Anda di halaman 1dari 12

AMALAN PADA MASA NIFAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Tugas Mata Kuliah Kebidanan Dalam Islam

Dosen Pengampu: Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., MKM

Disusun Oleh :
Rahma Salsabella (1610104035)
Dara Violetta Ariza (1610104038)
Intan Wahyuningsih (1610104039)
Wahyu Setyaningrum (1610104043)
Mayang Nurma Yesinta (1610104045)

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Tugas Mata
Kuliah Kebidanan Dalam Islam mengenai “Amalan Kehamilan pada Trimester I”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., MKM selaku dosen pengampu mata kuliah
kebidanan dalam islam yang telah membimbing dan memberikan kritik dan
saran dalam pelaksanaan tugas ini.
2. Seluruh teman-teman A3, khususnya kelompok 1, yang telah bekerjasama
mengerjakan tugas ini serta memberikan masukan dan sarannya, hinga
terselesainya laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Yogyakarta, 5 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kehamilan ................................................................................ 3
B. Amalan-Amalan Sunnah Pada Ibu Hamil............................................... 4
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadas adalah istilah untuk hal-hal yang bisa menghalangi sahnya shalat
seseorang atau dengan kata lain,hadas adalah kondisi yang menyebabkan
seseorang tidak dapat melaksanakan shalat jika berada dalam keadaan
tersebut,atau shalatnya batal jika kondisi itu terjadi saat shalat.
Dalam ilmu fikih,hadas dibagi menjadi dua macam yaitu hadas kecil dan
hadas besar. Hadas kecil menyebabkan seseorang harus melaksanakan wudu
untuk melaksanakan shalat. Sedangkan hadas besar menyebabkan seseorang
melakukan mandi oleh orang Indonesia dinamai dengan mandi besar- juga wudu
jika akan melaksanakan shalat.
Junub,haid,dan nifas merupakan hal-hal yang menyebabkan hadas besar.
Oleh karena itu,penting bagi umat islam mengetahui apa itu haid,nifas,dan
istihadhah serta bagaimana cara bersuci dari hadas besar.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil atau dimulai sejak 2
jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah
persalinan (Dewi, 2013)
B. Lama Masa Nifas dalam Islam
Nufail (2012) menjelaskan bahwa ada beberapa kondisi wanita yang sedang
nifas:
1. Darah nifas berhenti keluar sebelum 40 hari dan tidak keluar lagi setelah
itu. Maka sang wanita wajib mandi (bersuci) dan kemudian melakukan
ibadah wajibnya lagi, seperti shalat dan puasa, dll.
2. Darah nifas berhenti keluar sebelum 40 hari, akan tetapi kemudian darah
keluar lagi sebelum hari ke-40. Maka, jika darah berhenti ia mandi
(bersuci) untuk shalat dan puasa. Jika darah keluar, ia harus meninggalkan
shalat dan puasa. Akan tetapi, bila berhentinya darah kurang dari sehari,
maka tidak dihukumi suci.
3. Darah nifas terus keluar dan baru berhenti setelah hari ke-40. Maka sang
wanita harus mandi (bersuci).

2
4. Darah terus keluar hingga melebihi waktu 40 hari. Ada beberapa kondisi:
a. Darah nifas berhenti dilanjutkan keluarnya darah haid (berhentinya
darah nifas bertepatan waktu haid), maka sang wanita tetap
meninggalkan shalat dan puasa. Darah yang keluar setelah 40 hari
dihukumi sebagai darah haid. Sang wanita baru wajib mandi (bersuci)
setelah darah haid tidak keluar lagi.
b. Darah tetap keluar setelah 40 hari dan tidak bertepatan dengan
kebiasaan masa haid, ulama berbeda pendapat mengenai hal ini.
Menurut ulama yang berpendapat bahwa lama maksimal nifas adalah
40 hari, menilai darah yang keluar setelah 40 hari sebagai darah
fasadh (penyakit) yang statusnya adalah sebagaimana istihadhah.
Sedangkan menurut ulama yang berpendapat bahwa tidak ada batasan
minimal dan maksimal lama nifas, mereka menilai darah yang keluar
setelah 40 hari tetap sebagai darah nifas.
Akan tetapi, jika ingin berhati-hati, setelah 40 hari dinilai suci.
Sehingga sang wanita bersuci untuk melaksanakan shalat dan puasa,
meski darah tetap keluar. Akan tetapi hal ini tidak berlaku pada 2
keadaan:
1) Ada tanda bahwa darah akan berhenti/ makin sedikit. Maka sang
wanita menunggu darah berhenti keluar, baru kemudian mandi
(bersuci)
2) Ada kebiasaan dari kelahiran sebelumnya, maka itu yang dipakai.
Misal, sang wanita telah mengalami beberapa kali nifas yang
lamanya 50 hari. Maka batasan ini yang dipakai.
C. Larangan Selama Masa Nifas
Nufail (2012) menjelaskan bahwa para ulama telah bersepakat wanita yang
sedang nifas diharamkan melakukan apa saja yang diharamkan bagi wanita
yang haid. Antara lain,
1. Sholat.
Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun
sunnah, dan mereka tidak perlu menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm
di dalam kitabnya al-Muhalla)

3
2. Puasa
Wanita yang sedang nifas tidak boleh melakukan puasa wajib
maupun sunnah. Akan tetapi ia wajib mengqadha puasa wajib yang ia
tinggalkan pada masa nifas. Berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu
‘anha, “Ketika kami mengalami haid, kami diperintahkan untuk
mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.”
(Muttafaq ‘alaih).
3. Thawaf.
Wanita haid dan nifas diharamkan melakukan thawaf keliling
ka’bah, baik yang wajib maupun sunnah, dan tidah sah thawafnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah
radhiyallahu ‘anha,
“Lakukanlah apa yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan
melakukan thawaf di ka’bah sampai kamu suci.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
4. Jima’.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Mereka bertanya
kepadamu tentang wanita haid, maka katakanlah, “Bahwa haid adalah
suatu kotoran, maka janganlah kalian mendekati mereka sebelum mereka
suci.”(Qs.al-Baqarah:222).
Seorang suami boleh sekedar bercumbu dengan istri yang sedang
nifas asal tidak sampai jima’. Akan tetapi bila sampai terjadi jima’, para
ulama berselisih pendapat apakah wajib membayar kaffarah (denda)
ataukah tidak.
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , ketika berbicara tentang
seorang suami yang mencampuri istrinya di waktu haid, Rasulullah
bersabda, “Hendaklah ia bershadaqah satu dinar atau separuh dinar.”
(Shahih Ibnu Majah no:523, ‘Aunul Ma’bud 1:445 no:261, Nasa’ai
I:153, Ibnu Majah 1:210 no:640.
Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani). Para fukaha telah
bersepakat (ijmâ’/konsesnsus), bahwa menyetubuhi isteri yang sedang
nifas itu hukumnya haram. Hal ini diqiyâskan kepada haid. Allah

4
mengharamkan bersetubuh di saat haid dan nifas, tentunya dengan
hikmah yang sangat jelas. Terlebih dalam mencegah penyakit berbahaya
yang diakibatkan bersetubuh pada masa itu. Sebuah penyakit yang
berbahaya yang kerap diperingatkan para dokter.
sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Widad, 2017)
menjelaskan bahwa berhubungan seksual saat haid maupun nifas vagina
mengeluarkan zat-zat masam yang bisa berfungsi membersihkan vagina
dari bakteri. Namun, jika wanita haid berhubungan intim, maka secretion
atau pengeluaran zat asam dapat berubah menjadi pengeluaran zat alkali
yang bisa menimbulkan peradangan pada vagina. Bakteri yang
seharusnya dibuang menemukan iklim kondusif tatkala terjadi hubungan
intim., yaitu:
a. Menyebabkan infeksi pada ovum (sel reproduksi pada wanita), dan
kadang-kadang infeksi tersebut mengembang hingga ke rahim
b. Sering juga menimbulkan infeksi pada kelamin laki-laki, dan
menimbulkan rasa sakit dan deman yang berbahaya.
c. Meningkatkan risiko dijangkiti AIDS sebanyak enam kali ganda.
d. Mengakibatkan pendarahan
5. Tidak boleh diceraikan. Diharamkan bagi suami menceraikan istrinya
yang sedang haid atau nifas. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Hai
Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu
ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(dengan wajar).” (Qs. ath-Thalaq: 1).
D. Amalan Selama Masa Nifas
Saribanon (2016) dalam bukunya yang berjudul Haid dan Kesehatan
menjelaskan beberapa amalan untuk wanita haid dan bisa diterapkan pada
wanita nifas, yaitu:
1. Membaca Al-Quran tanpa menyentuh lembaran mushaf. Boleh
menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten Al-Qurannya.
Karena benda semacam ini tidak dihukumi Al-Quran.

5
2. Berdzikir dan berdoa. Baik yang terkait waktu tertentu, misalnya doa
setelah adzan, doa seusai makan, doa memakai baju atau doa hendak
masuk WC,
3. Membaca dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti memperbanyak
tasbih (subhanallah) , tahlil (la ilaha illallah), tahmid ( alhamdulillah ),
dan zikir lainnya
4. Belajar ilmu agama, seperti membaca membaca buku-buku islam.
Sekalipun di sana ada kutipan ayat Al-Quran, namun para ulama sepakat
itu tidak dihukumi sebagaimana AlQuran, sehingga boleh disentuh.
5. Mandi Wajib
Adapun dalil tentang nifas diwajibkan mandi tidak ada, kecuali ijma’
ulama yang sepakat bahwa nifas sama dengan haid, sehingga setelah
selesainya nifas maka diwajibkan bersuci dengan mandi wajib. Para
ulama sepakat nifas sama dengan haid. dengan mandi wajib kita bisa
menghilangkan hadast besar yang disebapkan oleh hal tersebut (Nufail,
2012).
6. Menyusui
Allah berfirman dalam Q.S Luqman (31):14: "Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun."
Islam sangat memperhatikan asupan nutrisi yang diberikan
kepada bayi. Manfaat untuk ibu seperti meningkatkan keberhasilan
produksi ASI, merangsang produksi oksitosin dan prolactin. Oksitosin
mempunyai peran untuk menimbulkan kontraksi rahim, sehingga dangan
menyusui dapat meningkatkan oksitosin, merangsang kontraksi agar
mencegah perdarahan dan mempercepat rahim mengecil seperti sebelum
hamil (Dewi, 2013).
7. Asupan Nutrisi
Menjaga asupan nutrisi seperti konsumsi makanan yang tinggi
protein agar mempercepat involusio uteri dan mempercepat
penyembuhan luka. Menurut Asrinah (2010) Sumber protein tersebut

6
bisa diperoleh dari tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan,
ayam, keju, susu, dan telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran prematur, anemia dan edema.
Dalam surah Al-Nahl: 14 yang artinya : "Dan Dialah yang
menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya
daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang dapat kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar di
atasnya, dan supaya kamu mencari dari karunia-Nya, dan agar kamu
bersyukur."
Dari ayat tersebut dapat kita ambil pelajaran, bahwa allah sudah
menganjurkan kita untuk mengkonsumsi hasil laut seperti ikan. Ikan
adalah sumber pangan yang kaya protein.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang wanita yang sedang menjalani masa nifas tidak berkewajiban
untuk menjalankan ibadah seperti puasa, shalat, ihram, dan ibadah-ibadah
lainnya.
B. Saran
Diharapakan dengan adanya materi ini dapat menambah wawasan
pembaca khususnya ibu nifas, agar dapat mengetahui perubahan apa saja
yang dapat terjadi selama masa nifas dan mengetahui kapan selesai masa
nifas, serta mengetahi apa saja hukum-hukum serta amalan yang harus
dikerjakan dan yang harus ditinggalkan selama masa nifas.

7
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha


Ilmu
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri Sunarsih. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta: CV Trans Info Medika.
Nufail, Muhammad. 2012. Kupas Tuntas Hukum Darah Wanita. Pasuruan:
Alfalah Print
Saribanon, Nonon, dkk. 2016. Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam.
Jakarta: Pascasarjana Universitas Nasional
Widad, S. (2017). Konsepsi Saat Masa Menstruasi Berdasarkan Perspektif Fiqh
dan Medis. Oksitosin Kebidanan, IV(1), 14–28. Retrieved from

8
https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/oksitosin/article/view/372/361

Anda mungkin juga menyukai