Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“KAJIAN BUDAYA DI INDONESIA”


Di ajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Wawasan Budaya
Dosen Pengampuh: Pak Romy Tamu S.Sos, M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Adelia Hulopi (241421024)
Agreyz Fratiwi H. Kalay (241421099)
Mohamad Rasid Naki (241421004)
Ikbal Opi (241421026)
Apriani (941420025)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PENGANTAR ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KAJIAN BUDAYA DI
INDONESIA” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Romy Ta
mu S.Sos, M.Si. Pada Mata Kuliah Teori Pembangunan. Selain itu, Makalah ini juga bertujua
n untuk menambah wawasan tentang “KAJIAN BUDAYA DI INDONESIA” bagi para pem
baca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Romy Tamu S.Sos, M.Si yang telah memberi
kan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang
kami tekuni.

WassalamualaikumWr.Wb

Gorontalo, 14 Maret 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. I

KATA PENGANTAR...........................................................................................II

DAFTAR ISI.........................................................................................................III

BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1

1.3 Tujuan ...................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 Pentas Kajian Budaya Diindonesia..............................................................3

2.2 Penjelajahan dan Penjajah Teori..................................................................4

2.3 Clifford Geertz, Teori Kebudayaan,Dan Studi Indonesia............................5

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……...............................................................................7

3.2 Saran …………………………………………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupak
an bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah ke
lompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bang
unan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan d
ari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan me
nyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai banyak keanekaragaman bud
aya yang sangat menarik dan unik. Dalam era modernisasi sekarang ini, tidak sedikit pendudu
k Indonesia yang menganut budaya asing dan melupakan budaya sendiri. Perkembangan tekn
ologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah menghan
curkan kebudayaan daerah. Rendahnya 2 pengetahuan menyebabkan akulturasi kebudayaan y
ang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam kebudayaan daerah. Masuk
nya kebudayaan barat tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah/apa adanya,
mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang uraian di atas, maka masalah-masalah yang dapat diru
muskan sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan kajian budaya yang ada di Indonesia?

2. Apa yang dimaksud dengan penjelajahan dan penjajah teori kebudayaan di


Indonesia?

1.3 Manfaat Masalah


Berdasarkan rumusan masalah makalah penulisan ini mempunyai beberapa kegunaan
penelitian, di antaranya adalah:
1. Agar dapat mengetahui apa yang di maksud dengan kajian budaya yang ada di
Indonesia.
2. Agar dapat mengetahui apa yang di maksud dengan penjelajahan dan penjajah
teori kebudayaan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentas Kajian Budaya Indonesia

Koentjaraningrat (1993) menyebutkan bahwa kajian budaya di indonesia tidak


bermazhab atau tidak jelas mainstream-nya.Di indonesia, Ilmu modern sangat terkait dengan
“nilai guna”.Di bawah rezim pembangunan, Ruang untuk berfilsafat sangat
sempit.Pengetahuan yang tidak memiliki aplikasi langsung, di anggap tidak penting,bahkan
membingungkan atau membahayakan masyarakat yang seharusnya “Berpembangunan-ria”
(Degung Santikarma, 2007).Derajat kewarganegaraan seseorang di definisikan dengan
penilaian sejauh mana intelektualitas,ataupun subjektivitas, bisa di kontribusikan pada
pengabdian negara dan modal.Demikian pula,status antropologi yang adakalanya berfungsi
sebagai penyangga kekuasaan dan dilarang memberi kesempatan kepada pemikir alternatif
(baca:tandingan).

Melalui tangan Koentjaraningrat,Salah seorang pendekar ilmu kebudayaan


indonesia,antropologi indonesia menjadi alat penting untuk proyek nasionalisme.Praktik-
praktik kultural dan sangat variatif dilihat menurut sebuah skala implisit yang mengukur
sejauh mana kehidupan seseorang cocok dengan sebuah “kultur nasional yang
ideal”.Antropologi diberi tugas menggali “mentalitas budaya indonesia” yang dijadikan
modal sosial untuk menyokong pembangunan.Mahasiswa antropologi dikirim ke daerah-
daerah “terpencil” untuk meneliti perilaku menabung,pola makan,sikap terhadap
kebersihan,urusan mengisi luang,nilai anak,budaya berlalu lintas,sampai pada konsep sehat
dan sakit-informasi yang bisa di pakai untuk “memberdayakan” yang “belum
berbudaya”.Sementara itu, di pusat kekuasaan nasional yang di jawa dan bali,Antropolog-
antropolog dikerahkan mengumpulkan informasi tentang “puncak-puncak kebudayaan”
daerah yang mampu mempromosikan keberadaban indonesia.

Meskipun antropolgi di barat dan antropologi di indonesia lahir dari colonial


encounter yang sama,Pada zaman pas colonial,Barat mengikuti jalur yang sangat berbeda.Di
negara-negara barat dewasa ini antropologi,di antara semua cabang ilmu sosial,Mungkin
mempunyai status sosial yang paling marjinal.di antara semua ilmuwan,antropolog rata-rata
di gaji paling rendah,sama dengan para “ahli marginalitas” lain di jurusan kajian
perempuan,studi Afrika-Amerika atau pusat kajian lesbian dan gay (Degung Santikarma
2007).
Antropologi di anggap sebagai disiplin “ kurang ilmiah” sebab memakai metode
berbicara dengan masyarakat, dan memberi perhatian terhadap orang yang “tidak penting” di
dunia ketiga atau kelompok pinggiran dunia pertama. Status antropologi adalah cermin dari
dekatnya cabang ilmu ini dengan mereka yang terpinggirkan akibat ketimpangan struktural
yang terjadi pada masyarakat industri-kapitalis denga beragam masalah, seperti diskriminasi
ras, ketaksetaraan gender, dan kemiskinan. Keakraban sang antropologi dengan kehidupan
ghetto di perkotaan, pecandu minuman keras, penyalahgunaan narkoba, siasat hidup
buruh,korban HIV,paramigran,penghuni panti jompo, dan pengemis telantar menggeser
kedudukan pengetahuan ini semakin ke “garis tepi.”

Namun, di indonesia, Antropologi menempati posisi ganda meskipun di hargai sebagai


ilmu yang berguna untuk “pencerahan”, sebagian besar antropog indonesia melakoni hidup
prihatin sebagai dosen atau pengajar dengan gaji serba pas-pasan dibandingkan dengan para
ahli kedokteran atau ilmu politik atau politisi.

2.2 PENJELAJAHAN DAN PENJAJAHAN TEORI


Keterkaitan antropologi di indonesia dengan ideologi nasionalisme dan perjalanan
kapitalisme global berpengaruh besar terhadap teori sosial yang berkembang di antara para
ilmuan lokal. Di indonesia, dunia perguruan tinggi memang kental dengan iklim
konsevetisme, salah satu arisan yang terburuk dari rezim Orde Baru. Pembantaian 1965 telah
menghapus ribuan pemikir kritis dari peta intelektual indonesia, diikuti oleh program
normalisasi kehidupan kampus yang bertujuan mensterilkan universitas dari ingar-bingar
kehidupan. Hubungan dunia akademik dan kekuasaan negara di resmikan melalui kebijakan
bahwa semua dosen harus mempunyai surat “bersih lingkungan” dan membuktikan kesetiaan
mereka terhadap pancasila dan v4. Kebanyakan posisi berpuasa di universitas di indonesia
masih di tempati oleh generasi pemikir yang bersedia berkompromi dengan syarat yang telah
di tentukan.

Konservatisme teori juga di warisi oleh razim penjajahan. Sampai sekarang, antropologi di
indonesia masih di pengaruhi oleh pemikiran kuno belanda yang berusaha mencari struktur
sosial dasar atau structural core yang semua masyarakat indonesia di bayangkan mempunyai
persamaan dalil regularitas. Beberapa antropolog indonesia saat ini masih sibuk mencari
modal klasifikasi dualisme, perputaran mas kawin dan persekutuan antar klan dan sistem
kekerabatan yang “selesai” dan abadi daripada melihat perubahan sosial yang terjadi di depan
mata mereka (degum santikarma,2007).

2.3 Clifford Geertz, Teori Kebudayaan, Dan Studi Indonesia

1. Clifford Geertz (1926-2006) merupakan salah satu antropologi asal Amerika


terkenal(mungkin terpopuler) tentang Indonesia, dan beberapa wilayah lainnya. Sebagian
besar pemikiran Geertz berdasarkan hasil penelitiannya diindonesia. Geertz patut dijuluki
tokoh antropologi segala musim karena dinamika pemikirannya yang selalu mengikuti
zaman. Menurut pengakuannya, dari usianya yang Panjang itu, 10 tahun lebih dihabiskan
dalam penilitian lapangan(dijawa,bali,maroko) dan 30 tahun digunakannya untuk menulis
hasil-hasil penelitiannya, dengan tujuan menyampaikan pesona studi kebudayaan kepada
orang lain (Ignas Kleden,2006).

2. Menerobos Nederlandosentrisme dan Pemeberontakan Ilmiah

Geertz menjadi terkenal dan popular diindonesia akrena penelitian yang dilakukannya
diJawa dan Bali, yang menghasilkan beberapa buku penting tentang Indonesia. Pokok
kajiannya meliputi agama jawa,politik aliran(abangan,santri,priyai), watak perkotaan dijawa
sebagai hollow town dan bukannya solid town,pengelompokkan politik tanpa basis
kelas,perbandingan islam Indonesia dan islam maroko (antara the scope of religion dan the
force of religion).

Dalam tradisi antropologi, latar belakang Pendidikan Geertz di Universitas Harvard


banyak mewarnai pemikirannya pada kemudian hari. Jalan yang ditempuh Geertz dalam
penelitiannya, untuk Sebagian, merupakan pemeberontakan ilmiah terhadap mainstrim
dalam studi antropologi ditempat ia belajar pada waktu itu. Tradisi antropologi itu dibangun
oleh nama-nama besar,seperti Kroeber,Kluckhohn,Ruth Benedict,Robert Redfield,Franz
Boaz,Raph Linton,Bronislaw Malinowski,Edward Sapir, dan Margaret Mead(Ignas
Kleden,2006).

3. Involusi Pertanian,Involusi Kita

Salah satu pemikirannya yang mengandung relevansi dan merefleksikan kondisi


masyarakat dan kebudayaan kita masa kini adalah tesis tentang involusi pertanian. Ini bisa
dilacak dalam buku Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia
(1963).

Pertama, kebijakan kolonial Hindia Belanda (1619-1942) adalah pembawa produk


pertanian dari jawa yang subur kepasar dunia, terutama produk-produk yang sangat
dibutuhkan dan laki,tanpa mengubah secara fundamental struktur ekonomi pribumi. Kedua,
upaya pemerintah kolonial untuk meraih pasar internasional adakah memperthankan pribumi
tetap pribumi,dan terus mendorong mereka untuk berproduksi bagi memenuhi kebutuhan
pasar dunia. Ketiga, pada sector domestic, ada satuan pertanian keluarga,imdustri rumah
tangga, dan perdagangan kecil. Keempat, akibatnya semakin meningkatnya polusi petani
yang berupaya melakukan kompensasi penghasilan uang hal ini semakin dimantapkan
menjadi kebiasaan dengan intesifikasi produksi pertanian subsisten.

Pada masa kini, involusi itu tidak hanya terjadi pada lapangan pertanian, tetapi juga
pada berbagai sector lain, misalnya, birokrasi pemerintahan, hukum, Pendidikan, Kesehatan,
dan lain-lain.Arus migran miskin dari desa-desa ke kota-kota treus meningkat dari tahun
ketahun dan tidak terbendung. Golongan miskin diperkotaan terus berjuang untunk hidup
dengan cara apapun sehingga kemiskinan menjadi masif.

2.4 Mendiagnosis Kemiskinan dan “Patologi Kekerasan”:Agenda Masa Depan

Kebudayaan pada dasarnya selalu dinamis karena terus menerus menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan kebutuhan hidup para pendukung kebudayaan tersebut. Demikian
pula dengan antropologi. Bukan karena masyarakat non industri atau tradisional yang
semakin lama semakin sedikit yang tersisa dan hamper punah karena arus modernisasi dan
globalisasi, lalu antropologi kehilangan arah. Selayaknya, kebudayaan, antropologi yang
dalam setiap kajiannya selalu nerusaha memahami kebudayaan dari masyarakat yang
ditelitinya (kebudayaan sebagai konsep sentral antropologi) juga dituntut untuk mampu
beradaptasi atas perubahan-perubahan yang dialami oleh masyarakat kajiannya. Dalam hal
ini, antropologi dituntut beradaptasi secara kultural pula, yaitu adaptasi dalam hal teori dan
konsep agar tetap eksis dan mampu memberikan sumbangan teoritis dan praktis.

Tidak hanya beradaptasi,antropologi juga dituntut untuk melakukan pembaharuan


atau temuan baru dalam bidang teori dan konsep dari hasil kajian yang dilakukaknnya.
‘menghilanya’ masyarakat tradisional bukan berarti antropologi kehilangan lahan
penelitian/kajian. Saat ini, sudah banyak kajian tentang masyarakat dari peneliti.
Banyak kritikan yang ditujukan kepada antropologi dan para ahlinya,terutama
diindonesia. Kritikan tersebut umumnya berkisar pada masalah relevansi antropologi dan
sumbangan praktis pada era pembangunan atau oada era modernisasi dan globalisasi pada
saat ini.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Di Indonesia, Antropologi menempati posisi ganda meskipun di hargai sebagai ilmu


yang berguna untuk “pencerahan”, sebagian besar antropog indonesia melakoni hidup
prihatin sebagai dosen atau pengajar dengan gaji serba pas-pasan dibandingkan dengan para
ahli kedokteran atau ilmu politik atau politisi.

Kebudayaan pada dasarnya selalu dinamis karena terus menerus menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan kebutuhan hidup para pendukung kebudayaan tersebut. Demikian
pula dengan antropologi. Bukan karena masyarakat non industri atau tradisional yang
semakin lama semakin sedikit yang tersisa dan hamper punah karena arus modernisasi dan
globalisasi, lalu antropologi kehilangan arah. Selayaknya, kebudayaan, antropologi yang
dalam setiap kajiannya selalu nerusaha memahami kebudayaan dari masyarakat yang
ditelitinya (kebudayaan sebagai konsep sentral antropologi) juga dituntut untuk mampu
beradaptasi atas perubahan-perubahan yang dialami oleh masyarakat kajiannya. Dalam hal
ini, antropologi dituntut beradaptasi secara kultural pula, yaitu adaptasi dalam hal teori dan
konsep agar tetap eksis dan mampu memberikan sumbangan teoritis dan praktis.

3.2 Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan seg
era melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, David dan robert A. Manners. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana

Endang Syaifuddin Anshari. 1950. Agama dan Kebudayaan. Surabaya: Bina Ilmu

Anda mungkin juga menyukai