Anda di halaman 1dari 12

KEBUDAYAAN DAN ADAT ISTIADAT

DESA CABANG ABUNG RAYA

( Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS)

Dosen pengampu : Suhardiansyah M.Pd

DISUSUN OLEH :

Sri Asih Subekti 2111100129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MADRASAH


IBTIDAIYAHFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNGTAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam Konsep
Dasar IPS. Makalah ini membahas mengenai Kebudayaan dan Adat Istiadat Desa
Cabang Abung Raya Kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada bapak
dosen atas segala arahan dan bimbingan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
utamanya kepada penulis sendiri. Penulis menyadari, bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan
kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Bandar lampung, 22 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, agama, kepercayaan, ras, bahasa daerah dan lain
sebagainya.Tingginya keberagaman itu lah lahir berbagai budaya ataupun
adat istiadat dari masing-masing suku, agama dan kepercayaan. Sehingga di
negara Indonesia sangat familiar istilah multietnis, plural dan multikultural.
Masyakarat multikultural merupakan suatu keadaan masyakarat yang di
dalamnya terdapat keaneka ragamaan budaya, termasuk di dalamnya terdapat
keaneka ragamaan bahasa, adat istiadat, dan pola-pola sebagai tatanan
perilaku anggota masyarakatnya. Multikulturalisme menjadi suatu
kebutuhan bersama apabila kita mengakui heterogenitas dalam masyarakat.
Dalam konteks inilah,peran serta masayarakat memainkan peran yang sangat
penting untuk mendorong agar kemajemukan di Indonesia dapat tampil
sebagai suatu kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Disisi lain,
multikulturalisme dapat menjadi sumber konflik dan persoalan sosial. Hal
tersebut dikarenakan heterogenitas belum diakuai dan difahami oleh semua
lapisan masyarakat.
Terjadinya multikulturalisme dalam masyarakat salah satunya dikarenakan
adanya transmigrasi pada masa lampau. Baik dengan tujuan ekonomi atau
demografi. Salah satu daerah tujuan transmigrasi pada masa itu adalah
Sumatra, dan seluruh pelosok-pelosok Sumatra. Termasuk provinsi
Lampung dan seluruh bagian nya.

A. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kebudayaan ?
2. Bagaimana Antar Suku Di Desa Cabang Abung Raya Dalam Menjalin
Keharmonisan ?
3. Bagaimana Perekonimian Desa Cabang Abung Raya?

B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Kebudayaan
2. Menjelaskan Bagaimana Antar Suku Di Desa Cabang Abung Raya
Dalam Menjalin Keharmonisan ?
3. Bagaimana Perekonimian Desa Cabang Abung Raya?
4
5
BAB I
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan
1. Definisi Kebudayaan
Dalam ilmu kebudayaan dan kemasyarakatan (antropologi dan sosiologi) konsep
kebudayaan mempunyai arti yang sangat luas. Dalam ilmu-ilmu ini kebudayaan
diartikan semua yang dipelajari manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Setiap
generasi dalam suatu masyarakat mewariskan kepada generasi berikutnya hal-hal
yang bersifat abstrak (gagasan, nilai-nilai, norma-norma) dan hal-hal atau benda-
benda yang bersifat kongkrit. Apa yang dipelajari atau apa yang diwariskan
tersebut disebut secara umum kebudayaan. Dengan demikian wujud kebudayaan
tersebut ada yang ideal (abstrak) dan ada yang kongkrit (benda-benda budaya).
Kebudayaan dipelajari, memberi makna terhadap realitas, bukan hanya cara
bertingkah laku, juga berfikir.1
Definisi kebudayaan sangat banyak sekali. Inventarisasi yang dilakukan oleh
Kroeber & Kluckhohn, dan Koentjaraningrat, telah menemukan lebih kurang 179
definisi. Kata kebudayaan yang merupakan terjemahan kata culture yang berasal
dari kata Latin colere berarti “mengolah, mengerjakan”, yaitu mengolah tanah atau
bertani.2 Dari pengertian ini ia berkembang menjadi ungkapan yang berarti segala
daya dan usaha manusia untuk mengolah alam. Hanya manusialah yang dikarunia
Tuhan dengan daya untuk merubah alam dengan menggunakan akalnya.

2. Wujud Kebudayaan
Wujud kebudayaan sebagai suatu sistim dari ide-ide dan konsepkonsep dari wujud
kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola
harus dibedakan secara tajam. Gagasan ini pertama kali dianjurkan oleh Talcott

1 Fred Plog dan Daniel G. Bates, Cultural Anthropology (USA: Alfred A. Knopf Inc., 1980), h. 9.
2 Soerjanto Poespowardojo, Pembangunan Nasional Dalam Perspektif Budaya:

Sebuah Pendekatan Filsafat (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993), h. 63.

6
Parson dan A.L. Kroeber.Sependapat dengan hal tersebut, J.J Honigmam membagi
tiga gejala kebudayaan kepada:
a. Ide-ide
b. Aktivitas
c. Artifak
Koentjaraningrat sendiri setuju dengan pembagian tersebut. Lebih tegas, ia
membagi wujud kebudayaan kepada tiga bagian, yaitu:3
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud kebudayaan yang pertama bersifat abstrak, ia berupa nilainilai yang dianut
dan difahami. Nilai-nilai, gagasan-gagasan dan normanorma tersebut merupakan
wujud ideal dari kebudayaan yang pada prakteknya bisa sangat jauh berbeda
darinya. Sebagai ide, gagasan, nilai dan norma, wujud kebudayaan ini berada di
dalam kepala masyarakat sebagai gambaran tentang wujud ideal dari kebudayaan.
Wujud ideal dari kebudayaan hidup dan berkembang di kalangan masyarakat dan
menjadi sebuah sistim dalam kehidupan sosial. Para ahli Sosiologi dan Antropologi
menyebutnya sebagai cultural system (sistim kultural). Dalam bahasa Indonesia,
istilah ini diterjemahkan sebagai adat atau adat-istiadat dalam bentuk plural.
Sedangkan kompleks aktivitas masyarakat sebagai wujud kebudayaan dikenal
dengan istilah social system (sistim sosial). Sistim sosial berkenaan dengan
tindakan berpola dari aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta
bergaul dengan manusia lain dalam masyarakat. Sistim sosial berbeda dengan adat,
di mana sistim sosial bersifat konkrit sebagai tindakan yang dapat diamati dan
didokumentasikan.
Bentuk ketiga ada artifak yakni keseluruhan benda fisik yang merupakan hasil
karya manusia. Benda ini sangat konkrit, dapat diraba, dilihat dan dirasakan.
Artifak sebagai wujud kebudayaan menjelaskan tingkat sistim kultural masyarakat
pada zamannya. Kompleksitas artifak sebuah masyarakat membuktikan
kompleksitas sistim kulturalnya. Singkatnya artifak adalah benda-benda budaya

3 A.L. Kroeber dan Talcott Parson, The Concept of Culture and Social System sebagaimana dikutip oleh
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 186.
7
seperti pesawat, penggilingan, rumah, pabrik, pakaian, peralatan dan sebagainya
yang semuanya menjelaskan kebudayaan yang berkembang pada masyarakatnya.
Ketiga wujud kebudayaan tersebut adalah suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan ideal mengarahkan dan memberi contoh bagi adat-istiadat
dan keduanya menghasilkan karya manusia. Fikiran dan tingkah-laku manusia
menghasilkan karya berupa benda fisik. Sebaliknya, karya-karya fisik atau
kebudayaan fisik menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga
berpengaruh pada pola fikir dan tingkah lakunya. Singkatnya ketiga wujud
kebudayaan tersebut saling berpengaruh dan tidak terpisahkan satu dengan yang
lain.
Akan tetapi untuk kepentingan ilmu pengetahuan yang akan menjelaskan seluruh
wujud kebudayaan dengan detil dan jelas, pembagian tiga wujud tersebut sangat
peting. Hingga seorang peneliti mampu mengambil salah satu dari wujud
kebudayaan dan mengabaikan yang lain. Seorang peneliti bisa mengambil sistim
budaya saja untuk menjelaskan cita-cita budaya, pandangan hidup dan nilai-nilai
maupun norma-norma hukum dari sebuah masyarakat. peneliti juga bisa meneliti
tindakan sebagai wujud kebudayaan dan mengabaikan cita-cita idealnya

B. Keharmonisan Antar Suku Desa Cabang Abung Raya


Suku merupakan salah satu identitas yang biasanya dijunjung tinggi oleh bagian
dari suku tertentu. Keberagaman suku dalam masyarakat akan membentuk
karakteristik yang berbeda-beda. Karna setiap suku memiliki kekhasan atau unsur-
unsur budaya yang dijungjung tinggi oleh kelompoknya. Kebudayaan yang
dimaksud adalah kebudayaan kemasyarakatan. Yakni kebudayaan yang
memberikan kepada anggotanya berbagai cara hidup yang penuh arti dalam segala
kegiatan manusia, termasuk kehidupan sosial, pendidikan, agama, hiburan dan
ekonomi, yang mencakup baik bidang publik maupun pribadi.
Kebudayaankebudayaan itu cenderung berkonsentrasi secara teritorial, berdasarkan
bahasa yang sama.4
Cabang Abung Raya merupakan salah satu kampung kecil yang terletak di
kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Kampung ini terdiri dari 3 suku
besar, baik yang mayoritas maupun yang minoritas, yakni suku Jawa,dan suku
Ogan,dan Suku Lampung. Suku Ogan merupakan suku yang paling dominan di

4 Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural (Jakarta: LP3ES, 2011)hlm.114


8
kampung ini, yakni mencapai 70% dari total jumlah penduduk, sedangkan suku
Jawa dalah suku terbesar kedua setelah suku Ogan yang mencapai 20%, sedangkan
suku Lampung hanya mencapai 9% dan sisanya adalah suku kecil
lainnya.Ketiganya hidup berdampingan dan harmonis dengan segala dinamika
kehidupanya. Selain 3 suku besar diatas, masih ada beberapa suku kecil yang
merupakan bagian dari warga kampung Cabang Abung Raya, seperti suku Sunda,
dan Palembang .5
Keamanan dan kerukunan tentu menjadi prioritas utama bagi masyarakat
multikultural. Sebagai bukti kecil kerukunan yang terjalin di kampung tersebut
seperti, masing-masing suku saling membantu dan antusias dalam melaksanakan
adat atau kegiatanya masing-masing (suku). Gotong royong dalam menjaga
ketertiban dan keamanan kampungpun dilaksanakan bersama-sama, saling
membaur dan tanpa canggung, meskipun sebagaian tempat tinggal masing-masing
suku berkumpul menjadi satu atau ngeblok Meskipun di dalamnya terdapat banyak
perbedaan, baik perbedaan bahasa, budaya maupun adat istiadat.
Hal tersebut di daerah lain menjadi salah satu pemicu konflik antar suku.
Keharmonisan yang dimaksud tentu tidak lepas dari peran serta para petinggi suku
maupun kepala kampung, baik yang terdahulu hingga yang sekarang.
Masingmasing masa pemerintahan memiliki cara dan strategi sendiri dalam
mengatur masyarakatnya yang multikultural. Selain itu peran masyarakat sangat
menentukan atas terciptanya kerukunan yang ada di kampung Kutowinangun.
Terkait dengan kerukunan antar suku di kampung Cabang Abung Raya Kecamatan
Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, penulis sudah melakukan penelitian
terkait hal tersebut dengan batas waktu yang telah di tentukan, serta mengikuti
prosedur penelitian yang sudah di tentukan. Meskipun banyak hal-hal yang melatar
belakangi kerukunan di kampung Cabang Abung Raya, namun peneliti hanya
berfokus pada hal-hal yang melatar belakangi terciptanya kerukunan serta strategi
yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai kerukunan tersebut.
C. Perekonomian Desa Cabang Abung Raya
Cabang Abung Raya merupakan desa yang berada di kecamatan Abung Selatan,
Kabupaten Lampung Utara, Lampung, Indonesia.Meningkatnya Perekonomian
merupakan Simbol kesejahteraan masyarakat dalam Kehidupan sosialnya, Seperti

5 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Kumrotin yang merupakan suku Jawa, Pada 23 April 2022
9
program prioritas yang di jalankan oleh Pemerintahan Desa Cabang Abung Raya
Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, jumat(13/09/2019).
Dengan mengkedepankan asas musyawarah Desa, untuk membuat program kerja,
selain pembangunan infrastruktur yang manfaatnya guna peningkatan dan
kemajuan Desa, sisi lain yang wajib menjadi perhatian adalah pemberdayaan dan
peningkatan ekonomi menjadi suatu keharusan. Seperti yang di Gaungkan
pemerintahan Desa Cabang Abung Raya dalam meningkatkan perekonomian warga
Desa melaui BUMDES yang mengutamakan bidang pertanian Desa.

Dalam penjelasnya kepada rombongan Awak pewarta, Herdianto, sang kepala


Desa, mengatakan” Dalam menjalankan kewajiban sebagai abdi masyarakat” saya
berharap kepada semua warga masyarakat untuk dapat bersama, bahu membahu
dalam pembangunan desa, Mari bersama kita rawat dan jaga semua hasil
pembangunan yang telah kita capai bersama agar dapat kita rasakan bersama,
ujarnya ramah.
“Bumdes saya perioritaskan karena menyangkut hajad hidup semua masyarakat,
Bidang pertanian yang kita utamakan karena mayoritas warga desa
menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian, melalui proses belajar dan hasil
yang menurut perhitungan dalam tata kelola pertanian, saya berharap kepada
seluruh warga untuk dapat bersama kita tingkatkan perekonomian warga, Demi
tercapainya kehidupan yang tentram damai, aman dan sejahtera semua,
pungkasnya6

6 https://haluanlampung.com/2019/09/13/bumdes-desa-cabang-abung-raya-utamakan-pertanian/ Diakses
Sabtu, 23 April 2022
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

kebudayaan mempunyai arti yang sangat luas. Dalam ilmu-ilmu ini


kebudayaan diartikan semua yang dipelajari manusia sebagai anggota suatu
masyarakat. Setiap generasi dalam suatu masyarakat mewariskan kepada
generasi berikutnya hal-hal yang bersifat abstrak (gagasan, nilai-nilai, norma-
norma) dan hal-hal atau benda-benda yang bersifat kongkrit. Apa yang
dipelajari atau apa yang diwariskan tersebut disebut secara umum kebudayaan.
Dengan demikian wujud kebudayaan tersebut ada yang ideal (abstrak) dan ada
yang kongkrit (benda-benda budaya). Kebudayaan dipelajari, memberi makna
terhadap realitas, bukan hanya cara bertingkah laku, juga berfikir.
Suku merupakan salah satu identitas yang biasanya dijunjung tinggi oleh bagian
dari suku tertentu.Keamanan dan kerukunan tentu menjadi prioritas utama bagi
masyarakat multikultural. Sebagai bukti kecil kerukunan yang terjalin di
kampung tersebut seperti, masing-masing suku saling membantu dan antusias
dalam melaksanakan adat atau kegiatanya masing-masing (suku). Gotong
royong dalam menjaga ketertiban dan keamanan kampungpun dilaksanakan
bersama-sama, saling membaur dan tanpa canggung, meskipun sebagaian
tempat tinggal masing-masing suku berkumpul menjadi satu atau ngeblok
Meskipun di dalamnya terdapat banyak suku.

B. Saran

Demikian makalah ini penulis buat, jika terdapat kesalahan dalam

penulis maupun penyampaiannya penulis mengharapkan kritikan dan saran

dari pembaca. Atas kritikan dan saran dari pembaca penulis ucapkan terima

kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA
A.L. Kroeber dan Talcott Parson, The Concept of Culture and Social System sebagaimana
dikutip oleh Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
186.

Fred Plog dan Daniel G. Bates, Cultural Anthropology (USA: Alfred A. Knopf
Inc., 1980), h. 9.
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Kumrotin yang merupakan suku Jawa, Pada 23 April 2022
https://haluanlampung.com/2019/09/13/bumdes-desa-cabang-abung-raya-
utamakan-pertanian/ Diakses Sabtu, 23 April 2022

Soerjanto Poespowardojo, Pembangunan Nasional Dalam Perspektif Budaya:


Sebuah Pendekatan Filsafat (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993), h.
63.

Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural (Jakarta: LP3ES, 2011)hlm.114

Anda mungkin juga menyukai