Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ TUNTUNAN AGAMA ISLAM TERHADAP IBU NIFAS, KEBERSIHAN


MANDI, IBADAH, MAKANAN DAN MINUMAN TERMASUK ASI“

Dosen Pembimbing : Ulfa S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh :
kelompok 3
1. Ami samara zain
2. Dewi rabiatul adawiyah
3. Fanni valianda amelia ramadhan
4. Rahmi yunita
5. Sella noprilia
6. Sulfa diana

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 29 desember 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Masalah Nifas ...................................................................................... 3
B. Kebersihan Mandi ............................................................................... 4
C. Ibadah .................................................................................................. 5
D. Tuntunan agama islam terhadap makan- minum ASI .......................... 5
E. Penerapan dalam masyarakat` .............................................................. 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 1

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Baik
darah itu keluar bersamaan ketika proses melahirkan, sesudah atau sebelum
melahirkan, yang disertai dengan dirasakannya tanda-tanda akan melahirkan,
seperti rasa sakit, dan lain-lain.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama 6-8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi
ibu, diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan yang mana 50% dari kematian ibu tersebut terjadi 24 jam pertama
setelah persalinan dan ada suatu hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama masa nifas, termasuk beribadah, bersetubuh dengan suami dan lain-
lain. Untuk itu perawatan saat masa nifas merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan
dalam kesehatan, anjuran untuk kebersihan, menghindari hal-hal yang tidak
diperbolehkan. Selain perawatan nifas dengan memanfaatkan sistem
pelayanan biomedical ada juga ditemukan sejumlah pengetahuan dan perilaku
budaya dalam perawatan masa nifas.
Makanan, minuman termasuk ASI juga pada prinsipnya semua
makanan dan minuman yang ada di dunia ini halal semua untuk dimakan dan
diminum kecuali ada larangan dari Allah. Agama Islam menganjurkan kepada
pemeluknya untuk memakan makanan yang halal dan baik. Makanan “halal”
maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha yang diridhai Allah.
Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh, atau
makanan bergizi. Segala jenis minuman apa saja yang ada di dunia ini halal
untuk diminum kecuali ada larangan yang mengharamkan dari Allah dan
Nabi Muhammad SAW. Air susu ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa

1
tanding ciptaan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan
air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.
Pada saat yang sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah nifas.
2. Untuk mengetahui hukum persetubuhan disaat sedang nifas.
3. Untuk mengetahui cara kebersihan mandi setelah selesai nifas.
4. Untuk mengetahui hukum ibadah diaat sedang nifas.

C. Manfaat
1. Mengetahui nifas dalam agama Islam.
2. Mengetahui hukum nifas berdasarkan agama islam.
3. Bagaimana cara kebersihan mandi setelah selesai nifas?
4. Bagaimana hukum ibadah disaat sedang nifas?
5. Bagaimana pandangan islam terhadap makanan & minuman termasuk
ASI?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Baik
darah itu keluar bersamaan ketika proses melahirkan, sesudah atau sebelum
melahirkan, yang disertai dengan dirasakannya tanda-tanda akan melahirkan,
seperti rasa sakit, dan lain-lain. Rasa sakit yang dimaksud adalah rasa sakit
yang kemudian diikuti dengan kelahiran. Jika darah yang keluar tidak disertai
rasa sakit, atau disertai rasa sakit tapi tidak diikuti dengan proses kelahiran
bayi, maka itu bukan darah nifas.
Selain itu, darah yang keluar dari rahim baru disebut dengan nifas jika
wanita tersebut melahirkan bayi yang sudah berbentuk manusia. Jika seorang
wanita mengalami keguguran dan ketika dikeluarkan janinnya belum
berwujud manusia, maka darah yang keluar itu bukan darah nifas. Darah
tersebut dihukumi sebagai darah penyakit (istihadhah) yang tidak menghalangi
dari shalat, puasa dan ibadah lainnya.
Perlu kita ketahui bahwa waktu tersingkat janin berwujud manusia
adalah delapan puluh hari dimulai dari hari pertama hamil. Dan sebagian
pendapat mengatakan sembilan puluh hari.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud sradhiyallahu ‘anhu ,bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada kami, dan
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang benar dan yang
mendapat berita yang benar, “Sesungguhnya seseorang dari kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah seperti itu pula, kemudian menjadi
mudhghah seperti itu pula.
Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di
dalamnya, dan diperintahkan kepadanya untuk menulis empat hal, yaitu
menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

3
Menurut Ibnu Taimiyah, “Manakala seorang wanita mendapati darah
yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal) itu, maka tidak dianggap
sebagai nifas. Namun jika sesudah masa minimal, maka ia tidak shalat dan
puasa. Kemudian apabila sesudah kelahiran ternyata tidak sesuai dengan
kenyataan (bayi belum berbentuk manusia-pen) maka ia segera kembali
mengerjakan kewajiban. Tetapi kalau ternyata demikian (bayi sudah berbentuk
manusia-pen), tetap berlaku hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu
kembali mengerjakan kewajiban.” (Kitab Syarhul Iqna’).

B. Kebersihan Mandi
Setelah selesai nifas seorang wanita diwajibkan untuk mandi wajib
untuk menghilangkan hadast besar (darah nifas) tersebut dengan cara
membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala hingga ujung kaki.
1. Fardhu Mandi
a. Niat : bersama-sama dengan mula-mula membasuh tubuh.
Lafadzh niat :
‫ﻧﻮ ﻴﺖ ﺍﻠﻐﺳﻞ ﻠﺮ ﻔﻊ ﺍﻠﺤﺪ ﺚ ﺍﻻ ﻜﺑﺮ ﻔﺮﻀﺎ ﷲ ﺘﻌﺎﻠﻰ‬
“Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar
fardhu karena Allah.”

b. Membasuh seluruh badannya dengan air, yakni meratakan air ke semua


rambut dan kulit.
c. Menghilangkan najis.
2. Sunnat Mandi :
a. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh tubuh.\
b. Membaca basmallah pada permulaan mandi.
c. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian kanan
daripada kiri.
d. Membasuh badan samapai tiga kali.
e. Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu.
f. Mendahulukan mengambil air wudhu yakni sebelum mandi
disunnatkan berwudhu terlebih dahulu.

4
C. Ibadah
Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun
sunnah, dan mereka tidak perlu menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm di
dalam kitabnya al-Muhalla)
Shalat sebagaimana yang kita ketahui, sahnya juga suci dari hadast
besar. Cara menghilangkan hadast besar tersebut yaitu dengan cara mandi
wajib.

D. Pandangan Islam terhadap Makanan & Minuman Termasuk ASI


1. Tuntunan Islam tentang Makanan dan Minuman pada Ibu Nifas
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia
ini halal semua untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari
Allah yaitu yang terdapat dalam Al Qur’an dan yang terdapat dalam hadist
Nabi Muhammad SAW. Namun terkadang pada masa nifas, ada pantangan
memakan makanan tertentu padahal dalam islam tidak melarang makanan
tersebut.
Setelah melahirkan, seorang ibu akan melewati masa pemulihan
hingga seluruh fungsi tubuh kembali normal seperti saat sebelum
melahirkan. Masa ini berlangsung kurang lebih 40 hari. Masa nifas tetap
perlu mendapat perhatian penting sama seperti ketika hamil. Terutama
kebutuhan akan zat gizi dalam makanan yang sehat serta kebutuhan cairan
tubuh.
Dalam masyarakat kita, kebiasaan menghindari jenis makanan
tertentu selama masa nifas masih tetap ditemukan, kendati sudah tinggal di
kota besar dan berpendidikan tinggi. Bahkan, ada mitos yang dipercayai
sebagai suatu kebenaran karena pengalaman orang lain. Misalnya, ketika
seorang ibu nifas setelah makan telur lalu jahitannya gatal gatal dianggap
telur adalah penyebab gatal pada luka jahitan. Padahal, memang
sebelumnya ibu nifas tersebut alergi telur. Berikut ini adalah mitos yang
sering ada pada ibu nifas dan alasan kesehatan mengapa mitos tersebut
tidak benar:

5
a. Ibu nifas tidak boleh makan ikan, telur dan daging supaya jahitan cepat
sembuh.
Pernyataan ini tidak benar. Pada ibu nifas, justru pemenuhan
kebutuhan protein semakin meningkat untuk membantu penyembuhan
luka baik pada dinding rahim maupun pada luka jalan lahir yang
mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun yang
membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka.
Tanpa protein sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas
akan mengalami keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi infeksi
bila daya tahan tubuh kurang akibat pantang makanan bergizi. Protein juga
diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi
minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila ada. Kecuali bila ibu
nifas alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi telur sejak sebelum
hamil, maka sumber protein yang menyebabkan alergi tersebut dihindari.
Bila memang alergi jenis protein tertentu misal ikan laut, Ibu nifas boleh
mencari ganti sumber protein dari daging ternak dan unggas juga dari
protein nabati seperti kacang kacangan.
b. Ibu nifas tidak boleh makan yang berkuah dan tidak boleh banyak minum
air putih supaya jahitannya tidak basah
Pernyataan ini juga keliru. Tubuh ibu nifas membutuhkan banyak
cairan terutama mengganti cairan tubuh yang hilang baik saat mengalami
perdarahan, keringat, untuk pembentukan ASI. Bila cairan tubuh ibu nifas
tidak tercukupi, maka akan terjadi kekurangan cairan, mengalami panas
dan produksi ASI sedikit.
Sebaiknya ibu nifas minum air putih yang cukup kurang lebih 8
gelas sehari disertai dengan asupan susu maupun jus buah. Bila setiap
selesai minum ibu nifas akan sering buang air kecil justru lebih baik.
Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah perineum (luka jahitan jalan
lahir) akan basah dan tidak sembuh. Justru sebaliknya. Semakin sering
dibersihkan terutama dengan sabun dan air lalu dikeringkan setiap buang
air kecil, maka jahitan akan segera pulih.

6
Perawatan luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada
bagian tubuh yang lain misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir dijahit
dengan benang khusus yang cukup kuat dan bagian dalam luka (otot)
benangnya akan menyatu dengan tubuh sedangkan bagian luar (kulit)
jahitan akan lepas sendiri lalu mengering.
c. Ibu nifas tidak boleh makan buah-buahan selama menyusui karena bayi
bisa diare
Pernyataan ini tidak benar. Konsumsi buah sangat baik untuk
menjaga kebugaran tubuh dan sama sekali tidak berpengaruh buruk
terhadap mutu ASI. Jangan kuatir mengkonsumsi buah tidak menyebabkan
diare pada bayi. Selain itu ibu nifas juga memerlukan asupan makanan
berserat seperti buah dan sayur mayur untuk memperlancar buang air
besar. Pada ibu nifas kebutuhan serat sangat penting untuk membantu
proses pencernakan, Kadar vitamin dan air dalam buah juga sangat baik
untuk menjaga kesehatan tubuh. Misalnya air jeruk, buah pisang dan
pepaya. Sebaiknya ibu nifas selalu menyertakan menu buah setiap makan
agar tidak mengalami sembelit.
d. Ibu nifas tidak boleh makan terlalu banyak supaya tetap langsing
Pernyataan ini tidak tepat. Pada ibu nifas, makanan bergizi dan
porsi makan perlu ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan.
Sumber karbohidrat, lemak, vitamin dan protein sangat dibutuhkan untuk
proses pemulihan fisik ibu selama nifas dan melawan infeksi. Selain itu,
juga berguna untuk pembentukan ASI agar berlangsung lancar. Langsing
bukan dengan diet ketat pascabersalin, tetapi dengan melakukan senam
nifas dan menyusui bayi secara ekslusif tanpa bantuan susu formula.
Dengan cara demikian, pembakaran lemak pada tubuh akan berlangsung
lebih baik dan ibu akan cepat ramping kembali seperti saat sebelum hamil.
2. Tuntunan Islam dalam Pemberian ASI
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

7
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS. Luqman, 31:14)
Air susu ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan
Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam
melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi
dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki
bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang
sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.Makanan-
makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan tekhnologi masa
kini tidak mampu menandingi keunggulan makanan ajaib ini.
ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah sekaligus anugerah yang
luar biasa terhadap setiap bayi yang terlahir ke muka bumi.Di dalam Surat
Cintanya, bertebaran ayat-ayat tentang ASI. Antara lain :
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233)
Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab Suci Alqur’an tersebut,
setidaknya menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting.
Walaupun masih ada perbedaan pendapat tentang wajib atau tidaknya
menyusui, tapi selayaknya bagi seorang muslim menghormati ayat-ayat
Allah tersebut. Terlepas wajib atau tidaknya hukum menyusui, dalam ayat

8
tersebut dengan tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan. Dan
di sana juga disinggung tentang peran sang ayah, untuk mencukupi
keperluan sandang dan pangan si ibu, agar si ibu dapat menuyusi dengan
baik. Sehingga jelas, menyusui adala kerja tim. Keputusan untuk
menyapih seorang anak sebelum waktu dua tahun harus dilakukan dengan
persetujuan bersama antara suami isteri dengan mengutamakan
kepentingan terbaik bagi si bayi. Insprasi utama dari pengambilan
keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada perintah Allah
dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan
perintahNya.Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan
diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain, sehingga haknya
untuk mendapat ASI tetap tertunaikan.

E. Penerapan dalam Masyarakat


1. Tuntunan Agama Terhadap Ibu Nifas
a. Didalam masyarakat walaupun sudah tau tentang masa nifas, dimana
masa setelah melahirkan dan alat reproduksi belum pulih masih ada
orang yang melakukan hubungan intim, padahal menurut agama dan
ilmu kesehatan itu tidak diperbolehkan.
b. Mandi wajib setelah masa nifas adalah mandi yang wajib dan ada doa
khusus, tapi pada kenyataannya banyak di kalangan masyarakat yang
setelah masa nifas mereka hanya mandi biasa tanpa ada niat khusus
untuk membersihkan diri. Padahal didalam agama setelah masa nifas
untuk membersihkan diri ada niatan khusus atau doa.
2. Makanan dan Minuman termasuk ASI
Di masyarakat banyak mitos yang tidak benar yang berisi
pantangan makan makanan tertentu pada ibu nifas, padahal makanan dan
minuman tersebut tidak dilarang untuk dikonsumsi dalam islam.
Contoh:

9
a. Di masyarakat ada ibu nifas yang tidak makan ikan, telur dan daging
supaya jahitannya cepat sembuh. Padahal itu tidak benar dan tidak ada
larangan memakan ikan, telur, dan daging dalam islam.
b. Di masyarakat masih ada ibu yang tidak makan makanan yang berkuah
dan tidak banyak minum air putih supaya jahitannya tidak basah.
Padahal di dalam islam tidak ada larangan kalau ibu nifas tidak boleh
memakan makanan yang berkuah dan minum banyak air putih.
c. Ibu nifas ada yang tidak makan buah-buahan selama menyusui karena
takut bayinya diare.
Dimasyarakat masih banyak ibu-ibu yang tidak mau menyusui
anaknya dengan berbagai macam alasan diantaranya ibu mengaku tidak
mau menyusui karena ibu takut jika payudara ibu menjadi kendor. Ada
anggapan lain bahwa menurut ibu susu formula-lah yang lebih baik
daripada air susu ibu tersebut sehingga ibu lebih memilih memberikan
susu formula ketimbang ASI. Padahal dalam Al-Quran ibu dianjurkan
untuk menyusui anaknya selama 2 tahun.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nifas adalah darah yang keluar disebabkan oleh kelahiran anak.
Hukum yang berlaku pada nifas adalah sama seperti hukum haid, baik
mengenai hal-hal yang diperbolehkan, diharamkan, diwajibkan maupun di
hapuskan. Karena nifas adalah darah haid yang tertahan karena proses
kehamilan. Takaran maksimal bagi keluar darah nifas ini adalah 40 hari.
Seorang suami diharamkan untuk menyetubuhi istrinya selama dia
masih nifas. Apabila darah nifas seorang wanita telah terhenti maka dia wajib
mandi, sesuai dengan kesepakatan ulama umat ini sehingga wanita itu menjadi
suci dari nifasnya, setelah itu suami diperbolehkan untuk menyetubuhinya.
Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun
sunnah sebelum ia melakukan mandi wajib.

B. Saran
Untuk dosen mata kuliah agama Islam diharapkan dapat memberikan
bimbingan untuk tiap tenaga medis tentang cara islami menghadapi ibu yang
mengalami nifas.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1503&bih=601&q=nifas&aq=f
&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=9798f548f006646a

http://martynsavalas.blogspot.com/2010/12/tuntunan-agama-dalam-persetubuhan-
dan.html

12

Anda mungkin juga menyukai