Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“MEMBACA DAN MENGAJARKAN AL QUR’AN


BAGI WANITA HAID”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Aswaja Annahdhiyah

Dosen Pengampu:
Yahya Muhammad, M.Phil.

Disusun Oleh:
Aunika Izzatin Naja

STAI IHYAUL ULUM GRESIK


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Membaca dan
mengajarkan Al-Qur’an bagi wanita haid, untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aswaja Annahdhiyah tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Yahya Muhammad,
M.Phil. selaku dosen pengampu mata kuliah Aswaja Annahdhiyah yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kami sampaikan
kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami sangat membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki tugas dan makalah
selanjutnya

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan pembahasan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Haid................................................................................................4
B. Larangan Bagi Wanita Haid..............................................................................5
C. Hukum membaca dan mengajarkan Al Qur’an bagi wanita haid.....................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................9
B. Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril. Alquran merupakan salah
satu mukjizat yang diberikan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw.
dan satu-satunya mukjizat terbesar diantara mukjizat yang pernah diturunkan
oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. Alquran diturunkan oleh Allah
swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman kehidupan sehari-hari
bagi umat beliau.
Alquran mempunyai banyak keistimewaan, diantaranya yaitu isi, teks,
maupun makna Alquran tidak akan berubah sampai hari kiamat datang, itu
juga merupakan perbedaan Alquran dengan kitab Allah swt. lainnya yang
diturunkan kepada rasul-Nya. Keaslian kitab suci Alquran akan terpelihara
sampai kapanpun, tidak akan ada seorangpun yang sanggup merusaknya.
Demi menjaga dan terpeliharanya Alquran, umat Nabi Muhammad saw. sudah
seharusnya mempelajari, mehamami, serta mengamalkan apa yang terkandung
di dalam Alquran
Membaca Alquran adalah salah satu kesunahan yang sangat dianjurkan
oleh Nabi Muhammad saw. kepada umatnya. Dikarenakan hal itu, orang yang
membaca Alquran akan mendapat pahala sesuai dengan porsi yang dibacanya.
Membaca disini diartikan sebagai melafazkan sesuatu yang berasal dari
Alquran. Melafazkan dengan tanpa menyentuh ataupun memegang Alquran.
Namun dalam praktiknya terdapat halangan bagi kaum wanita dalam upaya
untuk membaca Alquran. Halangan terebut hanya terjadi pada kaum wanita,
yaitu haid. Haid secara bahasa berarti mengalir, sedangkan secara
terminologis (istilah) menurut para ahli fikih berarti darah yang biasa keluar
pada diri seorang wanita pada hari-hari tertentu. disebabkan keluarnya darah.
Perempuan yang sedang haid dilarang salat, puasa, dan beberapa ibadah
lainnya

1
Hukum menyentuh Alquran bagi wanita haid saja tidak diperbolehkan,
apalagi membawanya. Berbeda halnya dengan hukum membaca Alquran bagi
wanita haid, terdapat banyak perbedaan pendapat tentang hukum ini.
Beberapa ulama berbeda pendapat tentang hukum wanita yang sedang haid
untuk membaca Alquran. Terdapat pendapat yang secara mutlak
memperbolehkan dan tidak memperbolehkan wanita yang sedang haid untuk
membaca Alquran, tetapi juga terdapat pendapat yang memperbolehkan
wanita yang sedang haid untuk membaca Alquran namun dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
Larangan tersebut menjadi kendala bagi wanita yang sedang dalam masa
belajar ataupun sebagai pengajar yang akan berakibat tertinggalnya pelajaran
yang akan diperoleh oleh pendidik maupun yang dididik. Namun lain halnya
dengan yang mengikuti pendapat yang memperbolehkan, hal tersebut tidak
menjadi penghalang sedikitpun. Terdapat mazhab yang memperbolehkan
wanita yang sedang haid membaca Alquran,
Dalam penjelasan diatas jelas bahwa wanita yang sedang haid
diperbolehkan untuk membaca Alquran. Terdapat perbedaan pendapat di
dalam kebolehan maupun larangannya. Dalam salah satu pendapat, seorang
wanita haid diperbolehkan secara mutlak untuk membaca Alquran, sedangkan
dalam pendapat lain seorang wanita haid diperbolehkan membaca Alquran
dengan ketentuan ataupun batasan, seperti membaca kosa katanya saja dan
membaca Alquran dengan niat untuk berzikir.
Permasalahannya, umat Islam di Indonesia mayoritas penganut mazhab
Syafii yang mengharamkan wanita haid membaca Alquran. Sebagai alternatif
bagi wanita haid terutama bagi penghafal Alquran agar tidak lupa terhadap
hafalannya, dan pengajar Alquran agar dapat melangsungkan pengajarannya
secara terus menerus, dibutuhkan untuk mengetahui pendapat para ulama
selain mazhab Syafii tentang hukum membaca Alquran bagi wanita haid.
Berdasarkan permasalahan diatas, penyusun tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut tentang bagaimana hukum membaca Alquran bagi wanita haid selain
mazhab Syafii.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Haid?
2. Apa saja larangan bagi wanita haid?
3. Bagaimana hukum membaca dan mengajarkan Al Qur’an bagi wanita haid?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian haid.
2. Untuk mengetahui larangan bagi wanita haid.
3. Untuk hukum membaca dan mengajarkan Al Qur’an bagi wanita haid.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAID
Haid secara etimologi berarti mengalir. Sedangkan haid secara
terminologi adalah darah yang keluar dari farji/kemaluan seorang wanita
setelah umur 9 tahun, dengan sehat (tidak karena sakit), tetapi memang kodrat
wanita, dan tidak setelah melahirkan anak. Dasar haid di dalam Al-Qur’an
adalah sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 222.
ْ َ‫يض َواَل تَ ْق َربُوه َُّن َحتَّى ي‬
‫طهُرْ نَ فَِإ َذا‬ ِ ‫يض قُلْ هُ َو َأ ًذى فَا ْعت َِزلُوا النِّ َسا َء فِي ْال َم ِح‬ ِ ‫ك َع ِن ْال َم ِح‬ َ َ‫َويَ ْسَألُون‬
َ‫ُ تَطَهَّرْ نَ فَْأتُوه َُّن ِم ْن َحيْث َأ َم َر ُك ُم هَّللا ُ ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬
Artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ‘Haid itu adalah
kotoran.’ Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang
tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri”. Ayat ini turun–
sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim di dalam kitab shahihnya–sebagai
respon atas fenomena kaum Yahudi yang memperlakukan wanitanya yang
sedang haid dengan tidak manusiawi. Mereka akan mengusirnya, tidak mau
tinggal seatap dan enggan makan bersama-sama seoalah-olah wanita ketika
haid adalah manusia yang menjijikan. Allah menurunkan ayat ini yang
menjelaskan bahwa haid memang darah kotor sehingga dilarang bagi suami
untuk melakukan hubungan badan dengannya selama ia haid sampai datang
masa suci. Nabi SAW juga menegaskan kembali di dalam sabdanya,
“Lakukan apa saja kecuali jimak,” yaitu boleh bagi suami untuk tetap tinggal
seatap dengan istrinya, makan bersama dan melakukan aktivitas bersama-
sama dengan istrinya seperti biasa ketika suci kecuali berhubungan
badanIbadah-Ibadah Terlarang saat Keluar Darah Kewanitaan

4
B. LARANGAN BAGI WANITA HAID
Wanita Haid diharamkan melakukan beberapa perkara sebagai berikut, antara
lain:
1. Shalat.
Bagi Muslimah yang sedang haid atau nifas, selama masa itu ia tidak
shalat, dan tidak perlu mengganti shalat yang ditinggalkan. Jika usai darah
haid atau nifas telah berhenti, maka segera mandi wajib, lantas segera
menunaikan shalat di waktu itu.
2. Berpuasa
Perempuan yang sedang menstruasi maupun nifas tidak boleh menjalankan
puasa, sampai ia sudah suci. Nantinya setelah suci, jika ia meninggalkan
puasa wajib, maka ia harus mengganti puasanya sebanyak hari yang
ditinggalkan.
3. Memegang dan membawa mushaf
Larangan ini sebagaimana dilarang bagi orang yang berhadats kecil, dalam
Mazhab Syafi’i.
4. Berdiam di masjid
Hal ini juga dilarang bagi orang yang junub. Ditambahkan keterangan
dalam Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imamis Syafi’i bahwa dilarang
juga lewat dalam masjid, jika darah yang keluar dikhawatirkan akan
menetes di area masjid.
5. Thawaf
Nabi SAW menyebutkan bahwa persyaratan kesucian thawaf itu
sebagaimana shalat.
6. Membaca Al-Quran
Mengenai hukum membaca Alquran bagi wanita haid, Terdapat perbedaan
pendapat di dalam kebolehan maupun larangannya.

5
C. HUKUM MEMBACA DAN MENGAJARKAN AL- QUR’AN BAGI
WANITA HAID

Dalam Makalah ini penulis akan membahas tentang hukum membaca dan
mengajarkan alqur’an bagi wanita haid. Adapun beberapa bahasan yang akan
disampaikan diantarnya yaitu:
1. Hukum Membaca AlQur’an bagi wanita haid
Tanggung jawab besar yang tidak boleh ditinggalkan oleh para
penghafal Al-Qur’an adalah menjaga hafalannya agar tidak lupa.
Oleh karenanya, tidak sedikit para penghafal firman Allah ini yang
menghabiskan waktunya hanya untuk muraja’ah (mengulang-ulang)
hafalan Al-Qur’annya. Tetapi bagi perempuan haid kekhawatiran
muncul. Para wanita penghafal Al-Qur’an (hafizhah) terkadang
timbul kekhawatiran ketika dirinya sedang haid. Sebab, salah satu
hal yang harus benar-benar dijauhi oleh wanita yang sedang haid
adalah Al-Qur’an. Ia tidak boleh menyentuh dan membawanya,
karena Al-Qur’an harus berada di tangan orang-orang yang suci dari
hadats. Lantas, bagaimana hukum murajaah/membaca Al-Qur’an
bagi wanita haid? Imam Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syarf
an-Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya mengatakan, bahwa para
ulama kalangan mazhab Syafi’iyah berbeda pendapat perihal hukum
membaca Al-Qur’an bagi wanita haidh. Pertama, tidak boleh
(haram) bagi wanita haidh membaca Al-Qur’an, baik sedikit atau
pun banyak. Kedua, boleh membaca Al-Qur’an bagi wanita haidh
dan tidak ada larangan baginya, baik banyak atau pun sedikit.
Hukum kedua ini merupakan pendapat Imam Dawud, Imam Qadhi
Abut Thayyib, Ibnus Shabbagh dan yang lainnya. Selain itu,
menurut mazhab Imam Abu Hanifah, wanita haidh hanya
diperbolehkan membaca sebagian ayat Al-Qur’an, bukan
keseluruhannya. (Imam Nawawi, al-Majmu’ Syarhil Muhadzdzab,
[Beirut, Darul Fikr: tt], juz II, halaman 158).
Dalam penjelasan di atas, terlepas dari perbedaan ulama dalam
hal ini, Imam Nawawi lebih memilih opsi untuk membaca dalam

6
hati saja bagi wanita yang sedang haid, daripada membacanya secara
langsung dengan lisan (muraja’ah, sebagaimana maklum dipahami
banyak orang). Hal ini juga senada dengan apa yang disampaikan
oleh Syekh Ahmad Khatib asy-Syarbini (wafat 977 H) dalam
kitabnya, yang juga memberikan solusi dengan cara membaca dalam
hati. Ia mengatakan: “Siapa saja yang sedang dalam keadaan hadats
besar, maka boleh membaca Al-Qur’an dalam hati, melihat mushaf,
membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah dinasakh tulisannya,
menggerakkan bibir, berbisik dan suaranya tidak terdengar oleh
dirinya sendiri, karena hal ini tidaklah dianggap sebagai membaca
Al-Qur’an.” (Khatib asy-Syarbini, Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifati
Alfadzil Minhaj, [Beirut, Darul Fikr: tt], juz I, halaman 72).
Sementara itu, pendapat yang kuat dalam mazhab Malikiyah adalah
memperbolehkan wanita haidh untuk membaca Al-Qur’an, baik
khawatir lupa hafalan atau tidak. Hal ini sebagaimana ditegaskan
oleh Syekh Muhammad bin Ahmad bin Arafah ad-Dasuki al-Maliki
(wafat 1230 H), ia mengatakan: “Pendapat yang kuat (dalam
mazhab Malikiyah), bahwa diperbolehkan bagi wanita haidh untuk
membaca Al-Qur’an di masa-masa keluarnya darah, baik sedang
junub atau pun tidak, khawatir lupa hafalan atau tidak.” (Imam ad-
Dasuki, Hasiyah ad-Dasuki ‘ala Syarhil Kabir, [Beirut, Darul Fikr:
tt], juz I, halaman 174).
Alhasil, para ulama berbeda pendapat perihal hukum muraja’ah
Al-Qur’an bagi wanita haidh. Dalam mazhab Syafi’iyah, ada yang
mengatakan boleh, dan ada pula yang mengatakan tidak boleh.
Hanya saja, untuk menghindari perbedaan pendapat ulama, alangkah
baiknya mengikuti opsi yang ditawarkan oleh Imam Nawawi dan
pendapat Syekh Khatib asy-Syarbini, yaitu cukup dengan
membacanya dalam hati, atau membaca dengan bibir sekira
suaranya tidak terdengar oleh telinga. Sementara itu, dalam mazhab
Malikiyah juga terjadi perbedaan pendapat, hanya saja pendapat
yang lebih kuat dalam mazhab ini adalah yang memperbolehkan.

7
2. Hukum mengajarkan Al qur’an bagi wanita haid
Dalam masalah membaca Al-Qur’an bagi orang yang sedang haid
memang terdapat perbedaan di antara para ulama. Pada dasarnya menurut
jumhurul ulama orang yang sedang haid tidak diperbolehkan membaca Al-
Qur`an. Hal ini didasarkan kepada beberapa dalil. Di antaranya adalah
firman Allah SWT
‫ الواقعة‬- َ‫اَّل يَ َم ُّسهُ ِإاَّل ْال ُمطَهَّرُون‬
“Tidak ada yang menyentuhnya (al-Qur`an) kecuali hamba-hamba yang
disucikan” (Q.S. Al-Waqi’ah [56]: 79) Namun jika perempuan yang haid
ketika membaca al-Quran tujuannya bukan membaca, tetapi misalnya
tujuannya adalah untuk mengajar atau membenarkan bacaan yang salah
maka dalam kasus seperti ini diperbolehkan. Hal ini sebagaimana orang
yang dalam keadaan haid yang masih diperbolehkan membaca Al-Quran
selama tidak diniati untuk membaca (misalnya untuk tujuan berdoa, yang
ada ayat Al-Qur’annya).  “Dan haram membaca al-Qur`an bagi semhisal
orang haid dengan tujuan membacanya walaupun dibarengi dengan tujuan
lainnya, dan menurut pendapat yang kuat tidak haram baginya bila
memutlakkan tujuannya. Dan juga tidak haram tanpa adanya tujuan
membacanya (al-Qur`an) seperti membenarkan bacaan yang keliru,
mengajarkannya, mencari keberkahan dan berdoa,”. (Abdurrahman
Ba’alwi, Bughyah al-Mustarsyidin, Bairut-Dar al-Fikr, h. 52).

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah penyusun jelaskan dan paparkan
mengenai hukum membaca Alquran bagi wanita haid menurut pandangan
Ulama’ dapat disimpulan sebagai berikut:
1. Dalam mazhab Syafi’iyah, ada yang mengatakan boleh, dan ada pula yang
mengatakan tidak boleh.
2. Pendapat Imam Nawawi dan pendapat Syekh Khatib asy-Syarbini, yaitu
cukup dengan membacanya dalam hati, atau membaca dengan bibir sekira
suaranya tidak terdengar oleh telinga.
3. pendapat yang kuat dalam mazhab Malikiyah adalah memperbolehkan
wanita haidh untuk membaca Al-Qur’an, baik khawatir lupa hafalan atau
tidak.

Mengenai hukum mengajarkan Alquran bagi wanita haid menurut


pandangan Ulama’ dapat disimpulkan banyak ulama yang memperbolehkan
para ustadzah atau guru mengaji (TPA/TPQ) tetap mengajar meskipun sedang
dalam keadaan haid. Demikian juga para murid perempuan yang sedang
belajar mengaji.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
kemajuan kami dalam membuat makalahselanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Zuhaili, Wahbah Az-, Tafsir Al-Wasith, 3 jilid, alih bahasa Muhtadi, dkk, Jakarta:
Gema Insani, 2013
 https://islam.nu.or.id/thaharah/hukum-murajaah-al-qur-an-bagi-wanita-haidh-
RXWph Di akes pada 9 Desember 2022 Pukul 08.16
https://islam.nu.or.id/thaharah/pengertian-dalil-dan-hikmah-haid-HfLv2 Di akes
pada 8 Desember 2022 Pukul 08.19
https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/bolehkan-wanita-haid-mengajar-al-qur-an-
7Llbw Di akes pada 9 Desember 2022 Pukul 08.23
https://islam.nu.or.id/thaharah/ibadah-ibadah-terlarang-saat-keluar-darah-
kewanitaan-CguuG Di akes pada 7 Desember 2022 Pukul 08.26

10

Anda mungkin juga menyukai