Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IBADAH AKHLAK

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
 Risa Novianti (1905025034)
 Nanda rahayu (1905025035)
 Firli Isda Fauziah(1905025041)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan lagi Maha Penyayang. Selain itu, Kami juga memanjatkan
puji syukur atas limpahan berkah dan hidayah-Nya, sehingga
penyelesaiaan makalah Thaharah yang mencakup Mandi besar,
Wudhu, Tayamum bisa berjalan lancar.Kami juga berharap, agar
makalah ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca guna
mendirikan pengetahuan yang baik dalam kehidupan.
Makalah ini kami susun dengan lengkap dan detail,
sehingga orang yang masih awam dapat memahami mengenai
informasi yang berkaitan dengan Thaharah beribadah atau
mensucikan diri dari hadast besar maupun kecil. Kami juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
sudah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Kami memohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan kata,
sehingga kami membuka dan menerima kritik dan saran bagi
seluruh pembaca.
Akhir kata Kami sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan memberi inspirasi bagi seluruh orang yang
membaca.Kami juga berharap, agar makalah ini bisa menjadi
sumber informasi tentang Thaharah yang mencakup wudhu,
mandi besar, dan tayamum Sekian.
Jakarta, 14 Oktober 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………….…………………………………1
Kata Pengantar ………………………………………………2
Daftar isi ……………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………4
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………4
1.2 Rumusah Masalah ………………………………………..6
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………6
1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………..6
BAB II PEMBAHASAN …………………………………….7
2.1 Pengertian Thaharah..…………………………………….7
2.2 Pengertian Mandi Wajib………………………………….7
2.3 Sebab sebab yang mengharuskan Mandi Wajib ………….8
2.4 Pengertian Wudhu ………..……………………………...9
2.5 Rukun Wudhu …………………………………………….9
2.6 Pengertian Tayamum …………………………………….11
2.7 Cara Tayamum …………………………………………...12
BAB III : Penutup …………………………………………..13
A. Kesimpulan…..……………………………………………13
Daftar Pustaka …………………………,……………………..14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tharahah, Dari segi bahasa thrahah berarti bersih dan suci


dari segala yang kotor, baik yang bersifat hissy (dapat diindera)
atau yang bersifat ma’nawiyy (abstrak).Sedangkan menurut
syara thaharah adalah menghilangkan hadast dan najis.Tharahah
juga sering kali diartikan bersuci.Hadast maknawi berlaku bagi
manusia.Mereka yang terkena hadast ini dilarang melakukan
shalat, dan untuk mensucikannya mereka wajib wudhu, mandi,
tayamum.
Ada dua hal yang menjadi objek thaharah, yaitu hadast, baik
hadast kecil maupun besar dan najis.Dari sini kita pun mengenal
istilah bersuci dari hadast dan bersuci dari najis.
Islam menempatkan masalah tharahah menjadi salah satu
masalah penting yang tidak bias dianggap remeh. Hal ini
disesbabkan oleh dua hal yaitu:
Pertama, tharahah menjadi syarat sahnya ibadah-ibadah tertentu
misalnya ibadah shalat, ini artinya jika ibadah tidak bisa
dibangun atas dasar tharahah, bersih dari hadast dan najis maka
shalat dianggap tidak sah yang konsekuensinya tidak akan
diterima allah.
Kedua, alasan lain mengapa islam menempatkan thaharah
sebagai urusan sangat penting adalah thaharah terkait langsung
dengan masalah kebersihan.
٢٢٢﴿ ‫﴾ َّن ٱهَّلل َ حُي ِ ُّب ٱلتَّ َّ ٰوب َِني َوحُي ِ ُّب ٱلْ ُم َت َطهِّ ِر َين‬
‫ِإ‬
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Qs. Al baqarah :
222)
Allah menegaskan bahwa ia sangat mencintai orang-orang islam
yang bersih. Dengan kata lain allah menyukai orang-orang yang
selalu memperhatikan kebersihan itu artinya seseorang bisa saja
mendapatkan cinta allah sebab hidup mereka menempatkan
thaharah sebagai masalah yang harus benar-benar diperhatikan.
Hadast dibedakan menjadi dua macam, yaitu hadast kecil dan
hadast besar. Beberapa hal hadast kecil misalnya buang angina,
buang air, buang hajat, bersentuhan kulit antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrimnya, tidur atau menyentuh alat
kemaluan , baik alat kemaluannya sendiri maupun alat kemaluan
orang lain dengan telapak tangan.
Adapun cara mensucikan hadast kecil adalah dengan berwudhu
atau dengan tayamum sebagai ganti wudhu jika dalam waktu-
waktu tertentu.
Sedangkan beberapa hal yang menyebabkan seseorang
menanggung hadast besar misalnya bersetubuh, keluar air mani
baik akibat dari adanya persetubuhan atau yang lain, datang
bulan, nifas, dan melahirkan,khusus bagi wanita.
Cara mensucikan dari hadast tidak cukup hanya dengan
berwudhu tetapi juga akan tetapi harus dengan mandi besar atau
yang disebut mandi jinnabah.
Thaharah dari hadast dan najis itu menggunakan air
sebagaimana firman Allah SWT:
“dan allah menurunkan padamu hujan dan langit untuk
menyucikan kamu dengan hujan itu” (Q.s Al-anfal : 11)
“dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih” (Q.s Al-
furqan : 48)
Thaharah pada ayat diatas berarti suci pada dirinya sendiri dan
menyucikan yang lain. Para ulama membagikan menjadi 2
macam:
a. Air muthlaq dan air mustamal
b. Air mudhaf
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Thaharah?
2. Apa yang dimaksud Mandi Wajib?
3. Apa yang dimaksud Wudhu?
4. Apa yang dimaksud Tayamum?
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud Thaharah
2. Untuk mengetahui maksud Mandi Wajib
3. Untuk mengetahui maksud Wudhu
4. Untuk mengetahui maksud Tayamum
D.Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Thaharah,mandi wajib, wudhu dan tayamum
2. Sebagai tambahan pengalaman serta masukan sehingga
dapat menjadi bekal dan pedoman untuk kehidupan
sehari hari
3. sebagai landasan dasar dalam meningkatkan wawasan
agar lebih baik dalam menjalankan ibadah
BAB II
PEMBAHASAN
A.Tharahah
Dari segi bahasa thrahah berarti bersih dan suci dari
segala yang kotor, baik yang bersifat hissy (dapat diindera)
atau yang bersifat ma’nawiyy (abstrak).Sedangkan menurut
syara thaharah adalah menghilangkan hadast dan
najis.Tharahah juga sering kali diartikan bersuci.Hadast
maknawi berlaku bagi manusia.Mereka yang terkena hadast
ini dilarang melakukan shalat, dan untuk mensucikannya
mereka wajib wudhu, mandi, tayamum.
B.Mandi wajib
Salah satu bersuci adalah mandi yaitu mengalirkan air
keseluruh tubuh dengan niat tertentu. Mandi dalam islam
ada beberapa macam, ada mandi sunah da nada mandi
wajib. Mandi sunah contohnya mandi di hari jumat, laki-
laki yang melaksanakan solat jumat diwajibkan mandi
sunah terlebih dahulu.
Mandi wajib, disebut juga mandi besar, mandi junub atau
mandi janabat, adalah salah satu cara bersuci dengan
mengalirkan air ke seluruh tubuh, dengan niat mengangkat
(menghilangkan) hadas besar atau janabat.
Adapun yang dimaksud mandi wajib yaitu mandi yang
diharuskan karena alasan alasan tertentu.Dalam
pelaksanaannya mandi wajib ada yang berlaku bagi laki-
laki dan perempuan, ada juga yang hanya khusus untuk
perempuan.
Ketika kamu memiliki hadast besar maka kamu wajib
menyucikannya,
sebagaimana Allah SWT berfirman:
‫َو ن ُكنمُت ْ ُجنُ ًبا فَٱ َّطه َُّرو ۟ا‬
‫ِإ‬
“jika kamu junub maka mandilah,” (Q.s al-maidah [5]:6 )
Umat islam dianjurkan senantiasa dalam keadaan bersih
dan suci. Baik suci dari hadast kecil maupun besar hadast
kecil cukup disucikan dengan berwudhu.Adapun hadas
besar harus disucikan dengan mandi besar, contohnya
perempuan yang haid untuk menyucikan dengan mandi
wajib.
 Sebab sebab yang mengharuskan mandi wajib
Orang yang memiliki hadast kecil dapat disucikan dengan
wudhu dan tayamum, sedangkan yang mempunyai hadast
besar harus disucikan dengan mandi wajib atau tayamum.
Dalam keadaan sakit ia tidak kuat mandi maka dengan
menghilangkan hadastnya dengan tayamum.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang
diprintahkan mandi wajib.Beberapa penyebab tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Hubungan suami istri baik keluar mani ataupun tidak
harus melakukan mandi wajib, hal ini sesuai dengan
sabda rasulullah saw, sebagai berikut:
‫َذا الْ َت َقى الْ ِخ َتااَن ِن َو ت ََو َار ِت الْ َحشَ َف ُة فَ َقدْ َو َج َب الْغ ُْس ُل‬
‫ِإ‬
“Apabila dua khitan bertemu dan kepala zakar
tersembunyi (dalam farji, -pent.), telah wajib mandi.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah,)
2. Ada mani keluar baik keluarnya karena mimpi maupun
sebab lain, baik disengaja maupun tidak, dengan
perbuatan sendiri atau bukan tetap saja jika keluar mani
tetap mandi wajib.
3. Meninggal dunia (mati), orang islam yang meninggal
dunia hukumnya fardu kifayah, atas muslim yang hidup
untuk memandikannya, kecuali orang yang meninggal
dunia itu dalam keadaan syahid.
4. Karena haid. Sebagaimana di jelaskan bahwa haid yang
dialami perempuan apabila telah berhenti diwajibkan
mandi wajib.
5.
C.Wudhu
Secara Bahasa kata wudhu dalam Bahasa Arab berasal
dari kata Al-Wadha’ah.Kata ini bermakna An-Nadzhafah
yaitu kebersihan.
Imam An-Nawawi mengatakan dalam kitab Al-
Majmu’syarh Al-Muhadzdzab “Adapun kata wudhu berasal
dari wadha’ah yang maknanya adalah kebersihan.”
Adapun secara istilah syar’i menurut Imam Asy-Syirbini
dalam kitab Mughnil Muhtaj Ilaa Ma’rifati Ma’ani Alfadzi
Al-Minhaj mengatakan “Adapun wudhu menurut istilah
syar’I adalah aktifitas khusus yang diawali dengan niat.
Atau aktifitas menggunakan air pada anggota badan khusus
yang diawali dengan niat.”
Wudhu adalah salah satu cara bersuci yang dilakukan
seseorang muslim berdasarkan perintah allah swt.
ِ ‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱذَّل ِ َين َءا َمنُ ٓو ۟ا َذا قُ ْممُت ْ ىَل ٱ َّلصلَ ٰو ِة فَٱ ْغ ِسلُو ۟ا ُو ُجو َهمُك ْ َوَأيْ ِديَمُك ْ ىَل ٱلْ َم َرا ِف ِق َوٱ ْم َس ُحو ۟ا ِب ُر ُء‬
‫وسمُك ْ َوَأ ْر ُجلَمُك ْ ىَل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
ِ ‫ٱ ْل َك ْع َبنْي‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki,” (Q.s Almaidah
[5]:6)
Telah diriwayatkan oleh Abu hurairah r.a bahwa Nabi Saw
pernah bersabda “Allah tidak akan menerima shalat
sesorang dari kamu apabila dia berhadas, sampai dia
berwudhu ( H.R Bukhari ,Muslim, Abu daud , dan Tirmidzi
)
Untuk berwudhu harus menggunakan air yang “suci dan
menyucikan”
Demikian pula apabila ada suatu zat yang menghalangi
sampainya air ke anggota tubuh yang akan dibasuh atau
disapu seperti lilin dan cat kuku maka zat tersebut harus
dihilangkan terlebih dahulu agar wudhu menjadi sah.
Rukun-rukun wudhu
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudhu adalah:
1. Niat untuk berwudhu. Niat menurut syariat adalah sengaja
mengerjakan suatu perbuatan, demi keridhaan Allah SWT
serta mengikuti cara yang ditentukan oleh-Nya. Niat adalah
perbuatan hati yang menyertai setiap perbuatan ibadah, dan
tidak wajib diikuti oleh ucapan lisan. Namun jika
diperlukan untuk menimbulkan konsentrasi, boleh saja
mengucapkannya.
2. Membasuh muka. Batasannya ialah dari telinga yang satu
ke telinga lainnya, dan dari tempat tumbuh rambut kepala
diatas dahi, sampai sedikit dibawah dagu.
3. Membasuh kedua tangan. Sampai dengan kedua siku
4. Mengusap (menyapu) kepala dengan air.
5. Membasuh kedua kaki. Sampai dengan kedua mata kaki
6. Tartib: mengerjakan rukun-rukun wudhu diatas secara
berurutan

Sunnah-sunnah wudhu
Selain rukun wudhu yang wajib dikerjakan, adapula
beberapa perbuatan yang dianjurkan (disunnahkan) agar
wudhu menjadi lebih sempurna.
1. Membaca basmalah Ketika memulai wudhu
2. Membersihkan gigi dengan sikat gigi atau siwak
3. Membasuk kedua telapak tangan sampai pergelangan,
sebanyak tiga kali
4. Berkumur-kumur (tiga kali)
5. Membersihkan bagian dalam hidung, lalu
mengeluarkannya kembali (tiga kali)
6. Menyilangi anak-anak jari dari kedua tangan Ketika
membasuh tangan. Demikian pula menyilangi anak-anak
jari dari kedua kaki Ketika membasuh kaki.
7. Mengusap bagian luar dan dalam kedua telinga dengan
air, bersamaan atau setelah mengusap kepala.
8. Mendahulukan anggota badan bagian kanan sebelum
yang kiri, baik Ketika membasuh tangan maupun kaki
9. Mengulangi basuhan tiap anggota wudhu (muka, tangan,
kepala dan kaki) masing-masing sebanyak tiga kali
10. Menggosok-gosok anggota wudhu Ketika
membasuhnya, agar lebih bersih
11.Menambahkan sedikit dari batas yang diwajibkan,
dalam membasuh atau mengusap anggota wudhu
12. Menggunakan air secukupnya saja, dan jangan boros
13. Selesai wudhu, menghadap kiblat dan berdoa.

E.Tayamum
Tayamum adalah menyapukan tanah (debu) yang suci
ke muka dan dua tangan dengan niat membolehkan
bershalat dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah Swt:
‫َوا ِۡن ُك ۡنمُت ۡ َّم ۡرىٰۤض َا ۡو عَىٰل َس َف ٍر َا ۡو َجٓا َء َا َح ٌد ِّمنۡمُك ۡ ِّم َن الۡ َغٓإٮِٕ^ِطِ َا ۡو ٰل َم ۡسمُت ُ ال ِن ّ َسٓا َء فَمَل ۡ جَت ِدُ ۡوا َمٓا ًء فَتَ َي َّم ُم ۡوا َص ِع ۡيدً ا َط ِ ّي ًبا‬
‫فَا ۡم َس ُح ۡوا ب ُِو ُج ۡوهِمُك ۡ َو َايۡ ِد ۡيمُكۡ‌ ؕ ِا َّن اهّٰلل َ اَك َن َع ُف ًّوا غَ ُف ۡو ًرا‬
Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau
sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha
Pemaaf, Maha Pengampun.
Tayamum juga merupakan keringanan (rukshah) yang
berlaku karena adanya salah satu di antara sebab-sebab
berikut:
1. Tidak mendapatkan air sama sekali, atau ada air tetapi tidak
cukup untuk bersuci. Namun terlebih dahulu dia harus
mencari dulu disekitarnya, apabila telah yakin tidak adanya
air, maka tidaklah wajib mencarinya, dan boleh langsung
bertayamum
2. Apabila dia mengetahui adanya air tidak jauh dari
tempatnya, namun perjalanan kesana tidak aman bagi
keselamatan dirinya, keluarganya, hartanya ataupun
kehormatannya
3. Dalam keadaan cuaca amat dingin sehingga khawatir bila
mandi dengan air dingin dapat membahayakan
kesehatannya, maka dia dibolehkan bertayamum
4. Apabila menderita sakit atau luka yang menurut
pengalamannya sendiri, atau keterangan dokter akan
bertambah parah atau memperlambat kesembuhannya jika
dia menggunakan air

Cara bertayamum :
 Niat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam cara berwudhu,
niat ialah menyengaja melakukan sesuatu demi meraih
keridhaan Allah dan melakasanakan perintah-Nya. Dalam
hal ini hendaknya diniatkan bertayamum sebagai pengganti
wudhu (dalam hadas kecil) atau pengganti mandi (dalam
hadas besar) agar boleh melaksanakan shalat dan
sebagainya
 Setelah berniat untuk tayamum, disunnahkan membaca
basmalah, lalu menepukkan kedua telapak tangan di atas
tanah, pasir, batu, bantal, dinding atau apa saja yang
diperkirakan berdebu (tetapi harus bersih, tidak berupa zat
najis atau tercemar oleh zat najis). Kemudian meniupi atau
menggerak-gerakan kedua tangannya itu sehingga kedua-
duanya saling berbenturan, untuk nemepiskan debu yang
masih melekat pada keduanya
 Menyapukan kedua telapak tangannya itu ke wajah dan
kedua tangan sampai pergelangan, masing-masing cukup
satu kali saja

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tharahah, Dari segi bahasa thrahah berarti bersih dan
suci dari segala yang kotor, baik yang bersifat hissy
(dapat diindera) atau yang bersifat ma’nawiyy
(abstrak).Sedangkan menurut syara thaharah adalah
menghilangkan hadast dan najis.Tharahah juga sering
kali diartikan bersuci.Hadast maknawi berlaku bagi
manusia.Mereka yang terkena hadast ini dilarang
melakukan shalat, dan untuk mensucikannya mereka
wajib wudhu, mandi, tayamum.
Ada dua hal yang menjadi objek thaharah, yaitu hadast,
baik hadast kecil maupun besar dan najis.Dari sini kita
pun mengenal istilah bersuci dari hadast dan bersuci dari
najis.
Mandi wajib, disebut juga mandi besar, mandi junub
atau mandi janabat, adalah salah satu cara bersuci
dengan mengalirkan air ke seluruh tubuh, dengan niat
mengangkat (menghilangkan) hadas besar atau janabat.
Tayamum adalah menyapukan tanah (debu) yang suci ke
muka dan dua tangan dengan niat membolehkan
bershalat dan sebagainya.
Secara Bahasa kata wudhu dalam Bahasa Arab berasal
dari kata Al-Wadha’ah.Kata ini bermakna An-Nadzhafah
yaitu kebersihan.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Abdullah, Fiqih Thaharah Panduan Praktisi Bersuci,
Pustaka Media, 2018
M. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mahzab, Penerbit Lentera,
Jakarta, 2011
M. Udin Wahyudin : Muh. Taufiq Muharam, Fiqih, Bandung,
Grafindo Media Pratama, 2008
M. Al-Baqir, Panduan Lengkap Ibadah menurut Al-Quran, Al-
Sunnah, dan pendapat para Ulama, Noura Books PT Mizan
Publika, Jagakarsa Jakarta Selatan, 2015
Muhammad Ajib, Lc., MA, Fiqih Wudhu Versi Madzhab
Syafi’iy, Rumah Fiqih Publishing, Jakarta, 2019

Anda mungkin juga menyukai