Disusun Oleh :
Nopa Rahmaini
NIM : 0101.21.0021
Dosen Pengampu :
Jenny Rahmayana, M.Pd.I
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul
masyarakat.
kepada dosen mata kuliah Sosiologi dan Antropologi yaitu Ibu Jenny Rahmayana,
M.Pd.I yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan makalah
ini. semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
kesalahan dalam penulisan, ataupun adanya ketidak sesuaian materi, mohon maaf.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal inilah yang melatar belakangi munculnya keinginan bertindak secara baik
dan konsisten dan akhirnya menjadi kebiasaan, dari kebiasaan ini jika disepakati oleh
anggota yang lain dan dilakukan secara bersamaan akan memunculkan kebudayaan
yang baru yang menjadi tren dimasa tersebut. Ada beberapa pembelajaran yang akan
dibahas dalam pembuatan makalah sosiologi kebudayaan dan masyarakat ini, seperti
unsur-unsur kebudayaan, sifat hakikat kebudayaan, kepribadian dan kebudayaan,
gerak kebudayaan, dan fungsi kebudayaan bagi masyarakat. Materi ini dibaut agar
kita tahu bagaimana pemaparan sosiologi dalam kebudayaan dan masyarakat.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Bersumber pada rumusan permasalahan yang saya susun diatas, hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Sansekerta kata kebudayaan berasal dari kata budh yang berarti
akal, yang kemudian menjadi kata budhi atan budhaya sehingga kebudayaan diartikan
sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa budaya
berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani
dalam kebudayaan, sedangkan daya adalah perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur
jasmani, Sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
(Supartono Widyosiswoyo, 2009)
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia.
a. E.B Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan. adat istiadat, dan kemampuan
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
3
4
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
Latin xocius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab
syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu
kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling
berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. (Koentjaraningrat, 2009)
B. Unsur-Unsur Kebudayaan
unsur kecil seperti sisir, kancing, baju, peniti, dan lain-lainnya yang dijual
di pinggir jalan.
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
2. Organisasi ekonomi,
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang utama.
6. Sistem pengetahuan
kebudayaan bersifat universal atribut dari setiap masyaraka di dunia ini. Akan tetapi,
apabila seseorang dari masyarakat tertenta berhubungan dengan seseorang yang
menjadi anggota masyarakat yang berlainan, dia akan sadar bahwa adat istiadat kedua
masyarakat tersebut tidak sama. Hal itu disebabkan pendukung kebudayaan tersebut
yaitu kedua masyarakat tadi mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda satu
dengan lainnya. Artinya, perbedaan kedua kebudayaan tersebut terletak pada
perbedaan latar belakangnya.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life)
Cobalah ambil contoh perbedaan antara seorang anak yang dibesarkan di kota
dengan seorang anak yang dibesarkan di desa Anak kota terliha lebih berani
menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebudayaan yang tertentu Sementara
itu, seorang anak yang dibe- sarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri
sendiri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense of value). Lain contoh
adalah orang kota lebih individualistis karena kebudayaan di kota menciptakan suatu
9
pergaulan hidup individu mengurus nasibnya sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan kota
terdapat aneka macam pekerjaan yang mempunyai sifat-sifat yang lain.
Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada kept badian
seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbed dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara-cara
mereka bergaul. Perilak demikian tentunya lebih dimengerti oleh teman-teman
sejawatnya yang mempunyai pekerjaan dan keahlian yang sama. (Prof. Dr. Soerjono
Soekanto, 2017)
Inti kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem nilai yang dianut oleh masyarakat
pendukung kebudayaan bersangkutan. Sistem nilai tersebut mencakup konsepsi-
konsepsi abstrak tentang apa yang diang gap buruk (sehingga harus dihindari) dan
apa yang dianggap baik (sehingga harus selalu dianuti). Dengan demikian, dikenal
pembedaan antara nilai-nilai yang positif dengan nilai-nilai yang negatif.
Karena sistem nilai tersebut bersifat abstrak (bahkan sangat abstrak), maka perlu
diketengahkan beberapa indikator nilai-nilai, yaitu:
5. konsepsi mengenai hakikat lingkungan sosial. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)
E. Gerak Kebudayaan
Dalam uraian-uraian sebelumnya telah diterangkan bahwa tak ada kebudayaan yang
statis. Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan
sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi
wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi sebab mengadakan hubungan-
hubungan dengan manusia lainnya. Artin karena terjadinya hubungan antarkelompok
manusia di dalam masyarakat. Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia
dengan suatu keb dayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudaya
asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudaya asing itu dengan
lambat-laun diterima dan diolah ke dalam kebudaya sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan i sendiri. (Koentjaraningrat, 2009)
Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu
untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan
daya upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada
di dalam masyarakat. Kekuatan-ke- kuatan yang tersembunyi dalam masyarakat tidak
selamanya baik. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan yang buruk, manusia terpaksa
melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya
merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan
berlaku di dalam pergaulan hidup. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)
13
Kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan (hukum), yang biasanya sengaja dibuat dan
mempunyai sanksi tegas. Peraturan bertujuan membawa suatu keserasian dan
memerhatikan hal-hal yang bersangkut-paut dengan keadaan lahiriah maupun
batiniah manusia. Peraturan (hukum) dibuat oleh negara atau badan-badan negara
yang diberi wewenang, seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat di Indonesia, pemerintah, dan lain sebagainya. Peraturan (hukum) ada yang
bersifat tertulis dan tidak tertulis, di mana yang terakhir, di Indonesia dinamakan
hukum adat. Peraturan-peratur (hukum) yang tertulis sifatnya sering kali terlampau
kaku dan biasam kurang dapat mengikuti kepesatan perkembangan dan kebutuha
kebutuhan masyarakat. (Prof. Dr. Soerjono Soekanto, 2017)
14
PENUTUP
Kesimpulan
15
16
Prof. Dr. Soerjono Soekanto. (2017). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Roucek dan Warren. (1962). Sociology an Introduction. New Jersey: Littlefield Adams & Co.
17