Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT


Disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Mata kuliah :Sosiologi dan Antropologi

Disusun Oleh :
Nopa Rahmaini
NIM : 0101.21.0021

Dosen Pengampu :
Jenny Rahmayana, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TAFAQQUH FIDDIN DUMAI
2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan

karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul

dari makalah ini adalah “KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT”. Makalah ini

bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang sosiologi dalam kebudayaan dan

masyarakat.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada dosen mata kuliah Sosiologi dan Antropologi yaitu Ibu Jenny Rahmayana,

M.Pd.I yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya juga ingin mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang

sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik

dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan makalah

ini. semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang

berkepentingan pada umumnya. Demikian makalah ini dibuat, apabila terdapat

kesalahan dalam penulisan, ataupun adanya ketidak sesuaian materi, mohon maaf.

Dumai, 12 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Pengertian Kebudayaan dan Masyarakat .................................................................... 3

B. Unsur-Unsur Kebudayaan ........................................................................................... 4

C. Sifat Hakikat Kebudayaan ........................................................................................... 6

D. Kepribadian dan Kebudayaan ..................................................................................... 7

E. Gerak Kebudayaan ...................................................................................................... 10

F. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat .......................................................................... 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 15

Kesimpulan ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi merupakan ilmu social, dimana sosiologi mempelajari pola dan


interkasi apa yang dilakukan manusia. Dalam ilmu Sosiologi pokok pembahasan
memiliki cakupan yang sangat luas, namun pada kali ini pokok pembahasan akan
terfokus pada bahasan Kebudayaan dan Masyarakat.Dalam hubungan ilmu Sosiologi
dengan Kebudayaan dan Masyarakat memiliki hubungan yang kuat, ilmu sosilogi
berusaha memaparkan dan mempelajari apa yang menjadi generasi baru terbentuknya
Kebudayaan manusia.

Dan juga berusaha menjelaskan bagaimana hubungan Kebudayaan tersebut


dengan Masyarakat, kedua hal ini memiliki hubungan yang sangat erat dan bersifat
timbal balik. Kedua hal inilah yang menjadi generasi baru ilmu sosiologi memiliki
aspek cakupan basahan tentang Kebudayaan dan Masyarakat. Secara garis besar
Kebudayaan dan Masyarakat jika diringkas, Kebudayaan muncul karna kebutuhan
manusia yang kurang puas terhadap hal spiritual dan material, Kebudayaan muncul
atas rasa ketidak puasan manusia terhadap norma, aturan, kaidah, dan kesadaran akan
bertindak dan melakukan Tindakan.

Hal inilah yang melatar belakangi munculnya keinginan bertindak secara baik
dan konsisten dan akhirnya menjadi kebiasaan, dari kebiasaan ini jika disepakati oleh
anggota yang lain dan dilakukan secara bersamaan akan memunculkan kebudayaan
yang baru yang menjadi tren dimasa tersebut. Ada beberapa pembelajaran yang akan
dibahas dalam pembuatan makalah sosiologi kebudayaan dan masyarakat ini, seperti
unsur-unsur kebudayaan, sifat hakikat kebudayaan, kepribadian dan kebudayaan,
gerak kebudayaan, dan fungsi kebudayaan bagi masyarakat. Materi ini dibaut agar
kita tahu bagaimana pemaparan sosiologi dalam kebudayaan dan masyarakat.

1
2

B. Rumusan Masalah

Saya sudah menyusun sebagian permasalahan yang akan dibahas dalam


makalah ini. Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini antara
lain:

1. Bagaimana pengertian kebudayaan dan masyarakat menurut beberapa para ahli?

2. Apa saja unsur-unsur yang ada dalam kebudayaan?

3. Bagaimana sifat hakikat dari suatu kebudayaan?

4. Bagaimana kepribadian dan kebudayaan dalam sosiologi?

5. Bagaimana gerak suatu kebudayaan dalam sosiologi?

6. Apa saja fungsi kebudayaan bagi setiap masyarakat?

C. Tujuan Masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan yang saya susun diatas, hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memahami definisi definisi kebudayaan dan masyarakat menurut beberapa


ahli

2. Mengetahui unsur unsur apa saja yg ada dalam kebudayaan

3. Untuk mengenali sifat-sifat hakikat dalam kebudayaan

4. Untuk mempelajari keterkaitan kepribadian dan kebudayaan dalam sosiologi

5. Untuk mengetahui bagiamana gerak suatu kebudayaan dalam sosiologi

6. Mengetahui fungsi-fungsi kebudayaan bagi setiap masyarakat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan dan Masyarakat

Dalam bahasa Sansekerta kata kebudayaan berasal dari kata budh yang berarti
akal, yang kemudian menjadi kata budhi atan budhaya sehingga kebudayaan diartikan
sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa budaya
berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani
dalam kebudayaan, sedangkan daya adalah perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur
jasmani, Sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
(Supartono Widyosiswoyo, 2009)

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia.

Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahh sebagaimana disebutkan


oleh Elly. M. Setiadi, sebagai berikut:

a. E.B Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan. adat istiadat, dan kemampuan
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

b. R. Linton (1893-1953), kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah


laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh
anggota masyarakat lainnya.

e. Herkovits (1985-1963), kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang


diciptakan oleh manusia. (Elly. M Setiadi, 2012)

3
4

d. Koentjaraningrat (1985-1963), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,


tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. (Koentjaraningrat, 2009)

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
Latin xocius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab
syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu
kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling
berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. (Koentjaraningrat, 2009)

MJ. Herskovits menyatakan, masyarakat adalah kelompok individu yang


diorganisasikan, yang mengikuti satu cara hidup tertentu. Sedangkan JL. Gillin dan
J.P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia terbesar yang
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikup, dan perasaan persatuan yang sama. SR.
Steinmetz, memberikan batasan mengenai masyarakat sebagai kelompok manusia
yang terbesar meliputi pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai
perhubungan erat dan teratur. Pendapat dari Maclver yang mengatakan bahwa
masyarakat adalah satu sistem cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling
membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial
lainya, system pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan, sistem yang
kompleks dan selalu berubah,atau jaringan relasi social. (Beni Ahmad Saebani, 2012)

B. Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar


maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat
sebagai kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar
seperti umpamanya Majelis Permusyawaratan Rakyat, di samping adanya unsur-
5

unsur kecil seperti sisir, kancing, baju, peniti, dan lain-lainnya yang dijual
di pinggir jalan.

Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori


fungsional dalam antropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain:

1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.

2. Organisasi ekonomi,

3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang utama.

4. Organisasi kekuatan. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

Masing-masing unsur tersebut, beberapa macam unsur-unsur kebudayaan,


untuk kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan kedalam unsur-unsur
pokok atau besar kebudayaan, lazim disebut cultural universal. Istilah ini
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai
pada setiap kebudayaan di mana pun di dunia ini. Para antropolog yang membahas
persoalan tersebut secara lebih mendalam belum mempunyai pandangan seragam
yang dapat diterima Antropolog C. Kluckhohn di dalam sebuah karyanya yang
berjudul Universal Categories of Culture" telah menguraikan ulasan para sarjana
mengenai hal itu.

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat rumah


tangga,senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya).

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian petemakan, sistem


produksi, sistem distribusi dan sebagainya):
6

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,


system perkawinan).

4. Bahasa (lisan maupun tertulis):

5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya):

6. Sistem pengetahuan

7. Religi (sistem kepercayaan).

Cultural-universals tersebut di atas dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-


unsur yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya kegiatan- kegiatan kebudayaan
atau cultural activity. Sebagai contoh, cultural universals pencaharian hidup dan
ekonomi, antara lain mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian, peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi, dan lain-lain. Kesenian misalnya meliputi
kegiatan-kegiatan seperti seni tari, seni rupa, seni suara, dan lain-lain. Selanjutnya
Ralph Linton merinci kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur- unsur
yang lebih kecil lagi yang disebutnya trait-complex. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto,
2017)

C. Sifat Hakikat Kebudayaan

Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda


satu dengan lainnya, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum
bagi semua kebudayaan di mana pun juga. Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri setiap
kebudayaan, tetapi bila seseorang hendak memahami sifat hakikatnya yang esensial,
terlebih dahulu harus memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada & dalamnya,
yaitu sebagai berikut.

1. Kebudayaan bersifat universal. Akan tetapi, perwujudan kebudayaan mempunyai


ciri-ciri khusus yang sesua dengan situasi maupun lokasinya. Hal itu mengakibatkan
setiap masyarakat manusia mempunyai kebudayaan atau dengan lan perkataan,
7

kebudayaan bersifat universal atribut dari setiap masyaraka di dunia ini. Akan tetapi,
apabila seseorang dari masyarakat tertenta berhubungan dengan seseorang yang
menjadi anggota masyarakat yang berlainan, dia akan sadar bahwa adat istiadat kedua
masyarakat tersebut tidak sama. Hal itu disebabkan pendukung kebudayaan tersebut
yaitu kedua masyarakat tadi mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda satu
dengan lainnya. Artinya, perbedaan kedua kebudayaan tersebut terletak pada
perbedaan latar belakangnya.

2. Kebudayaan bersifat stabil di samping juga dinamis dan selap kebudayaan


mengalami perubahan-perubahan yang kontinu. Setiap kebudayaan pasti mengalami
perubahan atau perkembangan-per- kembangan. Hanya kebudayaan yang mati saja
yang bersifat statis. Sering kali suatu perubahan dalam kebudayaan tidak terasa oleh
anggota-anggota masyarakat.

3. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal


itu jarang disadari oleh manusia sendiri. walaupun kebudayaan merupakan atribut
manusia. Namun, tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh unsur
kebudayaannya. Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh
unsur kebudayaan yang didukung oleh masyarakat sehingga seolah- olah kebudayaan
dapat dipelajari secara terpisah dari manusia yang menjadi pendukungnya. Jarang
bagi seorang asal Indonesia untuk mengetahui kebudayaan Indonesia sampai pada
unsur-unsur yang sekecil-kecilnya, padahal keudayaan tersebut menentukan arah
serta- perjalanan hidupnya. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

D. Kepribadian dan Kebudayaan

Sebenarnya kepribadian merupakan organisasi faktor-faktor biologis,


psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu." Kepri- badian
mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang khas dimiliki seseorang
yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Seorang
sosiolog terutama akan menaruh perhatiannya pada perwujudan perilaku individu
8

yang nyata pada waktu individu tersebut berhubungan dengan individu-individu


lainnya. Wujud perilaku tersebut dinamakan juga peranan, yaitu perilaku yang
berkisar pada pola-pola interaksi manusia. Dasar-dasar pokok perilaku seseorang
merupakan faktor-faktor biologis dan psikologis. Walaupun seorang sosiolog hanya
menaruh perhatian khusus pada kepribadian yang terwujud dalam interaksi, faktor-
faktor biologis dan psikologis juga penting baginya karena faktor-faktor sosiologi
dalam perkembang- annya berkisar pada faktor-faktor biologis dan psikologis.
(Roucek dan Warren, 1962)

Mungkin bagian tadi dapat digambarkan dengan istilah kebudayaan khusus


atau sub-culture. Untuk membatasi diri pada hal-hal yang penting, uraian di bawah
akan dikaitkan pada tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata memengaruhi bentuk
kepribadian, yakni sebagai berikut:

1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan

Di sini dijumpai kepribadian yang saling berbeda antara individu- individu


yang merupakan anggota suatu masyarakat tertentu karena masing-masing tinggal di
daerah yang tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama
pula.

2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life)

Cobalah ambil contoh perbedaan antara seorang anak yang dibesarkan di kota
dengan seorang anak yang dibesarkan di desa Anak kota terliha lebih berani
menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebudayaan yang tertentu Sementara
itu, seorang anak yang dibe- sarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri
sendiri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense of value). Lain contoh
adalah orang kota lebih individualistis karena kebudayaan di kota menciptakan suatu
9

pergaulan hidup individu mengurus nasibnya sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan kota
terdapat aneka macam pekerjaan yang mempunyai sifat-sifat yang lain.

3. Kebudayaan khusus kelas social

Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial karena setiap


masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu terhadap bidang-bidang
kehidupan yang tertentu pula. Dengan demikian, kita mengenal lapisan sosial yang
tinggi, rendah dan menengah. Himpunan orang-orang yang merasa dirinya tergolong
pada lapisan sosial tertentu, yang diakui masyarakat itu dinamakan kelas sosial.
Masing-masing kelas sosial punya kebudayaannya masing-masing, yang
menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap diri anggota-anggotanya.

4. Kebudayaan khusus atas dasar agama

Agama juga mempunyai pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian


seorang individu. Bahkan adanya berbagai mazhab di dalam satu agama pun
melahirkan pula kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.

5. Kebudayaan berdasarken profesi

Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada kept badian
seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbed dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara-cara
mereka bergaul. Perilak demikian tentunya lebih dimengerti oleh teman-teman
sejawatnya yang mempunyai pekerjaan dan keahlian yang sama. (Prof. Dr. Soerjono
Soekanto, 2017)

Dari beberapa kenyataan di atas, dapatlah diambil kesimpulan betapa


besarnya pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian. Akan tetapi,
dalam perkembangan pembentukan kepribadian tersebut tidak hanya kebudayaan
10

yang memainkan peranan pokok. Organisme biologis seseorang, lingkungan alam,


dan sosialnya juga memberi arah. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

Inti kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem nilai yang dianut oleh masyarakat
pendukung kebudayaan bersangkutan. Sistem nilai tersebut mencakup konsepsi-
konsepsi abstrak tentang apa yang diang gap buruk (sehingga harus dihindari) dan
apa yang dianggap baik (sehingga harus selalu dianuti). Dengan demikian, dikenal
pembedaan antara nilai-nilai yang positif dengan nilai-nilai yang negatif.

Karena sistem nilai tersebut bersifat abstrak (bahkan sangat abstrak), maka perlu
diketengahkan beberapa indikator nilai-nilai, yaitu:

1. konsepsi mengenai hakikat hidup.

2. konsepsi mengenai hakikat karya.

3. konsepsi mengenai hakikat waktu.

4. konsepsi mengenai hakikat lingkungan alam.

5. konsepsi mengenai hakikat lingkungan sosial. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

Nilai-nilai tersebut (misalnya yang positif) dikongkretkan ke dalam norma-


norma. Norma-norma tersebut merupakan patokan atau pedoman untuk berperilaku
secara pantas. Misalnya, ada nilai positif yang menyatakan bahwa manusia harus
menepati janjinya. Nilai tersebut, antara lain, terwujud di dalam norma (hukum) yang
berbunyi "perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pembuatnya” (Prof. Dr.
Soerjono Soekanto, 2017).

E. Gerak Kebudayaan

Seorang sosiolog dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil masyarakat,


tidak akan membatasi diri pada struktur kebudayaan tersebut yaitu unsur-unsurnya
yang statis, tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada gerak kebudayaan tersebut.
11

Dalam uraian-uraian sebelumnya telah diterangkan bahwa tak ada kebudayaan yang
statis. Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan
sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi
wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi sebab mengadakan hubungan-
hubungan dengan manusia lainnya. Artin karena terjadinya hubungan antarkelompok
manusia di dalam masyarakat. Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia
dengan suatu keb dayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudaya
asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudaya asing itu dengan
lambat-laun diterima dan diolah ke dalam kebudaya sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan i sendiri. (Koentjaraningrat, 2009)

Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan manusia tela terjadi dalam


masa-masa yang silam. Biasanya suatu masyarakat hidu bertetangga dengan
masyarakat-masyarakat lainnya dan antara merek terjadi hubungan-hubungan,
mungkin, dalam lapangan perdagangan pemerintahan, dan sebagainya. Pada saat
itulah unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-
besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut. Proses
akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur
kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. (Prof. Dr. Soerjono
Soekanto, 2017)

Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai


hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri.
Unsur-unsur asing yang di- terima tentunya terlebih dahulu mengalami proses
pengolahan sehingga bentuknya tidaklah asli lagi sebagi semula Misalnya, sistem
pendidikan di Indonesia, untuk sebagian besar diambil dari unsur-unsur kebudayaan
Barat. Akan tetapi, sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa sehingga
merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Namun, tidak mustahil timbul
kegoncangan kebudayaan (cultural shock), sebagai akibat masalah-masalah yang
dijumpai dalam proses akulturasi. Kegoncangan kebudayaan terjadi apabila warga
12

masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi, di mana muncul perbedaan yang


tajam antara cita-cita dengan kenyataan yang disertai dengan terjadinya perpecahan-
perpecahan di dalam masyarakat tersebut. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

F. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan


masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-
anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam
masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat
memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-
kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar
karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang
merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.
Dalam tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap ling kungan alam, pada
taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam
batas-batas untuk melindungi dirinya Taraf tersebut masih banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya. (Prof.
Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu
untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan
daya upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada
di dalam masyarakat. Kekuatan-ke- kuatan yang tersembunyi dalam masyarakat tidak
selamanya baik. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan yang buruk, manusia terpaksa
melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya
merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan
berlaku di dalam pergaulan hidup. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)
13

Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya


ber- tindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang
lain. Apabila manusia hidup sendiri, tak akan ada manusia lain yang merasa
terganggu oleh tindakan-tindakannya. Akan tetapi, setiap orang, bagaimanapun
hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habit)
merupakan suatu perilaku pribadi. Pribadi berarti bahwa kebiasaan orang seseorang
itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walau misalnya mereka hidup dalam satu
rumah. Jadi setiap orang akan membentuk kebiasaan yang khusus bagi
dirinya sendiri. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

Jadi, kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di


dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
Kebiasaan-kebiasaan yang baik akan diakui serta dilakukan pula oleh orang-orang
lain yang semasyarakat. Bahkan lebih jauh lagi, begitu mendalamnya pengakuan atas
kebiasaan seseorang sehingga dijadikan patokan bagi orang lain, bahkan mungkin
dijadikan peraturan. Kebiasaan yang dijadikan kebiasaan yang teratur oleh seseorang,
kemudian dijadikan dasar bagi hubungan antara orang-orang tertentu sehingga
tingkah laku atau tindakan masing-masing dapat diatur menimbulkan
norma atau kaidah. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)

Kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan (hukum), yang biasanya sengaja dibuat dan
mempunyai sanksi tegas. Peraturan bertujuan membawa suatu keserasian dan
memerhatikan hal-hal yang bersangkut-paut dengan keadaan lahiriah maupun
batiniah manusia. Peraturan (hukum) dibuat oleh negara atau badan-badan negara
yang diberi wewenang, seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat di Indonesia, pemerintah, dan lain sebagainya. Peraturan (hukum) ada yang
bersifat tertulis dan tidak tertulis, di mana yang terakhir, di Indonesia dinamakan
hukum adat. Peraturan-peratur (hukum) yang tertulis sifatnya sering kali terlampau
kaku dan biasam kurang dapat mengikuti kepesatan perkembangan dan kebutuha
kebutuhan masyarakat. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)
14

Berlakunya kaidah dalam suatu kelompok manusia tergantung pada kekuatan


kaidah tersebut sebagai petunjuk tentang bagaimana seseorang harus berlaku. Artinya
sampai berapa jauh kaidah-kaidah tersebut diterima oleh anggota kelompok sebagai
petunjuk perilaku yang pantas. Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri
dan menyesuaikan diri pada alam, juga telah dapat hidup dengan manusia-manusia
lain dalam suasana damai, timbullah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu
untuk menyatakan perasaan dan keinginannya kepada orang lain, yang juga
merupakan fungsi kebudayaan. Misalnya kesenian yang dapat berwujud seni suara,
seni musik, seni tari, seni lukis, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan tidak hanya
untuk mengatur hubungan antara manusia, tetapi juga untuk mewujudkan perasaan-
perasaan seseorang. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Masyarakat merupakan manusia yang hidup secara berkelompok pada suatu


wilayah atau tempat, dari kehidupan Bersama inilah mereka Bersama-sama
menghasilkan kebudayaan. Tidak ada satupun masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan dan juga sebaliknya, tidak ada satupun budaya tanpa adanya masyarakat
yang menjadi cikal bakal dan wadah penduduknya. Ada beberapa macam unsur-unsur
kebudayaan, untuk kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan kedalam
unsur-unsur pokok atau besar kebudayaan, lazim disebut cultural universals, yaitu
dapat dijumpai pada setiap kebudayaan dimanapun didunia ini.

Kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua


kebudayaan dimana pun juga. Sifat hakikat tersebut yaitu, Kebudayaan terwujud
melalui perilaku manusia, Kebudayaan telah ada terlebih dahulu, Kebudayaan
diperlukan oleh manusia, Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan
kebwajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, serta dilarang
dan diizinkan. Pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian sangat besar.
Tetapi dalam perkembangan pembentukan kepribadian tersebut tidak hanya
kebudayaan yang memainkan peranan pokok. Proses akulturasi yang berjalan dengan
baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan
unsur-unsur kebudayaan sendiri. Tidak mustahil timbul kegoncangan kebudayaan,
sebagai akibat masalah-masalah yang dijumpai dalam proses akulturasi.

Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan diri


pada alam, juga telah dapat hidup dengan manusia-manusia lain dalam suasana
damai, timbullah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk menyatakan
perasaan dan keinginannya kepada orang lain, yang juga merupakan fungsi
kebudayaan bagi masyarakat. Kebudayaan juga tidak hanya untuk mengatur

15
16

hubungan antara manusia, tetapi juga untuk mewujudkan perasaan-perasaan


seseorang. Fungsi kebudayaan sangat besar bagi manusia, yaitu untuk melindungi diri
terhadap alam, mengatur hubungan antarmanusia dan sebagai wadah segenap
perasaan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Beni Ahmad Saebani. (2012). Pengantar Antropologi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Elly. M Setiadi. (2012). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Prof. Dr. Soerjono Soekanto. (2017). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Roucek dan Warren. (1962). Sociology an Introduction. New Jersey: Littlefield Adams & Co.

Supartono Widyosiswoyo. (2009). Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai