Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENSTRUASI REGULATION & ABORTUS

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah


Mata kuliah : Masa’il Fiqiyah

Disusun Oleh :
Anggun Putri Andari
NIM : 0101.21.0014

Dosen Pengampu :
Dr. Kamalin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TAFAQQUH FIDDIN DUMAI
TAHUN 2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, tuhan yang maha esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-NYA, sehingga penyusunan tugas ini
dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah atas nabi kita
muhammad SAW, yang atas kehadirannya yang telah membawakan cahaya
islami.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Masa’il
Fiqiyah dengan judul “MENSTRUASI REGULATION & ABORTUS”. Terima
kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Kamalin. Selaku dosen mata kuliah Masa’il
Fiqiyah yang telah membimbing.

Demikianlah tugas ini tugas ini disusun, semoga bermanfaat khususnya


bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagi kita semua. Menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat menjadi lebih baik.

Dumai, 8 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 1

BAB II ......................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Pengertian Menstruasi Regulation & Abortus ......................................... 3
B. Faktor-faktor Penyebab Menstruasi ........................................................ 4
C. Jenis-jenis Abortus ................................................................................. 5
1. Versi Perspektif Medis ...................................................................... 5
2. Versi Perspektif Fiqh ......................................................................... 6
D. Aborsi dalam Perspektif Hukum Islam ................................................... 7

BAB III ........................................................................................................ 11

PENUTUP ................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................ 11
B. Saran...................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang suci, yang dibawah oleh nabi Muhammad saw
sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk
menikmati kehidupan baik hewan, tumbuhan maupun manusia (terutama) yang
menyandang gelar khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu ajaran Islam sangat
mementingkan pemeliharaan terhadap 5 hal yaitu agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta.
Memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai ancaman berarti
memelihara eksistensi kehidupan umat manusia. Namun, tidak semua orang
merasa senang dan bahagia dengan setiap kelahiran yang tidak direncanakan,
karena faktor kemiskinan, hubungan diluar nikah dan alasan-alasan lainnya. Hal
ini mengakibatkan, ada sebagian wanita yang mengugurkan kandungnya setelah
janin bersemi dalam rahimnya.
Maka dari itu, perlu adanya pembahasan mengenai menstruasi regulation
dan abortus yang sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda, tetapi
tujuannya boleh dikatakan sama, yaitu tidak menginginkan keturunan. Di samping
itu juga kedua hal ini saling keterkaitan, karena keduanya mempunyai tujuan yang
sama. Sama-sama untuk menghilangkan kandungan, baik dipaksa oleh ibunya
(wanita yang mengandung, atau oleh orang lain atas permintaan dan kerelaannya).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari menstruasi regulation dan abortus?
2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab menstruasi regulation dan
abortus?
3. Apa saja jenis-jenis abortus?
4. Bagaimana hukum perspektif islam pada abortus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian menstruasi regulation dan abortus
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan seseorang untuk
melakukan aborsi

1
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis abortus
4. Untuk mengetahui bagaimana hukum perspektif islam pada abortus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menstruasi Regulation & Abortus


Menstruasi Regulation secara harfiah artinya pengaturan menstruasi/haid.
Tetapi dalam praktek, menstrual regulation ini dilaksanakan terhadap wanita yang
merasa terlambat waktu menstruasi dan berdasarkan pemeriksaan laboratoris
ternyata positif dan mulai mengandung. Dengan demikian, bahwa menstrual
regulation itu pada hakikatnya merupakan abortus provocatus criminalis,
sekalipun dilakukan oleh dokter. Hal ini berarti, bahwa menstrual regulation itu
pada hakikatnya adalah pembunuhan janin secara terselubung.
Berdasarkan KUHP Pasal 346, 347, 348 dan 349 negara melarang abortus,
termasuk menstrual regulation dan sanksi hukumnya cukup berat, bahkan
hukumnya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang bersangkutan, tetapi semua
orang yang terlibat dalam kejahatan ini dapat dituntut, seperti dokter, dukun bayi,
yang mengobati, yang menyuruh atau yang membantu atau yang melakukan
sendiri, sebagaimana dikemukakan di atas. Jika diamati pasal-pasal tersebut maka
akan dapat diketahui bahwa ada 3 (tiga) unsur pada kasus pengguguran
kandungan yakni : (1) janin (2) ibu yang mengandung; (3) orang ketiga yang
terlibat pada pengguguran tersebut.
Agama Islam melarang ber-KB dengan menstrual regulation karena pada
hakikatnya sama dengan abortus, merusak/menghancurkan janin, calon manusia
yang dimuliakan Allah, sedangkan janin itu berhak tetap survive dan lahir dalam
keadaan hidup sekalipun eksistensinya hasil dari hubungan yang tidak sah
(Jauhari: 2020).
Aborsi atau abortus dari bahasa Inggris yaitu abortion yaitu penghentian
dini suatu proses alami atau penyakit, pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
sebelum janin viabel (Daniel: 2007). Dalam bahasa arab disebut Isqotu al-Hamli
al-Ijhad. Sedangkan secara terminologis, menurut Sardikin Gina Putra aborsi
ialah pengeluran hasil konsep dari rahim sebelum hasil konsepsi dapat lahir secara
alamiah dengan adanya kehendak merusak hasil konsepsi tersebut, Menurut Nani
Soede SH, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan pada waktu janin masih
sedemikian kecilnya, sehingga janin tidak dapat hidup (Huzaimah: 2001).

3
Menurut Koesnadi, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan pada waktu janin
masih sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat hidup diluar rahim, yaitu apabila
berat badan janin masih kurang dari 1000 gr atau kehamilannya kurang dari 20
minggu (Koesnandi, 1992: 130).
Janin yang sudah berusia 16 minggu dapat disamakan dengan manusia,
karena peredaran darahnya yang merupakan tanda dari kehidupan, telah berfungsi
sebagaimana mestinya. Jika pengertian nyawa ditafsirkan sebagai tanda mulai
berfungsi kehidupan ini, maka kesimpulan tersebut menjadi amat beralasan,
sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya : “Dari Zaid bin Wahab dari
Abdillah meriwayatkan : Rasulullah SAW menjelaskan kepada kami (Beliau
adalah benar dan dapat dipercaya), bahwa sesungguhnya seseorang diantara
kalian dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai
nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqoh (segumpal darah) dengan waktu
yang sama, kemudian diutus seorang malaikat meniupkan ruh kepadanya” (HR.
Muslim).
Maka dapat disimpulkan, bahwa janin yang dikeluarkan sebelum mencapai
16 minggu dan sebelum mencapai berat 1.000 gram, dipandang sebagai abortus,
baik karena alasan medis maupun karena didorong oleh alasan-alasan lain yang
tidak sah menurut hukum. Adapun pengguguran janin yang sudah berusia 16
minggu ke atas, harus dimasukkan ke dalam pengertian pembunuhan, karena
sudah bernyawa.

B. Faktor-faktor Penyebab Menstruasi Regulation & Abortus


Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus dan menstruasi
regulation pada seorang ibu yaitu, sebagai berikut :
1. Indikasi medis; yaitu seorang dokter menggugurkan kandungan seorang
ibu, karena dipandang bahwa nyawa wanita yang bersangkutan, tidak
dapat tertolong bila kandungnya dipertahankan, karena mengindap
penyakit yang berbahaya; antara lain: penyakit jantung, paru-paru, ginjal,
dan sebagainya.
2. Indikasi sosial; yaitu dilakukan penguguran kandungan karena didorong
oleh faktor kesulitan seperti; (a) karena seorang ibu telah menghidupi
beberapa orang anak, pada ia tergolong dalam orang miskin, (b) karena

4
seorang wanita korban pemerkosa seorang pria yang tidak mau
bertanggung jawab, (c) karena malu dikatakan dihamili oleh pria yang
bukan suaminya, dan sebagainya (Mahyuddin: 2003).
Selanjutnya, alasan seseorang melakukan abortus antara lain, yaitu: (a)
Tidak ingin memiliki anak karena khawatir menggangu karir, sekolah atau
tanggung jawab yang lain. (b) Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak.
(c) Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (Maria, h. 73).
Di sisi lain abortus bisa disebabkan karena masih terlalu muda (terutama
mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak.
Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang
mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan
seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam
kandungannya. Alasanalasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di
Indonesia yang mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada di
dalam kandungannya adalah boleh dan benar. Semua alasan-alasan ini tidak
berdasar. Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian
seorang wanita, yang hanya mementingkan dirinya sendiri termasuk takut tidak
mampu membiayai, takut dikucilkan, malu, atau gengsi (Saiful: 2008).

C. Jenis-jenis Abortus
Menurut Maria Ulfa Anshor, jenis-jenis abortus terbagi kepada dua versi
yaitu :
1. Versi Perspektif Medis
a. Abortus Spontan (abortus spontaneus)
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi secara alamiah, bukan karena
perbuatan manusia. Biasanya abortus spontan diawali dengan pendarahan tanpa
diketahui sebabnya, tetapi ada yang disebabkan karena terjatuh, penyakit, deman
yang tinggi, missed abortion dan sebagainya. Fenomena tersebut dalam istilah
fiqh disebut al-isqat al-afwu yang berarti abortus yang dimaafkan.
Abortus spontan dalam ilmu kedokteran dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
(1) Arbortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang
mengancam akan terjadi abortus. Kadangkadang keadaan demikian masih dapat
diselamatkan. (2) Abortus Incipiens (inevitable abortion), yaitu terdapat gejala

5
akan terjadinya abortus, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim.
Dalam hal demikian janin tidak dapat diselamatkan lagi. (3) Abortus Incompletus,
artinya apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih
berada dalam rahim dan memerlukan pengobatan atau pengosongan rahim
secepatnya. (4) Abortus Completus, yaitu penyeluaran keseluruhan buah
kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan
(Setiawan: 1998).
b. Abortus Disengaja (abortus provocatus)
Abortus yang disengaja ialah abortus yang terjadi secara sengaja karena
sebab-sebab tertentu, dalam istilah fiqh disebut al-isqat al-adarury. Abortus jenis
ini memiliki konsekuensi hukum yang hukumannya tergantung pada faktor-faktor
yang berhubungan dengan abortus tersebut. Abortus yang disengaja terbagi
kepada dua, yaitu: (1) Abortion artificialis therapicus ialah jenis abortus yang
pengugurannya dilakukan oleh tenaga medis disebabkan faktor adanya indikasi
medis. Abortus ini dilakukan dengan tujuan menyelamatkan jiwa seseorang ibu,
apabila kehamilan dipertahankan maka akan membahayakan dan mengamcam
keselamatan jiwa si ibu. (2) Abortion provocatus criminalis yaitu jenis abortus
yang dilakukan tanpa ada penyebab dari tindakan medis atau dengan kata lain
bukan disebabkan persoalan kesehatan medis, tetapi biasanya lebih disebabkan
karena permintaan dari pasien disebabkan faktor ekonomi, sanksi moral dan
sebagainya (Asiandi: 2005).
2. Versi Perspektif Fiqh
a. Abortus spontan (al-isqat al-dhaty)
Abortus spontan (al-isqat al-dhaty), artinya janin gugur secara alamiah
tanpa adanya pengaruh dari luar, atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan
abortus ini disebabkan oleh kelainan kromozon, hanya sebagian kecil disebabkan
oleh infeksi, kelainan rahim serta kelainan hormon.
b. Abortus karena darurat (al-isqat al-darury)
Abortus karena darurat yaitu abortus yang dilakukan karena ada indikasi
fisik yang mengamcam nyawa ibu bila kehamilannya dilanjutkan. Dalam hal ini
yang dianggap lebih ringan resikonya adalah mengorbankan janin. Abortus model

6
ini dibolehkan dan didukung oleh kaidah fiqh yaitu: “Yang lebih ringan di antara
dua bahaya bila dilakukan demi menghindari resiko yang lebih membahayakan”.
c. Abortus karena khilaf atau tidak disengaja (khata’)
Abortus ini dilakukan karena khilaf atau tidak disengaja misalnya seorang
ibu kena peluru nyasar, sehingga janin yang dikandungnya mengalami keguguran.
Menurut pendapat ulama orang yang menembak tersebut harus bertanggung jawab
dan dikenakan ghurrah. Ghurrah ialah uang kompensasi atau pembayaran diyat
(uang tebusan) atas kematian janin, jumlahnya bervariasi tergantung usia janin
yang digugurkan, maksimal 5 ekor unta.
d. Abortus yang menyerupai kesengajaan (syibh’amd)
Abortus ini dilakukan dengan cara menyerupai kesengajaan, misalnya
seorang suami menyerang istrinya yang tengah hamil muda hingga
mengakibatkan ia keguguran. Dikatakan menyerupai kesengajaan karena serangan
memang tidak ditujukan langsung pada janin, tetapi pada ibunya sehingga
keguguran.
e. Aborsi sengaja dan terencana (al-‘amd)
Abortus ini dilakukan secara sengaja dan terencana, misalnya seorang ibu
sengaja meminum obat dengan manusia meleblhi makhluk yang lai maksud
kandungannya gugur, atau sengaja menyuruh dokter, dukun atau lainnya untuk
menggugurkan kandungannya. Abortus jenis ini dianggap berdosa dan pelakunya
dihukum pidana (Saiful, 2008: 46-48).

D. Aborsi dalam Perspektif Hukum Islam


Tindakan aborsi tersebut jelas termasuk kategori dosa besar yang
merupakan tindakan kriminal. Pelakunya dikenai diyat ghurrah budak pria atau
wanita, yang nilainya sama dengan 10 dyat manusia sempurna. Dalam kitab Ash-
Shahihayn, telah diriwayatkan bahwa umar telah meminta masukan para sahabat
tentang aktifitas imlash yang dilakukan seorang wanita, dengan cara memukuli
perutnya, lalu janinnya pun gugur. Al-Mughirah bin Syu’bah berkata: “Rasulullah
saw. Telah memutuskan dalam kasus seperti itu dengan diyat ghurrah 1 budak pria
atau wanita”. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Muhammad bin Maslamah,
yang pernah menjadi wakil Nabi saw. Di Madinah. Karena itu, pada dasarnya
hukum aborsi tersebut haram.

7
Persoalan aborsi ini dibawah usia tiga bulan memang masih mengandung
perbedaan pendapat. Salah seorang ulama yang membolehkan aborsi adalah
Muhammad Ramli dalam kitabnya An-Nihayah, dengan alasan karena pada masa
itu belum ada makhluk yang bernyawa. Yang jelas setelah itu, sejak berusia empat
bulan, para ulama sepakat mengharamkan pengguguran karena sudah ditiupkan ke
dalam janin akan hidup sebagai manusia.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang hukum
aborsi sebagai respons pertanyaan masyarakat. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Nomor 4 Tahun 2005, tentang aborsi menetapkan ketentuan hukum aborsi sebagai
berikut :

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinnya implantasi blastosis pada dinding


rahim ibu (nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun
hajt. Darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang apabila tidak melakukan
sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati. Sedangkan
hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu
yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan besar. Dengan catatan,
kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud harus dilakukan sebelum janin
berusia 40 hari.
3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
Fatwa tersebut berdasarkan pada dalil-dalil;
a. Al-Qur’an dan Hadits
Hadits Imam al-Bukhari dari Abdullah “Seseorang dari kamu
ditempatkan penciptanya di dalam perut ibunya dalam selama empat
puluh hari, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu pula (40 hari),
kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari); kemudian Allah
mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan
dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rezeki dan ajalnya, serta celaka atau
bahagianya kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” (Hadis riwayat Imam
al-Bukhari dari Abdullah). Hadits diatas menunjukkan bahwa permulaan
penciptaan janin dan penampakkan anggota-anggota tubuhnya, adalah
setelah melewati 40 atau 42 malam.

8
Dengan demikian, penganiyaan terhadapnya adalah suatu
penganiyaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai
manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan
penganiyaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan
uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,
diharamkan mengugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya
telah berumur 40 hari. Siapa saja dari mereka yang melakukan
pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan
tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang
gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh
diyat manusia sempurna (10 ekor unta), sebagaimana telah diterangkan
dalam hadits shahih dalam masalah tersebut.
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula
membahayakan orang lain.” (Hadis riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah
bin al-Shamit, Ahmad dari Ibn ‘Abbas, dan Malik dari yahya). Selain
daripada itu, dalam menyikapi janin hasil perzinahan sekalipun, Nabi
Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan kepada perempuan dari
suku al-Ghamidiyah yang melakukan perzinahan untuk mengaborsi
kandungannya. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah ini, Nabi justru
menangguhkan pengabulan permintaannya untuk disucikan dengan
hukuman rajam sampai melahirkan yang diteruskan sampai berakhirnya
masa menyusui bayi, demi keberlangsungan hidup janin dan menjunjung
tinggi kehidupannya.
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap
penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang
terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan
mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi
seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan
penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelematkan kehidupan adalah
sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah dalam
Qur’an Surah al-Maidah: 32.

9
Agama Islam memberi aturan bagi islam dalam rangka kehidupan
dan peradaban yang lebih baik. Tak terkecuali dalam hal pengguguran
kandungan yang disengaja atau aborsi. Hukum aborsi menurut Islam jelas
keharamannya karena janin bayi yang berada dalam rahim seorang ibu
telah mempunyai nyawa. Penghilangan terhadap nyawa seseorang dengan
sengaja adalah pembunuhan. Allah SWT berfirman: Janganlah kalian
membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan cara yang
haq. (QS. al- An’am [6]: 151).
b. Kaidah Fiqih Berbagai pendapat Ulama
Dalam penetapan hukum pelarangan aborsi, terdapat sedikit
perbedaan dari keempat mazhab besar fiqih Islam, yaitu sebagai berikut :
1) Mazhab Hanafi, berpendapat bahwa aborsi bisa dilakukan hanya bila
membahayakan dan mengancam keselamatan si ibu dan hanya dapat
dilakukan sebelum masa empat bulan kehamilan.
2) Mazhab Maliki, melarang aborsi apabila telah terjadi pembuahan.
3) Mazhab Syafi’I, berpaham apabila setelah terjadinya fertilisasi zygote,
tidak boleh diganggu. Jika diganggu, dianggap sebagai kejahatan.
4) Mazhab Hambali, berpendapat karena adanya pendarahan yang
menimbulkan miskram, hal ini menunjukkan bahwa aborsi adalah
dosa.
Dari pandangan mazhab manapun, jelas menyatakan bahwa aborsi
dalam pandangan agama Islam tidak diperkenankan dan merupakan dosa
besar karena dianggap membunuh nyawa manusia tidak bersalah.
Pelakunya bisa diminta pertanggungjawaban atas tindakannya itu.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan (oleh atau sebab-sebab
tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan.
Dan menstrual regulation ialah pengaturan menstruasi/datang bulan/haid, tetapi
dalam praktek menstrual regulation ini dilaksanakan terhadap wanita yang merasa
terlambat waktu menstruasi dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratories
ternyata positif dan mulai mengandung. Maka ia minta "dibereskan janinnya" itu.
Maka jelaslah, bahwa menstruasi regulation itu pada hakikatnya adalah abortus
provocatus criminalis sekalipun dilakukan oleh dokter.
Abortus dan menstrual regulation pada hakikatnya adalah pembunuhan
janin secara terselubung. Karena itu berdasarkan kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP) pasal 299,346,348, dan 349 bahwa Negara melarang abortus
termasuk menstrual regulation dan sanksi hukumannya cukup berat, bahkan
hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang bersangkutan akan tetapi
juga semua orang yang terlibat dalam kejahatan ini dapat dituntut seperti dokter,
dukun bayi, tukang obat, dan sebagainya.

B. Saran
Perlu adanya meningkatkan pengetahuan mengenai faktor risiko abortus
sehingga mereka mengetahui faktor risiko kejadian abortus, khususnya pengaruh
usia, riwayat abortus dan jarak kehamilan, terutama untuk kaum wanita dan para
ibu-ibu diluar sana.

11
DAFTAR PUSTAKA

Imran, R. (2013). Abortus dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif. AL
MUNIR: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 111-127.
Jauhari, I. (2020). Aborsi menurut pandangan hukum Islam. Citra Justicia:
Majalah Hukum dan Dinamika Masyarakat, 21(1), 9-18.
Mardani, M. (2007). Aborsi dalam Perspektif Hukum Islam. Indonesian Journal
of International Law, 4(4), 5.
Rahmawati, R. (2013). TINDAKAN ABORSI (Tinjauan Menurut Hukum
Keluarga Islam). Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah, 11(1).
Saiful, S. (2018). ABORTUS DAN MENSTRUAL REGULATION. Jurnal
Ilmiah Islam Futura, 7(1), 42-63.

12

Anda mungkin juga menyukai