Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MANDI (GHUSL)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah

Dosen pengampu : Abdul Mukti Tabrani

Disusun oleh kelompok 2:


Fajarusman Maulana
Fajar Abdullah
Faiz Humaidi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan ilham-Nya sehingga kami semua dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas
kelompok dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana. Kami haturkan terimakasih kepada
kedua orang tua kami yang senantiasa memberi doa dan dukungan moril, teman-teman yang
ikut andil dalam penyusunan malakah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedomannya bagi pembaca maupun pengarang. Makalah
ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Bahasa Indonesia.

Harapan kami makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca maupun pengarang
makalah. makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu untuk pembaca makalah
ini dimohon kritik dan sarannya supaya bisa menjadi pembelajaran buat kita agar kedepan
nya mampu membuat makalah yang lebih baik lagi dalam bentuk dan isi nya.

Pamekasan 13 september 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

A. Latar belakang……………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
C. Tujuan …………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
2
A. Pengertian Mandi (Ghusl)…………………………………………………………2
B. Jenis-jenis Mandi (Ghusl)…………………………………………………………2
C. Hikmah Mandi……………………………………………………………………..3
D. Hukum……………………………………………………………………………..3
E. Klasifikasi………………………………………………………………………….4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………5

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………5
B. Saran ……………………………………………………………………………….5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mandi wajib atau ghusl dalam Islam berkaitan dengan konsep kesucian dan
kebersihan yang sangat penting dalam agama. Mandi wajib dilakukan untuk
menghilangkan hadas besar, yaitu kondisi yang memerlukan penyucian total sebelum
seseorang dapat melaksanakan ibadah seperti shalat. Menurut ajaran Islam, ada
beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang harus melakukan ghusl, seperti
setelah berhubungan intim, selesai haid atau nifas bagi wanita, setelah melahirkan,
dan juga bagi orang yang baru masuk Islam. Tujuannya adalah untuk mencapai
keadaan suci secara fisik dan spiritual sebelum beribadah atau memasuki tempat-
tempat suci. Ghusl juga diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits, yang memberikan
panduan tentang bagaimana dan kapan harus dilakukan. Misalnya, dalam Surat Al-
Ma’idah ayat 6, Allah berfirman: “…dan jika kamu junub maka mandilah…” (QS.
Al-Ma’idah: 6), yang menunjukkan kewajiban mandi bagi mereka yang dalam
keadaan junub (hadas besar) sebelum melaksanakan shalat. Praktik ini tidak hanya
simbolis tetapi juga memiliki manfaat higienis, karena mandi membantu
membersihkan tubuh dari kotoran dan bakteri. Dengan demikian, ghusl menjadi
bagian penting dari kehidupan sehari-hari umat Islam, yang menekankan pentingnya
kebersihan dan kesucian.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Mandi ?
2. Bagaimana hukumnya Mandi ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui cara mandi
2. Untuk mengetahui macam macam mandi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mandi (Ghusl)


Al-ghusl (mandi) secara Bahasa adalah kata yang tersusun dari tiga huruf,
yaitu ghain, sin, dan lam. Ketiga huruf tersebut menunjukkan sucinya dan bersihnya
sesuatu. Dan Al-ghislu juga di gunakan untuk membersihkan sesuatu seperti sabun,
shampoo, dan sebagainya.
Ulama syafi’i mendefinisikan mandi (al-ghusl) dengan mengalirkan air ke
seluruh badan dengan niat. Sementara Ulama Maliki mendefinisikannya dengan
menyampaikan air serta menggosokkannyake seluruh badan dengan niat supaya boleh
melaksanakan sholat. Keempat imam mahzab (Malik, Abu Hanifah, Ahmad bin
Hambali, dan Syafi’i) sepakat bahwa wajib mandi apabila dua khitan (kemaluan laki-
laki dan Perempuan) bertemu (terjadi persetubuhan).

B. Jenis-jenis Mandi (Ghusl)


Mandi (ghusl) ada tiga macam:
1. Mandi wajib
Perkara-perkara yang menyebabkan mandi wajib adalah sebagai berikut:
1) Berkumpunya suami dan istri, yakni karena bersenggama
2) Keluarnya air mani, baik karena mimpi, atau kerena birahi, atau karena
lainnya
3) Kematian, yaitu seorang muslim yang meninggal wajib di mandikan
4) Haid
5) Nifas, yaitu sudah melahirkan anak.
2. Mandi sunnat
Seorang muslim di anjurkan untuk melaksanakan mandi sunat Ketika
menghadapi hal-hal berikut:
1) Ketika hendak pergi untuk melaksanakan hari raya ‘idul fitri dan’idul adha
2) Ketika hendak pergi melaksanakan sholat jum’at
3) Ketika sudah memandikan mayat
4) Ketika hendak melaksanakan ihram
5) Ketika akan masuk ke Makkah
6) Ketika pegi melaksanakan wukuf di Arafah
3. Mandi mubah
Mandi mubah adalah mandi yang hanya dengan tujuan menyegarkan atau
membersihkan badan tanpa di sertai motif terkait anjuran agama.
C. Hikmah mandi (Ghusl)
Di dalam kitab Alfiqh Almanhaji Ala Al Madzhab Al Imam Al Syafii di
sebutkan ada tiga hikmah syariat mandi:
1) Mendapat pahala. Mandi secara syariat adalah terhitung ibadah. Oleh
karena itu, bagi yang mau menjalankan perintah agama akan mendapat
pahala yang besar. Dalam hadis dikatakan bahwa bersuci adalah setengah
atau bagian dari tanda iman seseorang yang mau menjalankan perintah
agama.
2) Kedua, mendapatkan kebersihan. Seorang muslim yang mandi, maka
badannya akan bersih dari kotoran atau keringat yang menempel atau
mengenainya. Dan kebersihan ini akan menjaganya dari hal-hal yang dapat
menyebabkan penyakit dan mendatangkan aroma yang wangi/sedap.
3) Ketiga, mendapatkan rasa semangat. Karena tubuh yang diguyur air ketika
mandi itu menumbuhkan rasa semangat. Serta hilang rasa lesu, letih dan
malas. Terlebih jika ia telah menjalani hal-hal yang mewajibkan mandi
seperti berhubungan badan yang membuat badan lemas. Maka, syariat
mewajibkan mandi untuk membangkitkan semangat umat muslim lagi.
D. Hukum
Seluruh imam mazhab menyepakati bahwa hukum mandi wajib adalah wajib
setelah laki-laki dan perempuan bersetubuh hingga kedua kelaminnya saling
bersentuhan. Kewajiban ini berlaku meskipun air mani tidak keluar. Sedangkan
menurut Abu Dawud, mandi wajib hanya diwajibkan ketika air mani keluar. Pendapat
ini juga dikemukakan oleh beberapa Sahabat Nabi.Wanita muslimah juga harus
menyucikan diri dengan melakukan mandi wajib apabila dia telah selesai dari
masa Haid.
Penerapan hukum mandi wajib menurut Mazhab Syafi'i, Mazhab Maliki dan
Mazhab Hambali adalah sama untuk alat kelamin manusia maupun alat
kelamin hewan. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa kewajiban mandi wajib gugur
ketika menyetubuhi binatang kecuali air mani keluar. Mazhab Syafi'i mewajibkan
mandi wajib meskipun air mani keluar tanpa adanya kenikmatan. Mazhab Hanafi dan
Maliki berpendapat bahwa mandi wajib tetap wajib meskipun tidak ada kenikmatan
saat air mani keluar. Ketika seseorang selesai mandi wajib dan keluar air mani saat
kencing, maka mandi wajib tidak lagi diwajibkan menurut Mazhab Hanafi dan
Mazhab Hambali. Namun, mandi wajib diwajibkan jika air mani keluar
sebelum kencing. Pada kondisi ini, Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa mandi wajib
hukumnya mutlak untuk dikerjakan. Sedangkan Mazhab Maliki berpendapat bahwa
pada kondisi demikian, tidak diwajibkan sama sekali untuk mandi wajib.
E. Klasifikasi
Mandi wajib atau ghusl adalah proses penyucian diri yang lengkap dalam
Islam yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar. Berikut adalah klasifikasi
mandi wajib (ghusl):
1. Ghusl Janabat: Dilakukan setelah hubungan intim atau keluarnya mani.
2. Ghusl Haiz: Untuk wanita setelah berakhirnya masa haid.
3. Ghusl Nifas: Setelah seorang wanita melahirkan dan berakhirnya masa
nifas.
4. Ghusl Mayyit: Mandi untuk membersihkan jenazah.
5. Ghusl Masuk Islam: Bagi orang yang baru masuk Islam.
6. Ghusl Istihadha: Untuk wanita yang mengalami pendarahan di luar masa
haid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mandi (ghusl) dalam Islam merupakan tindakan yang tidak hanya memiliki
aspek fisik berupa pembersihan badan, tetapi juga dimensi spiritual yang mendalam.
Mandi wajib dilakukan dalam kondisi tertentu untuk mensucikan diri dari hadas besar,
seperti setelah bersenggama, keluarnya air mani, kematian, haid, dan nifas. Mandi
sunnat dianjurkan dalam situasi-situasi khusus untuk menambah keutamaan, seperti
sebelum sholat Jum’at dan hari raya. Sementara itu, mandi mubah dilakukan untuk
tujuan kebersihan dan penyegaran tanpa motif agama. Hikmah dari mandi (ghusl)
mencakup pahala dari ibadah, kebersihan fisik yang menjaga dari penyakit, serta rasa
semangat dan kesegaran yang diperoleh setelah mandi. Hukum mandi wajib
disepakati oleh para imam mazhab dan memiliki perbedaan pendapat dalam kasus
tertentu, namun tujuan utamanya adalah untuk mensucikan diri agar layak
melaksanakan ibadah.
B. Saran
Umat Islam disarankan untuk selalu menerapkan mandi wajib dan sunnat
sesuai dengan syariat dan situasi yang dianjurkan, sehingga dapat meningkatkan
kebersihan spiritual dan fisik serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai