Anda di halaman 1dari 38

Makalah

“Konsep Dasar Komunikasi


Teurapetik Dan Mempraktekkan
Proses Komunikasi Teurapetik”
Dosen Pengampu : PURNAMA CANE, SST, M.Km
Kelompok I :
1.Agil Cikal Bulan Putri
2.Vanni Fadhillah
3.Mutiara Sahri
4.Nova Apriana
5.Wahdini
6.Sheilina
7.Maya Irianti
8.Sariani
9.Sumaini
PENGERTIAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
● Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang
terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik
komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan
komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami
tentang dirinya.
FASE – FASE
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
1. Tahap Persiapan (Prainteraksi) 3. Tahap Kerja

2. Tahap Perkenalan 4. Tahap Terminasi


01
Tahap Persiapan
(Prainteraksi)
a.mengeksplorasi perasaan
b.menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri
c.mengumpulkan data tentang klien.
d.merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien.
02
Tahap Perkenalan
a.membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan
komunikasi terbuka.
b.merumuskan kontrak pada klien
c.menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
d.merumuskan tujuan dengan klien.
03
Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan
klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien
mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya
perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.
04
Tahap Terminasi
a.mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b.melakukan evaluasi subjektif.
c.menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d.membuat kontrak untuk pertemuan
berikutnya.
TEHNIK-TEHNIK
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK 7.Diam
8.Memberi Informasi
1.Bertanya 9.Menyimpulkan
2.Mendengarkan 10.Mengubah Cara Pandang
3.Mengulang 11.Eksplorasi
4.Klarifikasi 12.Membagi Persepsi
5.Refleksi 13.Mengidentifikasi Tema
14.Humor
6.Memfokuska 15.Memberikan Pujian
n
01
Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong
klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
Tehnik berikut sering digunakan pada tahap orientasi.
● a.Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya perawat sensitif terhadap pikiran dan
perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif
(nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada
masalah atau pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien (Gerald, D dalam
Suryani, 2005).

● b.Pertanyaan terbuka dan tertutup


Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan jawaban yang banyak dari klien.
Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya (Antai-Otong dalam
Suryani, 2005).
Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan jawaban yang singkat.
● 1) Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah-olah diintimidasi (Sturat, G.W dalam
Suryani, 2005). Hal ini bisa menghambat keterbukaan klien terhadap perawat.

● 2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena why question mengiring klien
untuk menjawab secara rasional atau mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan
bagaimana perasaanya terhadap kejadian (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
● c.Inapropriate quantity question
Inapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari sisi jumlah pertanyaan, yang
mengakibatkan klien bingung dalam menjawab. Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang tidak
tepat karena menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab (Long, L dalam Suryani, 2005).

● d.Inapropriate quality question


Inapropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan pada klien dan biasanya dimulai
dengan kata “why” (mengapa). Why question ini dipertimbangkan tidak tepat karena 2 Hal sebagai berikut :
02
Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik
(Keliat, Budi Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D
dalam Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi
seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).
         Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien
dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan
tidak memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat
mempunyai waktu untuk mendengarkan (Purwanto, Heri, 1994).
 
.
03
Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan
klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien (Keliat, Budi Anna, 1992). Restarting
(pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung
listening (Suryani, 2005).
04
Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang
tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya
(Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan
klien, juga tidak boleh menambahkan informasi (Gerald, D dalam Suryani,
2005). Apabila perawat menginterpretasikan pembicaraan klien, maka
penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya. Fokus utama
klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien
sangat penting dalam memahami klien.
05
Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan
untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan
klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap
klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Tehnik-tehnik refleksi terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 1992)
● a.Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien
dengan pengertian perawat.

● b.Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien
mengetahui dan menerima perasaanya.
Gunanya adalah untuk :

● a.  Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.

● b.  Mengoreksi.

● c.  Memberi keterangan lebih jelas.

● Ruginya adalah :

● a.  Mengulang terlalu sering dan sama.

● b.  Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi


06
Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien
untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien
pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan
penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus
pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah penting (Suryani,
2005).
07
Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran
masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini
memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati,
memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan
dukungan, pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan
klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat
klien harus mengambil keputusan (Suryani, 2005).
08
Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam
mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-
aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan klien.
Informasi yang diberikan pada klien harus dapat memberikan
pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien
serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah
(Suryani, 2005).
09
Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang
membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi
perawat-klien. Tehnik ini membantu perawat dan klien untuk
memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan.
Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali
komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam
Suryani, 2005).
Manfaat dari menyimpulkan antara lain : (Suryani, 2005)
● a.Memfokuskan pada topik yang relevan.

● b.Menolong perawat dalam mengulang aspek utama interaksi.

● c.Membantu klien untuk merasa bahwa perawat memahami perasaannya.

● d.Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat tambahan atau
koreksi terhadap informasi sebelumnya.
10
Menyimpulkan
Tehnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk
memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu
atau masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani,
2005). Tehnik ini sangat bermanfaan terutama ketika klien
berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari
sisi negatifnya.
11
Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh
atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong
dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi.
Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan
gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.
12
Membagi Persepsi
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan,
membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta
pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau
pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan
atau melihat ada perbedaan antara respos verbal dan
respons nonverbal klien.
13
Mengidentifikasi Tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan
harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut.
Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali
masalah penting (Stuart & Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini
sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan
pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
14
Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik.
Florence Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam Suryani
(2005) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik
ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran
mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi.
Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
● a.Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor mungkin bisa
menurunkan kecemasan klien.

● b.Jika relevan dan konsisten dengan sosial budaya klien.

● c.Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.


 
15
Memberikan Pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan
psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi
dengan perawat. Reinforcement berguna untuk
meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien
(Gerald, D dalam Suryani, 2005). Reniforcement bisa
diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat
nonverbal.
FAKTOR-FAKTOR
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
● Faktor – faktor penghambat dalam proses komunikasi terpeutik adalah : (Purwanto, Heri, 1994)

● a.Kemampuan pemahaman yang berbeda.


● b.Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu.
● c.Komunikasi satu arah.
● d.Kepentingan yang berbeda
● e.Memberikan jaminan yang tidak mungkin
● f.Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
● g.Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
● h.Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya
● i.Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
● j.Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan
● k.Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan.
● l.Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.
● Faktor penghambat komunikasi : (Kariyoso, 1994)

● a.Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi


● b.Sikap yang kurang tepat
● c.Kurang pengetahuan
● d.Kurang memahami sistem sosial
● e.Prasangka yang tidak beralasan
● f.Jarak fisik, komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak antara komunikator dengan reseptor
berjauhan
● g.Tidak ada persamaan persepsi
● h.Indera yang rusak
● i.Berbicara yang berlebihan
● j.Mendominir pembicaraan, dan lain sebagainya
● Faktor yang mempengaruhi komunikasi : (Suryani, 2005)

● a)Kredibilitas

● b)Isi pesan

● c)Kesesuaian dengan kepentingan sasaran

● d)Kejelasan

● e)Kesinambungan dan konsistensi

● f)Saluran

● g)Kapabilitas sasaran

h)Psikologis (Rahmat, J dalam Suryani, 2005)

● i)Sosial (Ellis, Gates & Kenwarthy dalam Suryani, 2005)

● j)Seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan, dan peran sosial.
PROSES KOMUNIKASI
TERAPEUTIK DALAM

PERAWATAN
1.Proses komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)

● a.Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dapat
berupa pengalaman, ide atau tindakan.

● b.Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau kelompok.

● c.Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah.

● d.Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan pada penerima/
sasaran.

● e.Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan tersebut dituju.

● f.Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.
●  
● 2.Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan.

● a.Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)


● 1)Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
● 2)Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
● 3)Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
● 4)Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
● 5)Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik.
● 6)Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.
● 7)Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan.

● b.Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)


● 1)Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
● 2)Sesi perencanaan tim kesehatan.
● 3)Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
● 4)Membuat rujukan.
● c.Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
● 1)Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
● 2)Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
● 3)Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
● 4)Meningkatkan harga diri pasien.
● 5)Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
● 6)Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

● d.Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)


● 1)Memperkenalkan diri kepada pasien.
● 2)Memulai interaksi dangan pasien.
● 3)Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
● 4)Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
● 5)Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien. 

● e.Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)


● 1)Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
● 2)Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
● 3)Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.
KESIMPULAN

1.Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik 2.Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik
memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik
karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh
dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi dalam mengembangkan kemampuan berhubungan
perawat. terapeutik.
Saran
1.Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi
dengan klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan
di lakukan.

2.Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan


bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman komunikasi.

3.Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang


teguh etika keperawatan.
“SEKIAN TERIMA
KASIH
WASSALAMU
A’LAIKUM”

po k I
Kelom

Anda mungkin juga menyukai