Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TENTENG PANDANGAN AGAMA DI

INDONESIA TERHADAP TINDAKAN MEDIS

(aborsi, transplantasi, inseminasi, bayi tabung, bedah plastik, KB


dan euthanasia)

Dosen Pengampu :
Safari Hasan S.IP., M.M.R

Disusun oleh :

SITI AISYAH 30720002

PRODI D3 KEBIDANAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN PEALAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Padangan agama di Indonesia terhadap tindakan medis” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama dan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kediri, 20 November 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENULISAN ........................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 5
2.1 Pengertian Aborsi dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam…... 5
2.2 Pengertian Transplantasi dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam 7
2.3 Pengertian Inseminasi dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam . 8
2.4 Pengertian Bayi Tabung dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam 11
2.5 Pengertian Bedah Plastik dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam 13
2.6 Pengertian KB dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam ............ 16
2.7 Pengertian Euthanasia dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam . 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 21
3.1 KESIMPULAN...................................................................................... 21
3.2 SARAN ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia sekarang hidup dalam masa yang berubah sangat cepat sehingga
manusia sekarang lebih peka terdahap persoalan-persoalan yang ada. Dengan
kemajuan dan pengetahuan teknologi telah mengubah dan meninggalkan hal-
hal yang berbau tradisional menuju ke modern, yang di akui sekarang lebih
banyak menggunakan tolak ukur keduniawian. Ini bukan saja dalam masalah
peribadatan tetapi juga dalam bidang muamalah dan yang lainnya. Perbuatan
dan tingkah laku sekarang menjadi perhatian yang lebih besar dari ajaran islam
kalau ada penyimpangan dari norma-norma agama dan ini berlaku di kalangan
kaum muslimin.
Seperti contoh mengapa wanita-wanita jaman sekarang lebih menyukai ahli
kandungaan? Dalam kenyataannya dengan cara ini angka kematian bayi dan
wanita yang melahirkan dapat ditekan serendah mungkin. Ini adalah
perhitungan kasar yang berarti bahwa dari perawatan kebidanan kaum wanita
yang sehat tidak lagi meninggal karena sebab kehamilan ataupun bersalin dan
bayi-bayi yang sehat dapat menikmati dunia ini lebih lama. Segala sesuatu dapat
dicapai melalui pengetahuan yang luas, fasilitas yang lebih baik, peralatan yang
lebih sempurna, dan spesialis yang terus berkembang.
Berangkat dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk meneliti hal-hal
bagaimana hukum aborsi, transplantasi, inseminasi, bayi tabung, bedah plastik,
KB dan euthanasia dalam tatanan hukum di Indoneisa dan dalam pandangan
Islam. Dari keingintahuan inilah penulis merasa tertarik untuk membahasnya
secara mendalam dan selanjutnya dituangkan dalam suatu tulisan berbentuk
makalah dengan judul: "Padangan agama di Indonesia terhadap tindakan
medis (aborsi, transplantasi, inseminasi, bayi tabung, bedah plastik, KB
dan euthanasia)”

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Aborsi dan bagaimana Hukumnya dalam Perspektif Hukum Islam
?
2. Apa itu Transplantasi dan bagaimana Hukumnya dalam Perspektif Hukum
Islam ?
3. Apa itu Inseminasi dan bagaimana Hukumnya dalam Perspektif Hukum
Islam ?
4. Apa itu Bayi Tabung dan bagaimana Hukumnyadalam Perspektif Hukum
Islam ?
5. Apa itu Bedah Plastik dan bagaimana Hukumnya dalam Perspektif Hukum
Islam ?
6. Apa itu KB dan bagaimana Hukumnya dalam Perspektif Hukum Islam ?
7. Apa itu euthanasia dan bagaimana Hukumnya dalam Perspektif Hukum
Islam ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Aborsi dalam Perspektif Hukum
Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Transplantasi dalam Perspektif
Hukum Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Inseminasi dalam Perspektif Hukum
Islam
4. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Bayi Tabung dalam Perspektif
Hukum Islam
5. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Bedah Plastik dalam Perspektif
Hukum Islam
6. Untuk mengetahui bagaimana Hukum KB dalam Perspektif Hukum Islam
7. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Euthanasia dalam Perspektif Hukum
Islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aborsi dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam

A. Aborsi

a) Pengertian Aborsi

Istilah aborsi secara bahasa berarti keguguran kandungan, pengguguran


kandungan, atau membuang janin. Dalam terminologi kedokteran, aborsi berarti
terhentinya kehamilan sebelum 28 minggu. Dalam istilah hukum, berarti
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir
secara alamiah). Meskipun istilah ini tentunya memerlukan penjelasan yang lebih
terinci lagi, utamanya dalam relatifitas batas terhentinya kehamilan dan terkait
dengan proses yang melatarbelakangi pengguguran atau keguguran kandungan,
namun data dipastikan bahwa pada umumnya memiliki substansi pemaknaan yang
hampir sama. Definisi senada yaitu aborsi ialah pengakhiran kehamilan atau hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau keluarnya isi rahim ibu
yang telah mengandung sebelum waktunya.

b) Aborsi Menurut Prespektif Hukum Islam


Aborsi dalam bahasa Arab diartikan al-ijhad, yang merupakan
bentuk masdar dari kata ajhada, yang artinya lahirnya janin karena dipaksa atau
lahir dengan sendirinya sebelum tiba saatnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2005 mengeluarkan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang Aborsi. Fatwa ini
dikeluarkan atas pertimbangan bahwa semakin banyak terjadi tindakan aborsi yang
dilakukan oleh masyarakat tanpa memperhatikan tuntunan agama. Selain itu, aborsi
juga banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki kompetensi di
bidangnya, sehingga banyak masyarakat yang mempertanyakan hukumnya, apakah
haram secara mutlak ataukah boleh dalam kondisi-kondisi tertentu.
Dengan mendasarkan pada al-Qur’an, hadis, kaidah fikih, dan pendapat para
ulama, maka MUI menyatakan:

5
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding
rahim ibu (nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun
hajat.

a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan


aborsi adalah:

1. Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut,
TBC dengan cavern dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus
ditetapkan oleh tim dokter. Dalam keadaan di mana kehamilan
mengancam nyawa si ibu.

b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan


aborsi adalah:

1. Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir
kelak sulit disembuhkan.
2. Kehamilan akibat pemerkosaan yang ditetapkan oleh tim yang berwenang
yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter dan ulama.

c. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud poin b harus dilakukan sebelum


janin berusia 40 hari.

3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.

Berangkat dari Fatwa MUI di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya MUI sepakat dengan ulama maupun kontemporer, bahwa
aborsi diharamkan. Meskipun demikian, MUI memberikan pengecualian aborsi
jika ada indikasi yang bersifat darurat maupun hajat. Pengecualian ini dibatasi
sampai janin berusia 40 hari, tentu ini sama dengan pendapat yang dinyatakan oleh
sebagian besar fuqaha’ Syafiˋiyyah, sebagian besar fuqaha’ Hanabilah, dan
sebagian kecil fuqaha’ Hanafiyyah. Sementara aborsi akibat perzinaan, maka MUI
secara mutlak mengharamkannya.

6
2.2 Pengertian Transplantasi dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum
Islam

B. Transplantasi

a) Pengertian Transplantasi
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yaitu To Transplant, yang berarti
To Move From One Place to Another, artinya berpindah dari satu tempat ke tempat
lain. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata transplantasi mempunyai arti
pemindahan jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat lain dan atau pencangkokan.
Didalam PP No. 18 Tahun 1981 yang dimuat dalam LN 1981 No. 23
Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat
atau Jaringan Organ Tubuh Manusia, dirumuskan pengertian sebagai berikut:
“Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan
atau jaringan organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang
lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik.”
Dapat disimpulkan bahwa transplantasi merupakan proses tindakan
perpindahan salah satu dan atau beberapa organ tubuh dan atau jaringan tubuh dari
satu tempat ke tempat lain atau dari seseorang ke seseorang lainnya dengan
ketentuan berlaku akibat dari ketidakfungsian organ atau jaringan tubuh itu sendiri.
Sehingga, melalui tindakan transplantasi tersebut fungsi organ tubuh yang baru
dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

b) Transplantasi Menurut Prespektif Hukum Islam


Sunarti, 2016, meneliti tentang “Wasiat Transplantasi Organ Tubuh
Menurut Perspektif Hukum Islam”. Dalam penelitian ini penulis membahas
perbedaan pendapat antara ulama mengenai hukum transplantasi organ tubuh,
seperti halnya ulama hanafi yang melarang dan mengharamkan transplantasi organ
tubuh dengan alasan apapun, sebaliknya adapun ulama syafi’i yang
memperbolehkan melakukan transplantasi organ tubuh dengan alasan dalam
keadaan yang darurat.
Ulama klasik membolehkan transplantasi selama tidak mendapatkan organ
lainnya dan tidak menimbulkan mudharat. Sebagian dari ulama

7
memperbolehkannya transplantasi organ. Yusuf Qardhawi membolehkan, akan
tetapi sifatnya tidak mutlak melainkan bersyarat. Maka dari itu, tidak dibenarkan
mendonorkan sebagian tubuh yang akan meninggalkan darar atasnya, tidak pula
mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya dalam tubuh, seperti hati dan
jantung. Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen
berikut:
a) Transplantasi yang bertujuan perbaikan (Qs. An-Nisa ayat 29)
b) Transplantasi yang didasari pada kedaruratan (Al-an’am ayat 119)
c) Transplantasi didasari pada kebutuhan (Al-Maidah ayat 2)

Ada beberapa pula persoalan mengenaia transplantasi, diantaranya:

Pertama, transplantasi organ tubuh dalam keadaan sehat. Apabila


transplantasi organ diambil dari orang yang hidup dan sehat, maka hukumnya
haram. Karena perbuatan itu akan memiliki efek bagi yang mendonorkan seperti
mata atau ginjal. Ia akan menghadapi resiko dan mendatangkan bahaya dirinya
dalam kebinasaan. Maka dari itu, tidak dibenarkan mendermakan organ tubuh
seperti mata, tangan dan kaki, karena menimbulkan dharar yang besar pada diri
sendiri. Seseorang harus lebih mengutamakan penjagaan dirinya sendiri daripada
menolong orang lain dengan cara mengorbankan dirinya sendiri yang berakibat
fatal.

Kedua, transplantasi dalam keadaan koma. Hukumnya tetap haram. Karena


ini sama halnya dengan mempercepat kematian pendonor. Maka tidak dibenarkan
melakukan transplantasi organ.

Ketiga, transplantasi dalam keadaan meninggal. Ada beberapa syarat


diantaranya: penerima donor dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam
jiwanya, dan pencangkokan tidak mengakibatkan penyakit yang lebih gawat.

2.3 Pengertian Inseminasi dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam


a. Inseminasi
a) Pengertian Inseminasi

8
Inseminasi buatan adalah salah satu prosedur medis untuk mengatasi
masalah kesuburan (infertilitas). Inseminasi buatan bertujuan untuk meningkatkan
jumlah sperma yang dapat mencapai saluran indung telur (tuba falopi), sehingga
terjadi pembuahan dan kehamilan. Inseminasi buatan dilakukan dengan cara
menempatkan sperma langsung ke dalam rahim pada saat pelepasan sel
telur (ovulasi) menggunakan kateter kecil. Umumnya, inseminasi buatan tidak
memakan waktu lama.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa penciptaan janin terjadi dimulai
dari bertemunya sperma dengan sel telur yang merupakan proses alamiah yang
biasa terjadi dalam reproduksi manusia. Akan tetapi apabila terdapat gangguan pada
proses reproduksi diatas, maka tidak dapat terjadi pembuahan secara alamiah,
sehingga memunculkan program inseminasi buatan. Secara Yuridis formal
pelaksanaan inseminasi buatan di Indonesia harus selalu mengacu pada UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang ini menjelaskan pelaksanaan
program inseminasi buatan harus dilakukan sesuai dengan norma hukum, agama,
kesusilaan, dan kesopanan. Undang-undang ini yang mengatur, dalam pelaksanaan
program inseminasi buatan di Indonesia tidak diizinkan menggunakan rahim milik
wanita yang bukan istrinya.

b) Inseminasi Menurut Prespektif Hukum Islam


Di dalam sumber syariat Islam (Al-Qur’an dan hadits) memang dijelaskan
bahwasannya proses penciptaan manusia yaitu dengan pembuahan antara sel telur
dan sperma melalui senggama. Namun, manusia pun telah menemukan beberapa
cara dan jalan keluar bagi pasangan suami istri yang tidak dapat memiliki keturunan
karena suatu masalah, maka hal tersebut telah teratasi pada era modern ini. Yaitu
dengan cara inseminasi.
1. Dalam hukum Islam, Inseminasi diperbolehkan

Inseminasi diperbolehkan dalam Islam, apabila karena keadaan darurat dan


pembuahan tersebut berasal dari sel telur dan sperma pasangan suami istri yang sah.

2. Dalam Islam tidak memperbolehkan Inseminasi

9
Ada sebagian para ulama yang tidak memperbolehkan inseminasi, karena mereka
mengangap hal tersebut menyalahi kodrat sebagai manusia dan mereka yang tidak
memperbolehkan berkiblat kepada beberapa dalil berikut ini :

1) (QS. Al-Isra’ ayat 70) : “Sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam,
dan Kami angkut mereka di darat maupun laut, dan Kami lebihkan mereka
di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna.”
2) (QS. At-Tin ayat 4), Allah SWT. berfirman : “Sungguh, Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.”

Dalam hadits tersebut pun firman Allah menjelaskan bahwasannya Allah lah yang
telah menciptakan manusia dengan rupa dan bentuk yang sebaik-baiknya.

3. Inseminasi bertentangan dengan ajaran Islam

Dalam Islam diajarkan dan dikatakan, bahwa Allah lah Sang Maha Pencipta dan
Maha Kuasa, lalu jika manusia dapat menciptakan keturunan dengan teknologi
temuannya dan dengan tangannya, apakah hal tersebut tidak bertentangan dengan
apa yang diajarkan oleh Islam? Hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam
mengenai bahwa Allah adalah Maha Pencipta.

4. Inseminasi dapat membuat manusia mengingkari keberadaa dan


kuasa Allah

Dengan adanya inseminasi, manusia dapat campur tangan dalam pembuatan


keturunan, hal tersebut dapat saja membuat manusia mengingkari keberadaan dan
kuasa Allah SWT.

5. Inseminasi dapat merendahkan harkat martabat manusia

Manuia diciptakan Allah sebagai makhluk mulia. Allah SWT. telah berkenan
memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia menghormati dan
menghargai martabatnya sebai manusia. Dalam hal ini, donor sperma atau sel telur
pada inseminasi pada hakikatnya akan merendahkan harkat martabat manusia.

10
6. Menimbulkan dosa besar

Inseminasi dengan cara menyemprotkan sperma pria lain kepada sel telur pasangan
yang bukan muhrimnya atau sebaliknya dianggap zina dalam Islam, dan dapat
menimbulkan dosa besar.

7. Sebagai jalan keluar medis

Ketika manusia sudah berusaha untuk memiliki keturunan dengan cara yang alami
yaitu melalui hubungan seksual namun tetap tidak bisa mendapatkan keturunan
dikarenakan duatu masalah, maka inseminasi menjadi salah satu jalan keluar atau
upaya medis yang diperbolehkan, namun dengan syarat dan ketentuan dalam Islam.

8. Memiliki kebaikan dan keburukan

Inseminasi memiliki kebaikan atau manfaat jika dilihat dari sudut untuk membantu
pasangan suami istri yang sah untuk memiliki keturunan, mengandung keburukan
apabila dalam pelaksanaannya terdapat hal-hal yang melanggar larangan Allah dan
keluar dari ketentuan dan syarat dalam Islam.

Perkara inseminasi memang tidak dibahas dan dijelaskan secara gamblang dalam
Al-Qur’an maupun hadits, namun para ulama telah melakukan kajian guna
memecahkan masalah terkait hal inseminasi tersebut agar umat Islam tidak
mengalami kebimbangan dan terjerumus dalam dosa ketika dihadapkan pada
perkara tersebut.

2.4 Pengertian Bayi Tabung dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam
a) Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung adalah istilah untuk bayi yang didapatkan dari proses
pembuahan sel telur oleh sel sperma di laboratorium alias in vitro fertilization
(IVF). Pembuahan itu bertujuan menciptakan embrio-embrio calon bayi. Dari
sejumlah embrio itu, embrio yang paling berkualitas ditransfer ke dalam rahim agar
bisa tumbuh dan berkembang. Di seluruh dunia, sudah ribuan program bayi tabung
yang berhasil. Bayi tabung adalah metode untuk memperoleh keturunan dengan

11
memanfaatkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Orang tua memilih program
ini ketika ada hambatan untuk menghasilkan keturunan dengan cara hubungan
seksual pada umumnya. Patut digarisbawahi bahwa anak hasil bayi tabung tidaklah
berbeda dengan anak lain yang lahir dari proses hubungan seksual biasa. Menurut
berbagai penelitian, anak bayi tabung memiliki kemampuan fisik dan psikis yang
setara dengan anak lain. Satu hal yang kerap menjadi pembeda adalah anak bayi
tabung cenderung lahir prematur sehingga bobotnya lebih rendah. Maka persiapan
melahirkan bayi tabung harus benar-benar matang karena ada risiko kesehatan yang
menyertai anak yang lahir prematur.
Pada hakikatnya program bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan
suami-isteri yang tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan
karena ada kelainan pada tubanya, endometriosis (radang pada selaput lendir
rahim), oligospermia (sperma suami kurang baik), unexplained infertility (tidak
dapat diterangkan sebabnya), dan adanya faktor immunologic (faktor kekebalan).
Dan ternyata program bayi tabung ini mampu memberikan kebahagiaan bagi
pasangan suami-isteri yang telah hidup bertahuntahun dalam ikatan perkawinan
yang sah. Program ini semakin lama semakin disenangi oleh pasangan suami-isteri
yang mandul untuk mendapatkan keturunan.
Program bayi tabung sejauh ini dapat memberikan jawaban bagi pasangan
yang berkeinginan untuk mendapat anak yang sehat dimulai dari sebelum program,
pada saat program dijalankan, selama masa kehamilan, proses melahirkan hingga
tercapainya tujuan untuk membina keluarga yang sehat dan bahagia.

b) Bayi Tabung Menurut Prespektif Hukum Islam


Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi
tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya
mubah (boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan
suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain "Itu hukumnya haram,"
papar MUI dalam fatwanya. Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan
menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.

12
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma
yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. "Sebab,
hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan” tulis fatwa itu. Lalu bagaimana
dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut
hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.
Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung:
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita
tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya
haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA,
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam
pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan
spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya."
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. "Mani muhtaram
adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara',”
Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum
bayi tabung menjadi mubah (boleh).
Meski tak secara khusus membahas bayi tabung, Majelis Tarjih dan Tajdid
PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa terkait boleh tidak nya menitipkan
sperma suami-istri di rahim istri kedua. Dalam fatwanya, hukum inseminasi buatan
seperti itu termasuk yang dilarang. “inseminasi itu dilakukan di luar kandungan
antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada rahim istri yang lain (dari
suami itu). hal itu dilarang menurut hukum Syara'.”

2.5 Pengertian Bedah Plastik dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum


Islam
a. Pengerian Bedah Plastik

13
Bedah plastik atau Operasi plastik adalah sebuah tindakan kedokteran
yang menitikberatkan pada rekonstruksi atau perbaikan cacat dan kekurangan
fungsional pada fisik pasien yang dikarenakan oleh penyakit, cedera, penyakit
bawaan dan pembedahan yang pernah dijalani. Tujuan utama dari tindakan ini
adalah untuk mengembalikan fungsi kulit, tengkorak, dan struktur rahang wajah
(maksilofasial), sistem otot tulang belakang (musculoskeletal), payudara, kaki dan
tangan, dan alat kelamin melalui sebuah bedah perbaikan. Bedah plastik juga
meliputi rekonstruksi estetika dan tindakan bedah yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas fisik yang tidak diinginkan dari struktur tubuh normal.
Ada beragam teknik yang digunakan pada operasi plastik, yang semuanya
bergantung pada kondisi ketika pembedahan tersebut dilakukan. Tindakan ini
biasanya memerlukan bius umum atau lokal untuk mengendalikan rasa sakit. Tiga
metode yang paling umum dilakukan adalah sebagai berikut:

• Cangkok Kulit : Tindakan ini melibatkan pelepasan kulit sehat dari area
yang sama sekali tidak terpengaruh untuk kemudian digunakan untuk
menutupi area kulit yang rusak atau ingin diperbaiki. Teknik cangkok kulit
biasanya digunakan untuk menutupi luka berukuran besar, luka bakar, patah
tulang, bibir sumbing, dan area kulit yang terpaksa harus disingkirkan
karena kondisi tertentu seperti kanker.
• Perluasan Jaringan : Teknik ini melibatkan peregangan dari jaringan-
jaringan sekitar area. Dokter bedah plastik akan memasukkan alat
menyerupai balon ke bawah lapisan kulit, yang kemudian akan diisi penuh
dengan air garam untuk membuat kulit menjadi renggang. Setelah dirasa
cukup, alat tersebut akan ditarik keluar, dan jaringan baru akan ditempatkan
di lokasi tersebut untuk menggantikan kulit yang rusak atau hilang.
• Bedah Penutup : Umumnya dilakukan pada tindakan bedah untuk payudara
dan bibir sumbing, metode bedah plastik ini melibatkan perpindahan
jaringan, lengkap dengan sejumlah pembuluh darah utama, dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh lainnya. Cara kerjanya mirip dengan teknik cangkok
kulit, namun teknik ini memiliki kemungkinan sukses yang lebih besar
karena pasokan darah disediakan langsung oleh jaringan baru yang
ditanamkan pada bagian yang rusak.

14
Selain ketiga teknik di atas, ada banyak sekali metode bedah plastik yang
tersedia, antara lain perangkat tiruan atau prostetik, penyedotan (closed-suction),
dan krim penyamaran yang mungkin digunakan oleh ahli bedah plastik
tergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien.

b. Bedah Plastik Menurut Prespektif Hukum Islam


Menurut perspektif Hukum Islam yakni dalam kaidah fiqih disebutkan,
segala sesuatu itu diperbolehkan sampai ada dalil yang mengharamkan. Hukum
yang pokok dari segala sesuatu adalah boleh, sehingga terdapat dalil yang
mengharamkan. Berdasarkan kaidah ini, maka dibolehkan melakukan sesuatu
hal apapun sampai ada dalil atau petunjuk yang menyatakan keharaman
melakukan suatu hal tersebut. Maka dari itu, operasi plastik haruslah dilihat dari
tujuannya. Jika operasi plastik bertujuan untuk mempercantik, maka para ulama
sepakat hal itu dilarang karena dianggap mengubah ciptaan Allah SWT atau
mengubah pemberian Allah SWT.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat
perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-
orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari
Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang
yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang
yang fasik. Ayat tersebut secara tersirat menyatakan kepada manusia bahwa
Allah menciptakan semua ini tidak ada yang sia-sia.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa operasi plastik dapat dilihat dari
tujuannya. Jika tujuannya untuk menghilangkan cacat dan aib maka hukumnya
boleh atau mubah, dalilnya adalah kisah sahabat Urfujah bin As’ad
radhiallahu’anhu yang menggunakan emas untuk memperbaiki hidungnya,
padahal emas haram bagi laki-laki. “Hidungnya terkena senjata pada peristiwa
perang Al-Kulab di zaman jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan0perak,
namunohidungnya malah membusuk. Kemudian Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal hidung dari emas.” (HR.
An-Nasai 5161, Abu Daud 4232).

15
Jadi Dapat disimpulkan bahwa operasi plastik untuk memperindah dan
kecantikan diharamkan sedangkan untuk menghilangkan cacat atau penyakit
maka diperbolehkan As Syaukani menjelaskan “Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, ‘kecuali karena penyakit’ bahwa keharaman yang disebutkan, yaitu
jika dilakukan untuk tujuanpmemperindah penampilan, bukan untuk
menghilangkan penyakit atau cacat, karena semacam ini tidak haram”.

2.6 Pengertian KB dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam


a) Pengertian KB
Keluarga Berencana atau yang lebih akrab disebut KB adalah program
skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan
penduduk di suatu negara. Program KB juga secara khusus dirancang demi
menciptakan kemajuan, kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, sosial, serta
spiritual setiap penduduknya. Program ini membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur jarak interval kehamilan, merencanakan waktu kelahiran
yang tepat dalam kaitanya dengan umur istri, serta menentukan jumlah anak
dalam keluarga
Program KB di Indonesia diatur dalam UU N0 10 tahun 1992,
yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Wujud dari program Keluarga Berencana adalah
pemakaian alat kontrasepsi untuk menunda/mencegah kehamilan kehamilan.
Berikut alat kontrasepsi yang paling sering digunakan:

• Kondom
• Pil KB
• IUD
• Suntik
• KB implan/susuk
• vasektomi dan tubektomi (KB permanen)

16
b) Bedah Plastik Menurut Prespektif Hukum Islam
Hukum Keluarga Berencana dalam islam dilihat dari 2 (dua) pengertian:
1. Tahdis An-Nasl (Pembatasan Kelahiran)
Jika program keluarga berencana dimaksud untuk membatasi kehamilan
maka hukumnya haram. Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran bahkan
terdapat banyak hadist yang mendorong umat islam untuk memperbanyak
anak. Allah berfirman: “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian
karena takut miskin.Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepada kalian.”Qs. Al-Iasra ayat 31.24
2. Tanzhim An-Nasl (Pengaturan Kelahiran)
Jika program keluarga berencana dimaksudnkan untuk mencegah kehamilan
dengan berbagai cara dan sarana, maka hukumnya mubah, bagaimanapun
motifnya. Berdasarkan keputusan yang telah ada sebagian ulama
menyimpulkan bahwa pil-pil untuk mencegah kehamilan tidak boleh
dikonsumsi. Karena Allah SWT mensyariatkan untuk hamba-Nya sebab-
sebab untuk mendapatkan keturunan dan memperbanyak jumlah umat.
Rasullulah Sallallahu Walaihi Wa Sallam artinya: “Nikahilah wanita yang
banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-lomba
dalam banyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat” (dalam riwayat
yang lain: dengan para nabi di hari kiamat).

Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam. Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang
berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-
hal berikut:
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.Hal ini sesuai dengan
firman Allah (Qs. Al-Baqarah: 195) “Janganlah kalian menjerumuskan diri
dalam kerusakan”.
b. Mengkhawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini
sesuai dengan hadits Nabi: “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati
kekufuran”.

17
c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi: “Jangan bahayakan dan jangan
lupa membahayakan orang lain.”

Ada 5 persoalan yang terkait dnegan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu :


1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau
menggugurkan kehamilan (isqat al-haml)
2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat
pemandulan permanen (ta’qim)
3. Pemasangannya, bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi
tersebut (hal ini berkaitan dengan diatas, sudah menjadi keseakatan ulama
dalam forum-forum keislaman, baik pada tingkat nasional maupun
internasional) (ijma’al-majami)
4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya
5. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut

Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan
dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak
haram memandang auratnya atau boleh orang lain tetapi dalam keadaan darurat.
Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal,
serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.

2.7 Pengertian Euthanasia dan Bagaimana Dalam Pandangan Hukum Islam


a) Pengertian Euthanasia

Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja


untuk menghilangkan penderitaannya. Euthanasia dapat dilakukan pada kasus
tertentu, misalnya pada penderita penyakit mematikan yang tidak dapat
disembuhkan atau pada pasien yang merasa kesakitan dan kondisi medisnya tidak
bisa lagi diobati. Permintaan untuk euthanasia bisa dilakukan oleh pasien sendiri
atau keluarga pasien.

18
Pengertian euthanasia secara istilah terdiri dari beberapa arti yaitu :

1. Pengertian secara sempit, Secara sempit Euthanasia adalah tindakan


menghindari rasa sakit dari penderitaan dalam menghadapi kematian.

2. Pengertian secara luas, Euthanasia adalah perawatan yang menghindarkan rasa


sakit dalam penderitaan dengan resiko efek hidup diperpendek.

Secara garis besar Euthanasia dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu


sebagai berikut :

3. Euthanasia aktif Adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter
untuk mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan secara medis.
Biasanya dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan
mematikan.

4. Euthanasia pasif Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau


mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk
mempertahankan hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan akan
meninggal setelah tindakan pertolongan dihentikan.

5. Euthanasia volunter Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan


pengobatan atau mempercepat kematian atas permintaan sendiri.

6. Euthanasia Involunter Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang


dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk
menyampaikan

b) Euthanasia Menurut Prespektif Hukum Islam


Dari sudut pandang agama, ada sebagian yang membolehkan dan ada
sebagian yang melarang terhadap tindakan euthanasia, tentunya dengan berbagai
argumen atau alasan. MUI bahwa, Islam membolehkan penderita AIDS
dieuthanasia bilamana memenuhi syarat-syarat berikut:
1. obat atau vaksin tidak ada;
2. kondisi kesehatannya makin parah;
3. atas permintaannya dan atau keluarganya serta atas persetujuan dokter;

19
4. adanya peraturan perundang-undangan yang mana mengizinkannya.
Namun Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa sekalipun obat atau vaksin untuk
HIV/AIDS tidak atau belum ada dan kondisi pasien makin parah tetap tidak boleh
di euthanasia sebab hidup dan mati itu di tangan Tuhan (Masjfuk Zuhdi, 1996:28-
29).
Para ulama telah sepakat bahwa apapun alasannya, apabila tindakan itu
berupa euthanasia aktif, yang berarti suatu tindakan mengakhiri hidup manusia pada
saat yang bersangkutan masih menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, Islam
mengharamkannya. Sedangkan terhadap euthanasia pasif, para ahli, baik dari
kalangan kedokteran, ahli hukum pidana, maupun para ulama sepakat
membolehkannya. Bagi mereka yang tidak setuju dengan tindakan euthanasia lebih
melihat pada alasan dan perdebatan klasik. Mereka percaya bahwa yang berhak
menentukan kematian itu hanyalah Allah SWT. Tugas manusia hanya berikhtiar.
Seorang dokter yang melakukan euthanasia bisa saja diajukan ke pengadilan karena
tuduhan membunuh, sekalipun tindakan tersebut dilakukan berdasarkan permintaan
pasien.
Jadi hukum Islam dalam menanggapi euthanasia secara umum ini
memberikan suatu konsep bahwa untuk menghindari terjadinya euthanasia,
utamanya euthanasia aktif. Tinjauan akan hukum Islam mengenai euthanasia,
terutama yaitu euthanasia aktif adalah diharamkan. Karena euthanasia aktif ini
dikategorikan sebagai perbuatan bunuh diri yang diharamkan dan diancam oleh
Allah SWT dengan hukuman neraka selama-lamanya. Karena yang berhak
mengakhiri hidup seseorang hanyalah Allah SWT. Oleh karena itu orang yang
mengakhiri hidupnya atau orang yang membantu mempercepat suatu kematian
seseorang sama saja dengan menentang ketentuan agama. umat Islam diharapkan
tetap berpegang teguh pada kepercayaannya yang memandang segala musibah
(termasuk penderita sakit) sebagai ketentuan yang datang dari Allah SWT. Hal ini
hendaknya dihadapi dengan penuh kesabaran dan tawakal. Dan diharapkan kepada
dokter untuk tetap berpegang kepada kode etik kedokteran dan sumpah jabatannya.
Dan beberapa ulama memberikan suatu konsep tentang euthanasia secara khusus
bagi penderita yang penyakitnya menular.

20
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
1. Aborsi ialah pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan atau keluarnya isi rahim ibu yang telah
mengandung sebelum waktunya. MUI sepakat dengan ulama maupun
kontemporer, bahwa aborsi diharamkan. MUI memberikan pengecualian
aborsi jika ada indikasi yang bersifat darurat maupun hajat.
2. Transplantasi merupakan proses tindakan perpindahan salah satu dan atau
beberapa organ tubuh dan atau jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat
lain atau dari seseorang ke seseorang lainnya dengan ketentuan berlaku
akibat dari ketidakfungsian organ atau jaringan tubuh itu sendiri. MUI
membolehkan transplasi, akan tetapi sifatnya tidak mutlak melainkan
bersyarat. tidak dibenarkan mendonorkan sebagian tubuh yang akan
meninggalkan darar atasnya
3. Inseminasi buatan adalah salah satu prosedur medis untuk mengatasi
masalah kesuburan (infertilitas). Inseminasi buatan bertujuan untuk
meningkatkan jumlah sperma yang dapat mencapai saluran indung telur
(tuba falopi)Inseminasi diperbolehkan dalam Islam, apabila karena keadaan
darurat dan pembuahan tersebut berasal dari sel telur dan sperma pasangan
suami istri yang sah
4. Bayi tabung adalah istilah untuk bayi yang didapatkan dari proses
pembuahan sel telur oleh sel sperma di laboratorium alias in vitro
fertilization (IVF). MUI dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung
dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya
mubah (boleh). Namun, penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan
suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain "Itu hukumnya haram,"
5. Bedah plastik atau Operasi plastik adalah sebuah tindakan kedokteran yang
menitikberatkan pada rekonstruksi atau perbaikan cacat dan kekurangan
fungsional pada fisik pasien yang dikarenakan oleh penyakit, cedera,
penyakit bawaan dan pembedahan yang pernah dijalani. Operasi plastik

21
untuk memperindah dan kecantikan diharamkan sedangkan untuk
menghilangkan cacat atau penyakit maka diperbolehkan
6. KB adalah program skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan
mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara. Alat kontrasepsi
yang dibenarkan menurut islam adalah yang cara kerjanya mencegah
kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat
dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak
haram memandang auratnya atau boleh orang lain tetapi dalam keadaan
darurat. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari
bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan
(mudlarat) bagi kesehatan.
7. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja
untuk menghilangkan penderitaannya. Tinjauan akan hukum Islam
mengenai euthanasia, terutama yaitu euthanasia aktif adalah diharamkan.
Karena euthanasia aktif ini dikategorikan sebagai perbuatan bunuh diri yang
diharamkan

1.2 SARAN

Makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan dalam
pencarian sumber, informasi maupun penulisan, sehingga kami berharap
masukan dari pembaca sekalian agar pembuatan makalah ini menjadi lebi baik
lagi untuk kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadim Zallum,”beberapa problem kontemporer dalam pandangan
islam”, 1996.
Abdullah Fahim b Ab Rahman, (“Peranan Pegawai-pegawai Agama Dalam
Rawatan Pemindahan Organ”, dalam Dr Ismail Ibrahim(ed.), Islam dan
Pemindahan Organ., Kuala Lumpur: Institut Kemajuan Islam
Malaysia), 1998.

Bismar Siregar, H, Bayi Tabung Ditinjau Dari aspek hukum Pancasila, Makalah pada
Simposium tentang, ”Eksistensi Bayi Tabung Ditinjau dari Aspek Medis, Hukum,
Agama, Sosiologi dan Budaya, F.H. UNISRI, Surakarta, Desember 1989

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002, hal. 115

Nurul Maghfiroh dan Heniyatun, KajianiYuridis0Operasi Plastik Sebagai Ijtiha didalam


Hukum Islam, (Magelang: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, 2015),
121

Ashofa Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta,


Jakarta, 2007, hlm 28

Koes irianto, 2014, Pelayanan Keluarga Berencana Dua anak cukup, Alfabeta:
Bandung, hal.5

Ari Sulistyawati, 2011, S.Si.T, Pelayanan Keluarga Berencaa, Jakarta: selemba


medika, hlm. 13

Amirul Amalia, pengetahuan tentang KB menurut agama islam terhadap pemakaian alat
kontrasepsi di BPS Anik Susanti Amd.Keb dusun Jatirejo desa topeng kecamatan
tikung kabupaten lamongan, Vol.8, No.1, April Thn 2016

Aseri, Akh. Fauzi, 1995, Euthanasia Suatu Tinjauan dari Segi Kedokteran, Hukum Pidana
dan Hukum Islam, dalam Problematika Hukum Kontemporer, Editor oleh
Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz

Adji, Oemarsono, 1991, Profesi Dokter, Cetakan I, Jakarta: Erlangga.

23

Anda mungkin juga menyukai