Oleh :
Kelompok 2
1. INDAH FAJRI HILMI (22124024)
2. SALMIYANTI (22124054)
3. VACHRI DANI (21124062)
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan izin-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat
menyelesaikan makalah dari Mata Kuliah Landasan Filosofi Pendidikan Dasar.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman, terutama kepada dosen Mata
Kuliah Landasan Filosofi Pendidikan Dasar, Dr.Desyandri,S.Pd.,M.Pd. yang telah
memberikan pengarahan kepada kami dalam membuat makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
A. Simpulan...............................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam hidupnya, manusia
memerlukan kerjasama dengan orang lain. Sejak manusia lahir ke dunia mereka
membutuhkan bantuan dan hubungan orang lain agar mereka dapat tetap hidup
(survival). Hal ini berbeda dengan beberapa makhluk lain yang dikaruniai
kemampuan untuk terus hidup walaupun tanpa bantuan induknya. Manusia dalam
hidup di masyarakat diharapkan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan dalam hidupnya, seperti: memudahkan dalam mencari pekerjaan,
berinteraksi dengan manusia lain, dan memiliki wawasan budaya lokal daerah
setempat agar tidak punah. Dalam berinteraksi di masyarakat, manusia dipengaruhi
oleh nilai, aturan (norma), budaya, serta kondisi geografisnya terhadap perubahan
perilakunya.
Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses transformasi nilai dan
kebudayaan dari generasi satu kepada generasi berikutnya, karena itu proses
pendidikan akan terkait erat dengan latar belakang budaya tempat proses pendidikan
berlangsung. Dengan demikian fungsi pendidikan sangat penting dalam
melestarikan budaya dan menjadikan manusia berperilaku sesuai dengan nilai,
norma, dan budaya lokal, sehingga manusia masih memiliki wawasan budaya
setempat tanpa harus melupakan budaya aslinya. Secara tidak langsung pendidikan
berbasis budaya lokal akan mempengaruhi pola pikir dan membentuk manusia
seutuhnya.
Praktik di lapangan, bahwa kurikulum pendidikan mencerminkan
sentralisasi. Sentralisasi kurikulum pendidikan merupakan cerminan akan
kurangnya penghayatan pentingnya landasan antropologi dalam pendidikan secara
mendalam, khususnya kurikulum ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Disatu pihak,
setralisasi kurikulum akan memudahkan pembakuan proses belajar, namun tanpa
memperhatikan latar belakang budaya daerah, keluaran pendidikan tersebut tidak
1
akan terserap kembali ke dalam masyarakat. Adanya kebijakan dan upaya
pengembangan kurikulum sekolah merupakan salah satu perwujudan akan
pentingnya tinjauan latar sosial antropologi dalam pendidikan. Berdasarkan uraian
di atas, maka penyusun akan membahas secara lengkap tentang Antropologi Dan
Pendidikan Dasar
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Antropologi ?
2. Bagaimanakah Kebudayaan Dan Pendidikan Dasar ?
3. Bagaimanakah Kebudayaan Dan Kepribadian ?
4. Bagaimanakah Transmisi Budaya ?
5. Bagaimanakah Implementasi Antropologi Dalam Pendidikan Dasar ?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami tentang Antropologi
2. Agar dapat memahami tentang Kebudayaan Dan Pendidikan Dasar
3. Agar dapat menganalisis Kebudayaan Dan Kepribadian
4. Agar dapat memahami Transmisi Budaya
5. Agar dapat mengimplementasikan Antropologi Dalam Pendidikan Dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Antropologi
1. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata yunani Antropos, yang berarti ”manusia“ atau
“orang“, dan Logos, yang berarti studi/ ilmu (Saputra, D. 2022). Jadi, Antropologi
merupakan disiplin yang mempelajari manusia berdasarkan rasa ingin tau yang tiada
henti-hentinya. Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang
mempelajari budaya masyarakat. Antropologi juga mempelajari manusia sebagai
mahluk biologis sekaligus mahluk sosial (Mahmud, 2012:13).
Definisi antropologi menurut para ahli (Mahmud, 2012:14) sebagai berikut :
1. William A. Havilan: antropologi adalah study tentang manusia yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, serya
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. David Hunter: antropoli adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang manusia.
3. Koentjaraningrat: antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia pada
umumnya dengan mempelejari aneka warna, bentuk fisik masyarakat, serta
kebudayaan yang dihasilkan.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau
muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu
antropologi dengan melalui beberapa fase (Suedi, 2016)
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian
yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam
pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi
spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan (Mulyadi, 2020). Seperti
halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun
3
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya
dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah studi
tentang umat manusia, yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia. Objek kajian antropologi adalah budaya.
2. Sejarah Antropologi
Perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase sebagai berikut :
4
akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari
kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat
primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa
Eropa sendiri. Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka
kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu
antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan
tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang
tidak mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di
kalangan sarjana universitas (Wahana, 2016).
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang
bertujuan mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa
guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu
antropologi sangat penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam
mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai
masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi nerkembang di negara-negara
pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang
bukan merupakan negara kolonial.
4. Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya
pengetahuan yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam.
Perkembangan ini menyebabkan :
1. Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2
5
2. Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah
Perang Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang
baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang
baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari
negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju pada
penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa
Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
1. Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
2. Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku
bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
B. Kebudayaan Dan Pendidikan Dasar
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Harris (1999:19) kebudayaan adalah
seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara
belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku.
Jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak.
Menurut Delors (dalam Sa’ud, 2012:119) Pendidikan dasar untuk anak
dikonsepsikan sebagai pendidikan awal untuk setiap anak (formal dan nonformal) yang
pada prinsipnya berlangsung dari usia sekitar 3 (tiga) tahun sampai dengan sekurang-
kurangnya berusia 12 sampai 15 tahun. Pendidikan dasar sebagai sebuah “paspor” yang
sangat diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka lakukan,
mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan secara kolektif, dan
terus menerus belajar. Dengan demikian, pendidikan dasar memberikan sebuah surat
jalan yang sangat penting bagi setiap orang, tanpa kecuali untuk memasuki kehidupan
6
dalam masyarakat setempat, dan masyarakat dunia, termasuk di dalamnya lembaga
satuan pendidikan.
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mentransfernya
yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya
karena saling melengkapi dana mendukung antara satu sama lain. Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai pengaruh timbal balik (Surisumiantri, 2010). Bila kebudayaan
berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan
dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam
mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Semakin potensi sesorang
dikembangkan, semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan.
Sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.
7
yang membedakan mereka dari kelompok masyarakat lain yang memiliki nilai dan
norma yang berbeda.
Budaya merupakan faktor penting dalam membentuk suatu kepribadian. Menurut
pandangan para pengkaji hubungan kebudayaan dengan kepribadian, tahun-tahun awal
kehidupan anak-anak sangat vital bagi pembentukan kepribadian anak karena itu masa
kanak-kanak yang sama akan menghasilkan kepribadian orang dewasa yang sama.
Karena kebudayaan menentukan apa yang harus diajarkan orang tua dan bagaimana
cara mengajarkan dengan nilai-nilai tertentu akan menghasilkan tipe kepribadian
tertentu.
D. Transmisi Budaya
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari
generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
dan sulit diubah. Transmisi budaya adalah cara sekelompok orang atau hewan dalam
suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan menyampaikan informasi
baru.
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah transmisi
kebudayaan. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau
pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan.
Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan
budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu
yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang
dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Olim, A., dkk (2012 : 254) menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya ditanamkan
antar generasi lewat transmisi kebudayaan merupakan instrumen penting agar
kemampuan untuk keberlanjutan nilai-nilai yang dipertahankan bersama tetap terjaga.
Sebab dengan cara ini pembentukan individu untuk menjadi anggota masyarakat
sebagaimana yang diharapkan dapat diwujudkan. Dengan kata lain transmisi budaya
diarahkan untuk mempertahankan kolektivitas sosial. Melalui pengkajian transmisi
8
budaya dapat pula digunakan untuk mengkaji perubahan nilai budaya yang
berlangsung dalam lingkungan keluarga, lingkungan pedesaan maupun perkotaan.
9
5. Memahami peranan organisasi termasuk pengusaha dan profesi sebagai sumber
belajar potensi dalam pelaksanaan dan peningkatan proses pembelajaran,
pendidikan, dan pelatihan.
Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pada kenyataannya perhatian pada
kelompok-kelompok minoritas belum mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Dari
kajian antropologi pendidikan, hal inidapat dipahami karena dengan strata yang
berbeda berdampak pada kebutuhan, minat, dan orientasi pendidikan berbeda-beda
pula.
Ilmu antropologi harus menjadi pertimbangan dalam mengembangkan dan
mengelola pendidikan dasar khususnya antropologi budaya. Di pendidikan dasar, kita
seharusnya menerapkan dan melestarikan budaya-budaya yang ada dikehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, serta memfilter budaya asing yang masuk.
Implementasi antropologi budaya harus dimulai sejak pendidikan dasar, agar anak-
anak kita sebagai generasi penerus bangsa tahu jati dirinya sendiri dan jati diri bangsa,
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing.
Di sekolah, antropologi sudah di implementasikan dalam beberapa bentuk materi
pembelajaran di sekolah. Contoh dalam pembelajaran IPS, PPKn, dan Muatan Lokal
yang khusus membahas budaya daerah.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Objek
kajian antropologi adalah budaya.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan
berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan
pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Semakin
potensi sesorang dikembangkan, semakin mampu ia menciptakan atau
mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.
Budaya merupakan faktor penting dalam membentuk suatu kepribadian.
Menurut pandangan para pengkaji hubungan kebudayaan dengan kepribadian,
tahun-tahun awal kehidupan anak-anak sangat vital bagi pembentukan kepribadian
anak karena itu masa kanak-kanak yang sama akan menghasilkan kepribadian orang
dewasa yang sama. Karena kebudayaan menentukan apa yang harus diajarkan orang
tua dan bagaimana cara mengajarkan dengan nilai-nilai tertentu akan menghasilkan
tipe kepribadian tertentu.
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan
dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan dan sulit diubah. Transmisi budaya adalah cara sekelompok orang atau
hewan dalam suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan
menyampaikan informasi baru.
Dalam antropologi pendidikan, penerapan kelembagaan struktur
persekolahan yang sekalipun menggunakan kurikulum sama, namun telah
melahirkan kualitas yang berbeda. Persekolahan di perkotaan dan pedesaan berbeda
11
jauh dari kualitasnya, apalagi dengan lahirnya sekolah-sekolah elit yang memiliki
akses lebih besar dari pada sekolah pedesaan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
pengetahuan bagi pembaca. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah yang
akan dating.
12
DAFTAR PUSTAKA
Olim, A., Suryatman, A., dan Hufad, A. 2012. Teori Antropologi Pendidikan. Dalam Ali,
M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 253 - 286).
Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sa’ud, U, Syaefudin., dan Sumantri, M. 2012. Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam Ali,
M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 117 - 132).
13
HASIL DISKUSI
A. Penambahan Materi
1. Romi Kurniawan
15
d. Mengembangkan keterampilan penalaran dan analisis: Antropologi
melibatkan metode penelitian yang sistematis dan analisis yang
kritis. Melalui belajar antropologi, anak-anak dapat mengembangkan
kemampuan analisis dan penalaran mereka.
2. Novalina Indriyani
16
b. Proses transmisi
c. Cara transmisi
17
yang berkaitan dengan tingkat umur, sekolah agama, dan
sekolah formal yang sekuler.
3. Adelweis
4. Fitra Ramadani
1. Dina Aryanti
Jawaban:
2. Dina Erina
Seperti apa contoh materi dari penerapan ilmu antropologi pada mata
pelajaran (pkn dan Ips) seperti yang kelompok penyaji sebutkan di dalam
makalah?
Jawaban:
Topik - topik Bidang Studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh Konsep-
konsep Antropologi Sosial, Sosiologi dan Psikologi Sosial. Topik-topik
dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep
Antropologi Sosial, antara lain :
18
b. Penduduk Indonesia (kelas V) aneka ragam suku bangsa; adat
istiadat dan budaya; bahasa.
Topik-topik dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-
konsep Sosiologi antara lain :
c. Penduduk Indonesia
d. Pembauran (kelas V)
Penambahan Jawaban:
Wiwit Sanjaya:
19
pembelajaran yang sesuai dengan capaia pada pembelajaran dan
output yang akan di dapatkan dari pembelajaran tersebut.
Sumber ;
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=antropologi+dan+ips&btnG=
3. Elza Eka
Coba kelompok jelaskan antropologi pendidikan dan Apa saja yang menjadi
ruang lingkup kajian antropologi secara keilmuan di Pendidikan!
Jawaban:
20
perkembangan manusia, cara manusia berperilaku dan berkomunikasi,
kebudayaan, cara manusia beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis,
cara manusia bersosialisasi dan lainnya. Ruang lingkup antropologi pun
meliputi fisik, sosial dan budaya.
Penambahan Jawaban:
Romi Kurniawan:
21
Antropologi memiliki ruang lingkup yang sangat luas, mencakup berbagai
aspek manusia dan kehidupan sosialnya. Dalam konteks sekolah, antropologi
dapat diterapkan untuk mempelajari berbagai aspek kehidupan sosial siswa,
baik dari segi fisik, sosial, maupun budaya. Berikut ini adalah beberapa
ruang lingkup antropologi yang dapat diterapkan di sekolah:
22
diterapkan dalam studi tentang sejarah daerah atau budaya
masyarakat setempat.
Ilmu antropologi pun memiliki dua konsep penting, yakni holistik dan
komparatif. Kajian antropologi sangat memperhatikan aspek sejarah dan
gambaran manusia secara penuh melalui pengetahuan ilmu sosial hayati dan
humaniora.
23
Antropologi juga menggunakan konsep lintas budaya untuk menekankan dan
menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia melalui
perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa dan pandangan hidup.
Ilmu antropologi ini lahir karena ketertarikan orang-orang Eropa pada adat
istiadat, ciri-ciri fisik, dan budaya yang berbeda di dalam kehidupan
masyarakat. Saat itu, kajian antropologi lebih fokus pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal.
c. Antropologi Psikologis
24