berlaku dalam

kejadian alam bukanlah kaidah sebab-akibat, akan tetapi sejak semula

memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke

suatu tujuan. menurut Aristoteles, untuk melihat kenyataan yang

11
sesungguhnya kita harus memahami empat sebab, yaitu sebab bahan (material

cause), sebab bentuk (formal cause), sebab kerja (efficient couse), dan sebab

tujuan (final couse). Sebab bahan adalah bahan yang menjadikan sesuatu itu

ada; sebab bentuk adalah yang menjadikan sesuatu itu berbentuk; sebab kerja

adalah yang menyebabkan bentuk itu bekerja atas bahan; sebab tujuan adalah

yang menyebabkan semata-mata karena perubahan tempat atau gerak

3) Vitalisme

Vitalisme adalah aliran yang memandang bahwa kehidupan tidak

sepenuhnya dijelaskan secara fisika-kimiawi, karena hakikatnya berbeda

dengan yang tidak hidup. Filsuf vitalisme seperti Henry Bergson (1859-1941)

menyebutkan elan vital. Dikatakannya bahwa elan vital merupakan sumber

dari sebab kerja dan perkembangan dalam alam. Asas hidup ini memimpin dan

mengatur gejala hidup dan menyesuaikannya dengan tujuan hidup. Oleh

karena itu, vitalisme sering juga disebut finalisme.

d. Aliran Lain yang berkaitan antara Ontologi dan Metafisika

1. Nihilisme

Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada,

adalah sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.

Istilah ini diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fathers and

Childern yang ditulis pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin ini sudah ada

semenjak zaman Yunani kuno pada pandangan Georgias (483-360 SM).9

2. Agnostisesme

12
Agnostisesme adalah paham yang mengingkari kesanggupan manusia

untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat rohani.

Kata agnosticisme berasal dari bahasa Grik Agnotos yang berarti unknown. A

artinya not, Gno artinya know. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal

adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat transcendent.Tokoh aliran ini

seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) Bapak Filsafat Eksistensialisme,

Heidegger, Sartre, dan Jaspers

C. Kedudukan Ontologi

Ontologi ini merupakan ‘ilmu pengetahuhan’ yang paling universal dan

paling menyeluruh penyelidikannya meliputi segala pertanyaan dan penelitian

lainya yang lebih bersifat’ bagian’. Ia merupakan konteks untuk semua konteks

lainnya, cakrawala yang merangkum semua cakrawala lainnya, pendirian yang

meliputi segala pendirian lainya. Ontologi berhubungan dengan yang namanya

metafisika. Oleh karena sifat englobant (marcel) atau umgreifen (jasper) itu,

maka ontologi meneliti pengkadar pengada. Sedangkan mengada itu merupakan

sekaligus hal yang paling terkenal, dan hal yang paling sukar diekspresikan. Oleh

karen meneliti dasar paling umum untuk segala-gala nya, ontologi itu disebut

filsafat’pertama’ . namun ontologi telah mengandaikan semua bagian filsafat

lainya.

Tentu dalam suatu pengantar didaktis dapat saja ontologi sebagai pemikiran

paling umum, diuraikan pada awal seluruh penyelidikan filosofi

(demikianlah);tetapi menurut ukuran itu belum cukyp dicakup pengalaman

konkret mengenai manusia-dunia-tuhan. Besarlah bahaya bahwa ontologi

13
sedemikian itu menjadi suatu kumpulan atau sistem konsep-konsep dan prinsip-

prinsip yang melulu formalitas dan kosong belaka ( menurut tuduhan kant) ,

tanpa hubungan dengan kenyataan yang benar. Oleh karena itu kiranya paling

baik ontologi dikembalikan kedudukannya semula, yaoitu ditempatkan pada

akhir filsafat sistematis. Jadi ontologi disebut filsafat’pertama’, tetapi juga

filsafat’ultima.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari

suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain

pengetahuan. Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada

tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat

metafisis.

Ontologi mempunyai aliran-aliran yaitu, ontologi dari segi jumlah (monisme,

dualisme, dan pluralisme), ontologi dari segi sifat (materialisme dan

spiritualisme), ontologi dari segi proses, kejadian atau perubahan (mekanisme,

dan teleologi), dan aliran lain yang berkaitan antara ontologi dan metafisika

(nihilisme, dan agnostisesme).

B. Saran

Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian

makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna

mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses

pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah

mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-

pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

15
DAFTAR RUJUKAN

Gazalba S. 1973. Sistimatika Filsafat pengantar kepada teori pengetahuan,


Jakarta: Bulan Bintang.
Kattsouff LO. 2009. Pengantar filsafat. Yogjakarta: Tiara Wacana
Mouly JG. 2012. Perkembangan Ilmu. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Suhartono, Suparlan. 2010. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Ar-Ruzz.
Sumarna C. 2006 Filsafat ilmu dari hakikat menuju nilai. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
Surajiyo. 2005 Filsafat ilmu suatu pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Syadali
Surajito. 2005. Pengantar ilmu filsafat. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Suriasumantri J. 2012. Tentang hakikat ilmu. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai