Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MANDI WAJIB

Dosen pengampu: Khoirul Umam, M.HI

Disusun oleh:

Kelompok V

Mohammad Rosyihul ilmi (19230075)

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha kuasa, yang karena izin dan karunia Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MANDI WAJIB” ini. Solawat
dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Rasulullah saw, beserta keluarga, para
sahabat dan seluruh umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas presentasi mata kuliah
“FIQIH IBADAH”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa saja hal-
hal yang di haruskan mandi ?, tata cara mandi besar yang sesuai sunnah Rasulullah
saw.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah
keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi
penyusunan makalah dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang Aamiin
yaa robbal alamin.

Malang, 20 September 2019


DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................

Daftar isi.............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.............................................................................
b. Rumusan masalah.........................................................................
c. Tujuan...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Mandi besar................................................................


b. Sebab-sebab seseorang mandi besar.............................................
c. Tata cara Mandi besar..................................................................
d. Sunnah-sunnah mandi besar.........................................................

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan...................................................................................
b. Saran.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bersuci merupakan hal yang sangat erat kaitannya dan tidak dapat
dipisahkan dengan ibadah sholat, haji dan ibadah ibadah yang berhubungan
langsung dengan Allah, misalnya : tanpa bersuci orang yang berhadast tidak
dapat menunaikan ibadah seperti Sholat. Banyak orang mungkin tidak tahu
bahwa sesungguh nya bersuci memiliki tata cara atau aturan yang harus
dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, tidak akan sah bersuci nya dan secara
otomatis ibadah yang dikerjakan juga tidak sah.
Terkadang ada masalah ketika orang itu tidak menemukan air, maka
Islam mempermudahkan orang tersebut untuk melakukan tayamum sebagai
ganti dari mandi, yang mana alat bersucinya menggunakan debu, untuk lebih
jelas nya kami akan menjelaskan nya lebih lanjut dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dari mandi besar ?
b. Apa yang menyebabkan seseorang mandi besar ?
c. Tata cara mandi besar ?
d. sunnah-sunnah mandi besar ?

C. TUJUAN
a. Agar mengetahui tata cara mandi wajib yang benar.
b. Agar mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika mandi
besar.
c. Agar Ibadah yang kita kerjakan tidak sia-sia.
d. Agar mengetahui sunnah-sunnah mandi besar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANDI BESAR


Lafal al- ghuslu atau al ghaslu dalam islam menunjukan arti perbuatan
mandi, mandi menurut bahasa adalah : mengalirkan air secara mutlak
keseluruh badan dengan niat, adapun tujuan dari mandi wajib adalah sebagai
penghilang hadas besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah
shalat atau ibadah lainnya1. Hadas besar sendiri merupakan hadas yang
menyebabkan wajib nya seseorang untuk mandi, seperti keluarnya air mani,
haid, dan nifas.

Firman Allah swt yang artinya :

“Dan jika kamu junub maka mandilah” (Al-maidah:6 )

Hikmah dan tujuan mandi ini ialah untuk kebersihan, mengembalikan


kesegaran dan keaktifan badan. Sebab, bersetubuh telah memberi pengaruh
kepada seluruh badan. Dengan mandi, maka pengaruh tersebut dapat hilang.

Dengan mandi, hal ini juga berarti kita memenuhi perintah syara, Nabi
Muhammad Saw. bersabda,

“Bersuci adalah sebagian dari keimanan”.

Rukun mandi wajib yaitu, meratakan air keseluruh tubuh sesuai dengan
kemampuan dan tidak sampai menimbulkan kesukaran.

Dengan mandi tersebut, maka semua hal yang sebelum mandi dilarang akan
menjadi halal, disamping juga akan mendapatkan pahala karena dia
melakukan tujuan untuk ibadah kepada Allah swt.

Para ulama mengatakan bahwa mandi jinabat telah dilakukan orang sejak
zaman jahiliiah. Hal itu merupakan sisa-sisa agama Ibrahim As.

B. SEBAB-SEBAB YANG MEWAJIBKAN MANDI BESAR.


1
Wahbah Al-zuhaili, Fiqih islam wa adilatuhu . PT Darul fikir, Kuala lumpur,2010, Hal:424.
Hal-hal yang mewajibkan mandi ada 6 perkara. Jika telah terjadi salah
satu dari nya, maka seorang muslim wajib mandi.

1. Keluarnya mani dari jalan nya, baik bagi pria maupun wanita; baik keluar
ketika terjaga atau ketika dalam keadaan tidur. Jika keluar pada saat terjaga,
maka dipersyaratkan dengan adanya rasa nikmat ketika proses keluarnya. Jika
keluar tanpa adanya rasa nikmat, maka tidak menjadi penyebab wajibnya
mandi. Seperti keluarnya mani karena suatu penyakit atau tidak ada daya
tahan2.
Jika keluar mani dikala sedang tidur, yang sering dinamakan dengan ihtilam
(mimpi basah), maka mutlak wajib baginya untuk mandi. Hal ini sering tidak
diketahui karena tidak adanya rasa nikmat. Maka, jika seseorang ketika
bangun tidur menemukan bekas mani, wajib bagi nya untuk mandi. Jika
seseorang mimpi basah, tetapi tidak keluar mani dan tidak menemukan bekas
nya, maka tidak wajib baginya untuk mandi.

2. Di antara perkara yang menjadi penyebab wajibnya mandi adalah masuknya


Zakar (kemaluan laki-laki) kedalam faraj (kemaluan wanita) sekalipun tidak
sampai orgasme (keluar mani). Hal itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan
Muslim dan lainnya dari Nabi Shallahu Alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“ jika (suami) telah duduk diantara empat anggota tubuh (istrinya), kemudian
dua kemaluan saling bersentuhan, maka telah wajib mandi.(Al-Bukhari dan
Muslim)
Kewajiban mandi bagi suami yang menyetubuhi dan istri yang disetubuhi
dengan masuknya kemaluan, sekalipun tidak sampai orgasme maka di
wajibkan untuk mandi besar bagi suami dan istri.

3. Di antara yang menjadi sebab wajibnya mandi menurut sekelompok para


ulama adalah masuk Islam seorang kafir. Jika seorang kafir (Non muslim)
masuk islam, maka wajib baginya mandi karena Nabi Shallahu alaihi wa
sallam memerintahkan kepada sebagian orang yang masuk Islam untuk
mandi.
Kebanyakan ahli ilmu berpandangan bahwa mandinya seorang kafir ketika
masuk islam adalah musstahab (sunnah), bukan wajib. Tidak pernah dinukil

2
Shalih bin fauzan Al- fauzan ,Ringkasan fiqih lengkap, PT Darul falah, Jakarta:2005, Hal;53.
Ulama Maliki dan Hambali mewajibkan mandi kepada orang kafir
yang memeluk islam. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw.yang
diriwayatkan oleh Qais bin Ashim yang mengatakan bahwa dia telah
memeluk Islam, lalu Rasullullah saw. memerintahkan nya supaya mandi
dengan air dan bidara.
Ulama Hanafi dan ulama Syafii berpendapat bahwa mereka hanya
disunahkan mandi apabila mereka tidak berjunub. Jika mereka hanya
mengambil wudhu, maka sudah cukup. Alasan mereka ialah dari Nabi
Shallahu alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan kepada setiap orang
yang masuk Islam untuk mandi. Maka, perintah beliau untuk mandi dibawa
kepada hukum mustahabb sebagai konsekuensi penggabungan beberapa dalil
Wallahu A’lam.

4. Di antara penyebab wajibnya mandi adalah kematian. Maka, wajib


memandikan mayit, kecuali orang yang syahid di medan peperanggan karena
seorang yang syahid tidak di wajibkan untuk di mandikan.
Ulama sepakat bahwa orang muslim diwajibkan secara kifayah dan secara
ta’abbudi, untuk memandikan jenazah seorang muslim yang meninggal dunia
selain orang yang mati syahid.

5. Haid dan Nifas

Ulama sepakat bahwa kedua hal ini juga menjadi sebab wajibnya mandi.
Hukum mandi sebab berhenti Haid adalah firman Allah SWT,

“…karena itu jauhilah istri pada waktu haid”….. (Al-Baqarah:222)

Juga, berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan


oleh imam Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda
kepada Fatimah binti Abu hubasyh,

“ Apabila mulai datang haid, hendaklah kamu meninggalkan shalat. Apabila


ia telah berhenti, maka hendaklah kamu mandi dan mengerjakan shalat”.
Sementara itu, nifas adalah darah haid yang terkumpul. Berhentinya darah
haid dan nifas merupakan syarat wajib serta sarat syarat sahnya mandi. Hal ini
berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-qur’an,

“ apabila mereka telah suci, campurilah mereka…” (Al-Baqarah:222)

Artinya, adalah apabila wanita-wanita itu telah mandi. Suami dilarang


menyetububi istrinya sebelum istrinya mandi. Ini adalah dalil yang
menunjukan bahwa mandi adalah wajib bagi wanita yang telah selesai haid.

Adapun kelahiran bayi dalam keadaan kering (tidak ada darah yang
keluar), menurut pendapat yang mu’tamad dikalangan ulama maliki, pendapat
yang terpilih dalam mazhab Hanafi dan pendapat yang Ashah di kalangan
ulama syafi’I, hal itu tetap menyebabkan wajib mandi, karena adanya
kelahiran bayi. Meskipun menurut Imam Syafi’i yang keluar itu adalah hanya
segumpal darah atau daging, karena pada hakikatnya ia adalah mani yang
telah terbentuk, selain itu, biasanya proses kelahiran selalu disertai keluarnya
cairan.
C. TATA CARA MANDI BESAR

Cara mandi yang sempurna dapat diketahui dengan memperhatikan panduan As-
sunnah. Diantaranya adalah yang diriwayatkan oleh Aisyah radiyallahu anhu.

“ Apabila Rasullullah saw. mandi junub, maka beliau memulainya dengan membasuh
kedua tangan nya kemudian menuangkan air ketangan kirinya. Lalu beliau membasuh
kemaluan nya dan diikuti dengan berwudhu. Kemudian dia memasukkan jari-jarinya
kebagian pangkal rambutnya. Setelah itu beliau menuangkan air ke atas kepalanya
sebanyak tiga tuanggan. Setelah itu, beliau meratakan air keseluruh tubuhnya dan
akhirnya beliau membasuh kedua belah kakinya.

Para ulama mewajibkan seseorang melakukan perkara-perkara berikut ini


ketika mandi wajib.

Anda mungkin juga menyukai