Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN DASAR


Tentang
“ANTROPOLOGI DAN PENDIDIKAN DASAR”

Oleh :
Kelompok 2
1. INDAH FAJRI HILMI (22124024)
2. SALMIYANTI (22124054)
3. VACHRI DANI (21124062)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Desyandri,S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan izin-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat
menyelesaikan makalah dari Mata Kuliah Landasan Filosofi Pendidikan Dasar.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman, terutama kepada dosen Mata
Kuliah Landasan Filosofi Pendidikan Dasar, Dr.Desyandri,S.Pd.,M.Pd. yang telah
memberikan pengarahan kepada kami dalam membuat makalah ini.

Semoga makalah ini yang membahas mengenai “Antropologi Dan Pendidikan


Dasar” dapat bermanfaat kepada para pembacanya. Namun demikian, kami sangat
menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami menerima setiap kritik dan saran dari pembaca dengan tangan terbuka.

Padang, 8 Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB II PENDAHULUAN.................................................Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang......................................................Error! Bookmark not defined.


B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN....................................................Error! Bookmark not defined.

A. Antropologi ..........................................................Error! Bookmark not defined.


B. Kebudayaan Dan Pendidikan Dasar.......................................................................6
C. Kebudayaan Dan Kepribadian................................................................................7
D. Transmisi Budaya.....................................................................................................8

E. Implementasi Antropologi Dalam Pendidikan Dasar................................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................................11

A. Simpulan...............................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam hidupnya, manusia
memerlukan kerjasama dengan orang lain. Sejak manusia lahir ke dunia mereka
membutuhkan bantuan dan hubungan orang lain agar mereka dapat tetap hidup
(survival). Hal ini berbeda dengan beberapa makhluk lain yang dikaruniai
kemampuan untuk terus hidup walaupun tanpa bantuan induknya. Manusia dalam
hidup di masyarakat diharapkan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan dalam hidupnya, seperti: memudahkan dalam mencari pekerjaan,
berinteraksi dengan manusia lain, dan memiliki wawasan budaya lokal daerah
setempat agar tidak punah. Dalam berinteraksi di masyarakat, manusia dipengaruhi
oleh nilai, aturan (norma), budaya, serta kondisi geografisnya terhadap perubahan
perilakunya.
Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses transformasi nilai dan
kebudayaan dari generasi satu kepada generasi berikutnya, karena itu proses
pendidikan akan terkait erat dengan latar belakang budaya tempat proses pendidikan
berlangsung. Dengan demikian fungsi pendidikan sangat penting dalam
melestarikan budaya dan menjadikan manusia berperilaku sesuai dengan nilai,
norma, dan budaya lokal, sehingga manusia masih memiliki wawasan budaya
setempat tanpa harus melupakan budaya aslinya. Secara tidak langsung pendidikan
berbasis budaya lokal akan mempengaruhi pola pikir dan membentuk manusia
seutuhnya.
Praktik di lapangan, bahwa kurikulum pendidikan mencerminkan
sentralisasi. Sentralisasi kurikulum pendidikan merupakan cerminan akan
kurangnya penghayatan pentingnya landasan antropologi dalam pendidikan secara
mendalam, khususnya kurikulum ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Disatu pihak,
setralisasi kurikulum akan memudahkan pembakuan proses belajar, namun tanpa
memperhatikan latar belakang budaya daerah, keluaran pendidikan tersebut tidak
1
akan terserap kembali ke dalam masyarakat. Adanya kebijakan dan upaya
pengembangan kurikulum sekolah merupakan salah satu perwujudan akan
pentingnya tinjauan latar sosial antropologi dalam pendidikan. Berdasarkan uraian
di atas, maka penyusun akan membahas secara lengkap tentang Antropologi Dan
Pendidikan Dasar
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Antropologi ?
2. Bagaimanakah Kebudayaan Dan Pendidikan Dasar ?
3. Bagaimanakah Kebudayaan Dan Kepribadian ?
4. Bagaimanakah Transmisi Budaya ?
5. Bagaimanakah Implementasi Antropologi Dalam Pendidikan Dasar ?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami tentang Antropologi
2. Agar dapat memahami tentang Kebudayaan Dan Pendidikan Dasar
3. Agar dapat menganalisis Kebudayaan Dan Kepribadian
4. Agar dapat memahami Transmisi Budaya
5. Agar dapat mengimplementasikan Antropologi Dalam Pendidikan Dasar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Antropologi
1. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata yunani Antropos, yang berarti ”manusia“ atau
“orang“, dan Logos, yang berarti studi/ ilmu (Saputra, D. 2022). Jadi, Antropologi
merupakan disiplin yang mempelajari manusia berdasarkan rasa ingin tau yang tiada
henti-hentinya. Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang
mempelajari budaya masyarakat. Antropologi juga mempelajari manusia sebagai
mahluk biologis sekaligus mahluk sosial (Mahmud, 2012:13).
Definisi antropologi menurut para ahli (Mahmud, 2012:14) sebagai berikut :
1. William A. Havilan: antropologi adalah study tentang manusia yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, serya
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. David Hunter: antropoli adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang manusia.
3. Koentjaraningrat: antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia pada
umumnya dengan mempelejari aneka warna, bentuk fisik masyarakat, serta
kebudayaan yang dihasilkan.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau
muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu
antropologi dengan melalui beberapa fase (Suedi, 2016)
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian
yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam
pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi
spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan (Mulyadi, 2020). Seperti
halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun

3
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya
dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah studi
tentang umat manusia, yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia. Objek kajian antropologi adalah budaya.

2. Sejarah Antropologi
Perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase sebagai berikut :

1. Fase Pertama ( sebelum 1800 )


Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan
mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka
mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai
dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-
usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun
menjadi sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan
cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan
sangatlah lambat. Di mulai dari tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang

4
akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari
kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat
primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa
Eropa sendiri. Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka
kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu
antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan
tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang
tidak mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di
kalangan sarjana universitas (Wahana, 2016).
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang
bertujuan mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa
guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu
antropologi sangat penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam
mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai
masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi nerkembang di negara-negara
pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang
bukan merupakan negara kolonial.
4. Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya
pengetahuan yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam.
Perkembangan ini menyebabkan :
1. Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2

5
2. Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah
Perang Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang
baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang
baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari
negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju pada
penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa
Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :

1. Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
2. Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku
bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
B. Kebudayaan Dan Pendidikan Dasar
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Harris (1999:19) kebudayaan adalah
seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara
belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku.
Jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak.
Menurut Delors (dalam Sa’ud, 2012:119) Pendidikan dasar untuk anak
dikonsepsikan sebagai pendidikan awal untuk setiap anak (formal dan nonformal) yang
pada prinsipnya berlangsung dari usia sekitar 3 (tiga) tahun sampai dengan sekurang-
kurangnya berusia 12 sampai 15 tahun. Pendidikan dasar sebagai sebuah “paspor” yang
sangat diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka lakukan,
mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan secara kolektif, dan
terus menerus belajar. Dengan demikian, pendidikan dasar memberikan sebuah surat
jalan yang sangat penting bagi setiap orang, tanpa kecuali untuk memasuki kehidupan

6
dalam masyarakat setempat, dan masyarakat dunia, termasuk di dalamnya lembaga
satuan pendidikan.
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mentransfernya
yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya
karena saling melengkapi dana mendukung antara satu sama lain. Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai pengaruh timbal balik (Surisumiantri, 2010). Bila kebudayaan
berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan
dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam
mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Semakin potensi sesorang
dikembangkan, semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan.
Sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.

C. Kebudayaan Dan Kepribadian


Pengertian kepribadian menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2011 : 910)
adalah keadaan manusia sebagai perseorangan; keseluruhan sifat-sifat yang merupakan
watak orang. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku, atau pola
dan konsiten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
Indonesia sebagai negara bhinneka tunggal ika memiliki corak budaya yang
beraneka ragam. Dari ragam corak budaya ini pula menghasilkan ragam kepribadian
individu masyarakat Indonesia. Kepribadian sendiri adalah corak tingkah laku sosial
yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap yang melekat pada
seseorang apabila berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan.
Pembentukan kepribadian individu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan, organisme biologis, lingkungan alam dan lingkungan sosial individu.
Kebudayaan diciptakan oleh manusia dalam bermasyarakat sebagai wujud
penyatuan cipta, karya, dan rasa masing-masing individu untuk membentuk nilai dan
norma baru yang berlaku dalam masyarakat itu. Kemudian norma dan nilai tersebut
dipatuhi oleh setiap individu sebagai identitas dari suatu kelompok masyarakat tertentu

7
yang membedakan mereka dari kelompok masyarakat lain yang memiliki nilai dan
norma yang berbeda.
Budaya merupakan faktor penting dalam membentuk suatu kepribadian. Menurut
pandangan para pengkaji hubungan kebudayaan dengan kepribadian, tahun-tahun awal
kehidupan anak-anak sangat vital bagi pembentukan kepribadian anak karena itu masa
kanak-kanak yang sama akan menghasilkan kepribadian orang dewasa yang sama.
Karena kebudayaan menentukan apa yang harus diajarkan orang tua dan bagaimana
cara mengajarkan dengan nilai-nilai tertentu akan menghasilkan tipe kepribadian
tertentu.

D. Transmisi Budaya
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari
generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
dan sulit diubah. Transmisi budaya adalah cara sekelompok orang atau hewan dalam
suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan menyampaikan informasi
baru.
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah transmisi
kebudayaan. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau
pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan.
Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan
budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu
yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang
dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Olim, A., dkk (2012 : 254) menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya ditanamkan
antar generasi lewat transmisi kebudayaan merupakan instrumen penting agar
kemampuan untuk keberlanjutan nilai-nilai yang dipertahankan bersama tetap terjaga.
Sebab dengan cara ini pembentukan individu untuk menjadi anggota masyarakat
sebagaimana yang diharapkan dapat diwujudkan. Dengan kata lain transmisi budaya
diarahkan untuk mempertahankan kolektivitas sosial. Melalui pengkajian transmisi

8
budaya dapat pula digunakan untuk mengkaji perubahan nilai budaya yang
berlangsung dalam lingkungan keluarga, lingkungan pedesaan maupun perkotaan.

E. Implementasi Antropologi Dalam Pendidikan Dasar


Antropologi pendidikan sebagai disiplin ilmu kini banyak dikembangkan oleh
para ahli yang menyadari pentingnya kajian budaya pada suatu masyarakat. Olim, A.,
dkk (2012 : 255) menyatakan bahwa antropologi pendidikan berupaya menemukan
pola budaya belajar masyarakat (pedesaan dan perkotaan) yang dapat menciptakan
perubahan sosial (Audri, J. F., 2021).
Dalam antropologi pendidikan, penerapan kelembagaan struktur persekolahan
yang sekalipun menggunakan kurikulum sama, namun telah melahirkan kualitas yang
berbeda. Persekolahan di perkotaan dan pedesaan berbeda jauh dari kualitasnya,
apalagi dengan lahirnya sekolah-sekolah elit yang memiliki akses lebih besar dari pada
sekolah pedesaan.
Bagi pendidik dan pendidikan persoalan multikultural merupakan sesuatu
yang sensitif dalam pengertian isu yang kompleks dan unik yang mesti diantisipasi.
Dalam kaitannya dengan menumbuhkan kesadaran terhadap keberagaman ini, secara
dini harus terjadi suasana saling memahami melalui interaksi yang bermakna antar satu
dengan lainnya. Dengan memperhatikan keragaman sebagai bagian dari lingkungan
dan perilaku yang dibentuk oleh budaya, maka pembelajaran seyogianya berpusat pada
keragaman latar sosiobudaya tersebut. Sejalan dengan ini, Olim, A., dkk (2012 : 273)
menjelaskan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik antara
lain :
1. Penyelenggaraan pendidikan bertumpu pada kesadaran adanya keberagaman.
2. Memahami dan mengenali pengalaman setiap individu peserta didik berdasar pada
etnis, ras, dan keturunan.
3. Orientasi pelayanan bertolak dari kondisi keberagaman menuju kebersamaan.
4. Giat mempromosikan perbedaan yang ditujukan untuk membangun kesamaan dan
tidak memperbesar perbedaan.

9
5. Memahami peranan organisasi termasuk pengusaha dan profesi sebagai sumber
belajar potensi dalam pelaksanaan dan peningkatan proses pembelajaran,
pendidikan, dan pelatihan.
Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pada kenyataannya perhatian pada
kelompok-kelompok minoritas belum mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Dari
kajian antropologi pendidikan, hal inidapat dipahami karena dengan strata yang
berbeda berdampak pada kebutuhan, minat, dan orientasi pendidikan berbeda-beda
pula.
Ilmu antropologi harus menjadi pertimbangan dalam mengembangkan dan
mengelola pendidikan dasar khususnya antropologi budaya. Di pendidikan dasar, kita
seharusnya menerapkan dan melestarikan budaya-budaya yang ada dikehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, serta memfilter budaya asing yang masuk.
Implementasi antropologi budaya harus dimulai sejak pendidikan dasar, agar anak-
anak kita sebagai generasi penerus bangsa tahu jati dirinya sendiri dan jati diri bangsa,
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing.
Di sekolah, antropologi sudah di implementasikan dalam beberapa bentuk materi
pembelajaran di sekolah. Contoh dalam pembelajaran IPS, PPKn, dan Muatan Lokal
yang khusus membahas budaya daerah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Objek
kajian antropologi adalah budaya.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan
berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan
pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Semakin
potensi sesorang dikembangkan, semakin mampu ia menciptakan atau
mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.
Budaya merupakan faktor penting dalam membentuk suatu kepribadian.
Menurut pandangan para pengkaji hubungan kebudayaan dengan kepribadian,
tahun-tahun awal kehidupan anak-anak sangat vital bagi pembentukan kepribadian
anak karena itu masa kanak-kanak yang sama akan menghasilkan kepribadian orang
dewasa yang sama. Karena kebudayaan menentukan apa yang harus diajarkan orang
tua dan bagaimana cara mengajarkan dengan nilai-nilai tertentu akan menghasilkan
tipe kepribadian tertentu.
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan
dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan dan sulit diubah. Transmisi budaya adalah cara sekelompok orang atau
hewan dalam suatu masyarakat atau budaya cenderung untuk belajar dan
menyampaikan informasi baru.
Dalam antropologi pendidikan, penerapan kelembagaan struktur
persekolahan yang sekalipun menggunakan kurikulum sama, namun telah
melahirkan kualitas yang berbeda. Persekolahan di perkotaan dan pedesaan berbeda

11
jauh dari kualitasnya, apalagi dengan lahirnya sekolah-sekolah elit yang memiliki
akses lebih besar dari pada sekolah pedesaan.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
pengetahuan bagi pembaca. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah yang
akan dating.

12
DAFTAR PUSTAKA

Audri, J. F. (2021). Makalah Pembagian Antropologi Hukum.

Mahmud, M.Si, dkk. 2012. Antropologi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia

Mulyadi. (2020).Filsafat Umum.Bandung: Fakultas Ushuluddin

Olim, A., Suryatman, A., dan Hufad, A. 2012. Teori Antropologi Pendidikan. Dalam Ali,
M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 253 - 286).

Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sa’ud, U, Syaefudin., dan Sumantri, M. 2012. Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam Ali,
M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 117 - 132).

Saputra, D. (2022). Antropoli Hukum Menurut Para Ahli.

Suaedi. (2016). Pengantar FIlsafat Ilmu. Bogor: IPB Pers

Surisumiantri,Jujun. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta :Pustaka Sinar Harapan

Wahana, Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Diamond

13
HASIL DISKUSI

A. Penambahan Materi

1. Romi Kurniawan

Antropologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari manusia dan


budayanya secara holistik, termasuk aspek fisik, sosial, dan budaya.
Meskipun antropologi sering kali dianggap sebagai ilmu yang kompleks dan
hanya relevan untuk kalangan akademisi, namun penerapan antropologi di
sekolah dasar memiliki urgensi yang penting. Berikut ini beberapa alasan
mengapa antropologi penting untuk diterapkan di sekolah dasar:

a. Menumbuhkan kepekaan sosial: Antropologi dapat membantu anak-


anak sekolah dasar untuk memahami keberagaman budaya dan sosial
yang ada di sekitar mereka. Dalam belajar antropologi, anak-anak
dapat belajar menghargai perbedaan dan membangun kepekaan
sosial.

b. Meningkatkan pemahaman tentang identitas budaya: Dalam


pelajaran antropologi, anak-anak dapat mempelajari nilai-nilai
budaya dan sejarah yang melekat pada kelompok atau komunitas
tertentu. Hal ini dapat membantu anak-anak memahami identitas
budaya mereka sendiri dan menjaga warisan budaya mereka.

c. Menumbuhkan pemahaman tentang dunia yang lebih luas:


Antropologi dapat membantu anak-anak memahami dunia yang lebih
luas dan menempatkan diri mereka dalam konteks global. Dengan
memahami perbedaan budaya dan cara hidup yang berbeda di
seluruh dunia, anak-anak dapat membangun pemahaman yang lebih
baik tentang masyarakat global dan bekerja dengan orang dari latar
belakang budaya yang berbeda.

15
d. Mengembangkan keterampilan penalaran dan analisis: Antropologi
melibatkan metode penelitian yang sistematis dan analisis yang
kritis. Melalui belajar antropologi, anak-anak dapat mengembangkan
kemampuan analisis dan penalaran mereka.

e. Menumbuhkan keberagaman pemikiran: Dalam pelajaran


antropologi, anak-wanak akan belajar tentang berbagai pandangan
dan perspektif tentang masalah sosial dan budaya. Ini dapat
membantu anak-anak untuk memahami bahwa tidak hanya satu cara
untuk memahami dunia, dan menumbuhkan keberagaman pemikiran.

Dengan demikian, urgensi antropologi di sekolah dasar sangat penting untuk


membantu anak-anak memahami diri mereka, masyarakat, dan dunia di
sekitar mereka dengan cara yang lebih holistik dan sensitif terhadap
perbedaan budaya dan sosial.

2. Novalina Indriyani

Ada tiga variabel transmisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Fortes


dalam (dalam Tilaar, 2002:54) yaitu: (1) unsur-unsur yang ditransmisi; (2)
proses transmisi; dan (3) cara transmisi.

a. Unsur-unsur yang ditransmisi

1) Nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan


mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainya yang ada
didalam masyarakat.

2) Kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan


para anggota didalam masyarakat tersebut.

3) Berbagai sikap serta peranan yang diperlukan di dalam dunia


pergaulan dan akhirnya berbagai tingkah laku lainya termasuk
proses fisiologi, refleks dan gerak atau reaksi-reaksi tertentu dan
penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata-makanan untuk dapat
bertahan hidup.

16
b. Proses transmisi

Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan


sosialisasi.

1) Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama


tentunya imitasi dari dalam lingkungan keluarga dan semakin
lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal. Yang diimitasi
adalah unsur-unsur yang telah dikemukakan di atas. Transmisi
unsur-unsur tidak dapat berjalandengan sendirinya. Seperti telah
dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator dalam
kebudayaan.

2) Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan


tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Seorang bayi, seorang
pemuda, seorang dewasa mempunyai kemampuan yang berbeda-
beda dalam mengidentifikasi unsur-unsur budaya tersebut.

3) Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya tersebut haruslah disosialisasi


artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata di dalam
lingkungan yang semakin lama semakin luas.

c. Cara transmisi

Ketiga proses transmisi tersebut yaitu imitasi, identifikasi, dan


sosialisasi, berkaitan dengan cara mentransmisikanya. Ada dua
bentuk cara, yaitu;

1) Peran serta, caranya antara lain; dengan perbandingan.


Demikian pula peran-serta dapat berwujud ikut serta di dalam
kegiatan sehari-hari di dalam lingkungan masyarakat.

2) Bimbingan, dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan dan


hukuman. Dalam pelaksanaan bimbingan tersebut melalui
pranata-pranata tradisional seperti inisiasi, upacara-upacara

17
yang berkaitan dengan tingkat umur, sekolah agama, dan
sekolah formal yang sekuler.

3. Adelweis

4. Fitra Ramadani

B. Tanya & Jawab

1. Dina Aryanti

Di sekolah, antropologi sudah di implementasikan dalam beberapa bentuk


materi pembelajaran di sekolah. Contoh dalam pembelajaran pkn. Coba
pemakalah contoh kan dalam materi ppkn!

Jawaban:

Di SD bentuk materi yang berkaitan dengan antropologi yaitu pada kelas 6


materi IPS bentuk-bentuk keragaman budaya di pulau Sumatera. Di sini
materi nya tentang apa saja jenis budaya yang terdapat di 10 Propinsi yang
berada di pulau sumatera , misalnya lagu daerah, bahasa daerah , makanan
daerah , rumah adat serta tarian daerahnya.

2. Dina Erina

Seperti apa contoh materi dari penerapan ilmu antropologi pada mata
pelajaran (pkn dan Ips) seperti yang kelompok penyaji sebutkan di dalam
makalah?

Jawaban:

Topik - topik Bidang Studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh Konsep-
konsep Antropologi Sosial, Sosiologi dan Psikologi Sosial. Topik-topik
dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-konsep
Antropologi Sosial, antara lain :

a. Lingkungan keluarga (kelas III) (anggota keluarga dan pembagian


kerja); tatakrama

18
b. Penduduk Indonesia (kelas V) aneka ragam suku bangsa; adat
istiadat dan budaya; bahasa.

Topik-topik dalam bidang studi IPS SD yang dapat ditunjang oleh konsep-
konsep Sosiologi antara lain :

a. Lingkungan sekolah (kelas III)

b. Sekolah sebagai pusat pendidikan dan pengetahuan (kelas IV)

c. Penduduk Indonesia

d. Pembauran (kelas V)

e. Usaha mengatasi permasalahan kota/ desa (kelas V)

Topik-topik yang dapat ditunjang pleh konsep-konsep Psikologi Sosial


antara lain :

a. Tindakan-tindakan ekonomi (kelas IV)

b. Pemanfaatan waktu; Hidup sederhana; Hidup hemat.

c. Penduduk Indonesia (kelas V)

d. Aneka ragam suku bangsa; adat istiadat dan budaya; Pembauran


(kelas V); Usaha mengatasi permasalahan kota/ desa (kelas V);
Kebutuhan berkomunikasi (kelas V).

Penambahan Jawaban:

Wiwit Sanjaya:

a. Didalam penerapan antropologi dengan pembelajaran IPS dapat


dilihat dari beberapa KD yang ada pada silabus terkhusus dengan
kurikulum 2013. Dimana salah satu pelajaran yang membahas
tentang antropologi ini yaitu tentang keberagaman budaya yang ada
pada kelas 6. Dimana peserta didik diperkenalkan dengan beberapa
kebudayaan yang ada di Indonesia baik dari Sabang sampai Merauke.
Sebagai guru kita harus mempersiapkan media dan rencana

19
pembelajaran yang sesuai dengan capaia pada pembelajaran dan
output yang akan di dapatkan dari pembelajaran tersebut.

b. Tujuan paling utama dari pendidikan IPS ialah menyiapkan dan


mempersiapakan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat dan
warga Negara yang berkualitas serta menyampaikan dasar
pengetahuan sosial untuk jenjangnya yang akan datang. IPS
merupakan pembelajaran pengetahuan sosial yang bertumpu pada
tujuan yang difokuskan agar mengembangkan kemampuan dari
peserta didik melalui pengetahuan sosial budaya yang didapat,
dengan berbagai macam bentuk mulai dari bentuk kemampuan
berfikir, sikap dan kepribadian, dan nilai bagi dirinya sendiri baik itu
sebagai perannya untuk individu maupun makhluk sosial budaya
yang tidak pernah lepas dengan namanya antropologi didalam
kehidupan berbudaya di masyarakat.

Sumber ;

Syifa Evania Farin (2021) Pembelajaran Antropologi Budaya Pada


Mata Pelajaran IPS. Seri Publikasi Pembelajaran Vol 1 No 2(2021):
Ilmu Antropologi.

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=antropologi+dan+ips&btnG=

3. Elza Eka

Coba kelompok jelaskan antropologi pendidikan dan Apa saja yang menjadi
ruang lingkup kajian antropologi secara keilmuan di Pendidikan!

Jawaban:

Antropologi dan sosiologi adalah dua ilmu yang berbeda. Antropologi


adalah ilmu yang fokus mempelajari manusia, termasuk evolusi dan

20
perkembangan manusia, cara manusia berperilaku dan berkomunikasi,
kebudayaan, cara manusia beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis,
cara manusia bersosialisasi dan lainnya. Ruang lingkup antropologi pun
meliputi fisik, sosial dan budaya.

Ruang Lingkup Antropologi

a. Antropologi juga memiliki kedudukan yang sama dengan cabang


ilmu sosial lainnya, seperti ilmu sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu
politik, kriminologi, dan lain-lain.

b. Antropologi masuk dalam kategori ilmu humaniora. Mengutip dari


handout Antropologi milik Daniel Fernandez, antropologi memiliki
ruang lingkup yang luas.

Di Indonesia, ruang lingkup antropologi dipelajari di berbagai jenjang


pendidikan meliputi:

a. Budaya sebagai acuan, pedoman pada sikap ataupun perilaku


manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Proses pewarisan sistem nilai, dan perubahan budaya.

c. Peranan kemajuan kebudayaan dalam pembangunan masyarakat.

d. Posisi budaya Indonesia di tengah situasi perubahan masyarakat di


dunia.

e. Hubungan budaya dengan lingkungan, baik lingkungan alam,


maupun lingkungan sosial. Sehingga membentuk sebuah sistem
(Social Cultural System).

Penambahan Jawaban:

Romi Kurniawan:

21
Antropologi memiliki ruang lingkup yang sangat luas, mencakup berbagai
aspek manusia dan kehidupan sosialnya. Dalam konteks sekolah, antropologi
dapat diterapkan untuk mempelajari berbagai aspek kehidupan sosial siswa,
baik dari segi fisik, sosial, maupun budaya. Berikut ini adalah beberapa
ruang lingkup antropologi yang dapat diterapkan di sekolah:

a. Antropologi fisik: Antropologi fisik merupakan studi tentang


manusia dari segi fisik dan biologis, seperti morfologi tubuh, evolusi
manusia, dan faktor-faktor genetik yang mempengaruhi perilaku dan
kemampuan fisik. Dalam konteks sekolah, antropologi fisik dapat
diterapkan dalam studi tentang kebiasaan hidup sehat, gizi, dan
olahraga.

b. Antropologi budaya: Antropologi budaya mempelajari kebudayaan


manusia, termasuk nilai-nilai, norma, adat istiadat, kepercayaan, dan
praktik sosial. Dalam konteks sekolah, antropologi budaya dapat
diterapkan dalam studi tentang perbedaan budaya dan keberagaman,
termasuk tradisi dan kebiasaan masyarakat sekitar.

c. Antropologi sosial: Antropologi sosial mempelajari struktur sosial


dan organisasi masyarakat, termasuk kelompok sosial, kelas sosial,
dan sistem politik. Dalam konteks sekolah, antropologi sosial dapat
diterapkan dalam studi tentang sistem pendidikan, hubungan sosial
antara siswa dan guru, serta peran dan fungsi kelompok dalam
kehidupan sosial.

d. Antropologi arkeologi: Antropologi arkeologi mempelajari sejarah


dan budaya manusia melalui benda-benda dan artefak-artefak yang
ditinggalkan, seperti artefak kuno, reruntuhan bangunan, dan situs
purbakala. Dalam konteks sekolah, antropologi arkeologi dapat

22
diterapkan dalam studi tentang sejarah daerah atau budaya
masyarakat setempat.

e. Antropologi linguistik: Antropologi linguistik mempelajari bahasa


dan sistem komunikasi manusia, termasuk pengaruh budaya dan
lingkungan pada bahasa dan komunikasi. Dalam konteks sekolah,
antropologi linguistik dapat diterapkan dalam studi tentang bahasa
daerah atau bahasa asing, serta pengaruh budaya pada bahasa dan
komunikasi.

Dalam penerapannya di sekolah, antropologi dapat diintegrasikan dalam


berbagai mata pelajaran, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, dan bahasa.
Penerapan antropologi di sekolah dapat membantu siswa memahami
kehidupan sosial dan budaya mereka serta masyarakat di sekitarnya dengan
cara yang lebih holistik dan mendalam.

Rati Syafiana Putri:

Di tinjau dari arti Antropologi yang merupakan ilmu yang mempelajari


mengenai manusia yang khusus membahas seputar asal-usul, adat istiadat,
ragam warna, bentuk fisik dan kepercayaan yang dianut setiap manusia pada
masa lampau.

Ilmu antropologi pun memiliki dua konsep penting, yakni holistik dan
komparatif. Kajian antropologi sangat memperhatikan aspek sejarah dan
gambaran manusia secara penuh melalui pengetahuan ilmu sosial hayati dan
humaniora.

Adanya ilmu antropologi ini bertujuan untuk memahami dan mengapresiasi


manusia sebagai entitas biologis homo sapiens dan makhluk sosial. Karena
itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti
dan fakta sejarah manusia sejak awal kemunculannya.

23
Antropologi juga menggunakan konsep lintas budaya untuk menekankan dan
menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia melalui
perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa dan pandangan hidup.

Berdasarkan konsepnya yang holistik, antropologi juga masih terbagi


menjadi 4 cabang ilmu, antara lain antropologi biologi, antropologi sosial
budaya, arkeologi dan linguistik.

Semua cabang ilmu antropologi holistik itu memiliki Konsentrasi masing-


masing dan akademik dan penelitian ilmiah. Bahkan, metode penelitian
setiap cabang ilmu antropologi juga berbeda-beda.

Ilmu antropologi ini lahir karena ketertarikan orang-orang Eropa pada adat
istiadat, ciri-ciri fisik, dan budaya yang berbeda di dalam kehidupan
masyarakat. Saat itu, kajian antropologi lebih fokus pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal.

Maksudnya, masyarakat tunggal itu adalah masyarakat yang tinggal di suatu


kawasan geografis sama. Tapi seiring perkembangan waktu, ilmu
antropologi ini tidak lagi mempelajari manusia tunggal yang tinggal pada
satu wilayah geografis sama.

Ilmu antropologi mulai mengkaji isu-isu migrasi, yang melahirkan


penelitian-penelitian etnografis multi-situs. Hal ini terjadi karena pergerakan
manusia seiring perkembangan zaman, baik dalam satu kawasan regional
tertentu hingga global menjadi sangat umum terjadi.

Berikut adalah beberapa ruang lingkup antropologi, antara lain:

a. Antropologi Fisik atau Biologi

b. Antropologi Sosial Budaya

c. Antropologi Psikologis

24

Anda mungkin juga menyukai