Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MENGHILANGKAN NAJIS KECIL DAN BESAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Al Islam Study Al Hadist yang
di ampu oleh :

DRS. M. RIDWAN, M.PdI

Disusun Oleh:

Tia Agustiani :191711003

Wahiyatie Ningrum :190711005

Susanti :190711010

Umi Koriyah :190711023

Siska Widiawati :190711028

Ayu Octavia :190711032

KELAS 4A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MENGHILANGKAN
NAJIS KECIL DAN BESAR ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada
Mata Kuliah Al Islam Study Al Hadist. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “MENGHILANGKAN NAJIS KECIL DAN BESAR ” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah............................................................................ 4

C. Tujuan Masalah ............................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6

A. Pengertian Hadas dan Najis.............................................................. 6

B. Macam- Macam Hadas dan Najis.................................................... 6

C. Cara Mensucikanya.......................................................................... 8

D. Contoh Hadas dan Najis................................................................... 9

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 13

A. Kesimpulan...................................................................................... 13

B. Saran................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan
dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam – macam, seperti Sholat puasa,
naik haji, jihad, membaca Al-Qur’an, dan lainnya. Dan setiap ibadah memiliki syarat –
syarat untuk dapat melakukannya, dan ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk
melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki syarat – syarat diantaranya haji, yang
memiliki syarat–syarat, yaitu mampu dalam biaya perjalannya, baligh, berakal, dan
sebagainya.

Dan contoh lain jika kita akan melakukan ibadah sholat maka syarat untuk
melakukan ibadah tersebut ialah kita wajib terbebas dari segala najis maupun dari hadats,
baik hadats besar maupun hadats kecil.

Kualitas pahala ibadah juga dipermasalah jika kebersihan dan kesucian diri
seseorang dari hadats maupun najis belum sempurna. Maka ibadah tersebut tidak akan
diterima. Ini berarti bahwa kebersihan dan kesucian dari najis maupun hadats merupakan
keharusan bagi setiap manusia yang akan melakukan ibadah, terutama sholat, membaca
Al-Qur’an, naik haji, dan lain sebaginya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Hadas dan Najis ?


2. Apa macam macam Hadas dan Najis ?
3. Bagaimana cara mensucikanya ?
4. Apa contoh Hadas dan Najis ?

4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Hadas dan Najis
2. Untuk mengetahui macam macam Hadas dan Najis
3. Untuk mengetahui cara mensucikanya
4. Untuk mengetahui contoh Hadas dan Najis

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadas dan Najis

Najis adalah sesuatu yang dianggap kotor oleh orang yang memiliki tabi’at yang selamat
(baik) dan selalu menjaga diri darinya. Apabila pakaian terkena najis seperti kotoran manusia
dan kencing- maka harus dibersihkan. Perlu dibedakan antara najis dan hadas. Najis kadang
kita temukan pada badan, pakaian dan tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita temukan pada
badan.

Hadas adalah keadaan tidak suci pada orang yang telah balig dan berakal sehat, timbul
karena datangnya sesuatu yang ditetapkan oleh hukum agama sebagai yang membatalkan
keadaan suci. Najis bentuknya konkrit, sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan
keadaan seseorang. Ketika seseorang selesai berhubungan badan dengan istri (baca: jima’), ia
dalam keadaan hadats besar. Ketika ia kentut, ia dalam keadaan hadats kecil. Sedangkan
apabila pakaiannya terkena air kencing, maka ia berarti terkena najis. Hadats kecil
dihilangkan dengan berwudhu dan hadats besar dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis
tersebut hilang, maka sudah membuat benda tersebut suci. Mudah-mudahan kita bisa
membedakan antara hadats dan najis ini.

B. Macam- Macam Hadas dan Najis

1) Macam- Macam Hadas

a. Hadas Besar

Hadas Besar ialah keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka ia
harus mandi atau jika tidak ada air (berhalangan) dengan tayammum.

b. Hadas Kecil

Hadas Kecil ialah keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia
harus wudhu atau jika tidak ada air (halangan) dengan tayammum.

6
2) Macam- Macam Najis

a. Najis mughallazhah (berat), yaitu anjing dan babi, serta keturunan dari keduanya.
Rasulullah saw. bersabda, “Sucinya tempat air seseorang di antara kalian jika dijilat
anjing ialah dengan dicuci tujuh kali, salah satunya dicampur dengan debu tanah.”
(H.R Muslim).

b. Najis mukhafafah (ringan), yaitu najis air kencing bayi laki-laki yang belum berusia 2
tahun dan belum makan apa pun, kecuali air susu ibu.
“Sesungguhnya Ummu Qais datang kepada Rasulullah saw beserta bayi laaki-lakinya
yang belum makan makanan selain ASI. Sesampainya di depan Rasulullah, beliau
dudukan anak itu di pangkuan beliau, kemudian beliau dikencinginya, lalu beliau
meminta air, lantas beliau percikkan air itu pada kencing kanak-kanak tadi, tetapi
beliau tidak membasuh kencing itu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
“Kencing kanak-kanak perempuan dibasuh, dan kencing kanak-kanak laki-laki
dipercikkan” (Riwayat Tarmizi)

c. Najis mutawassithah (sedang), yaitu najis lain yang tidak termasuk kelompok
mughallazah, jga tidak mukhafafah. Contohnya, kotoran yang keluar dari qubul dan
dubur manusia dan binatang, araak atau minuman keras, darah, dan sebagainya.
Qubul adalah kemaluan/tempat keluarnya air kencing. Dubur adalah anus/tempat
keluarnya kotoran.

Najis mutawassithah dibagi menjadi dua bagian.

 Najis ‘ainiyah, yaitu najis yang dapat dilihat oleh mata telanjang, seperti kotoran
atau air kencing manusia. Cara membersihkannya ialah dengan menghilangkan
najisnya terlebih dahulu, kemudian menyiramnya (mencucinya) dengan air
sehingga hilang bau, rasa, dan warnanya.

 Najis hukmiyah, yaitu najis yang tidak dapatdilihat oleh mata telanjang, sepertii
air kencing yang sudah mengeringatau menguap. Cara membersihkannya adalah
cukup dengan menyiramkan air ke tempat najis sehingga hilang bau, rasa, juga
warnanya.

7
Selain tiga macam najis tersebut , ada pula yang memasukkan satu macam
najislagi ke dalam bagian-bagian najis, yaitu najis ma’fu (najis yang dimaafkan).
Yang termasuk ke dalam bagia-bagian najis ma’fu adalah sebagai berikut.
o Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir atau memancar alias sedikit,
seperti darah lalalat, darah nyamuk, darah kutu, dan sebagainya.
o Darah atau nanah yang keluar dari tubuh sendiri dan jumlahnya sangat sedikit.
o Debu atau percikan air di jalanan yang sulit untuk menghindarinya. Walaupun
debu atau percikan air ini dimungkinkan bercampur dengan najis yang tidak
terdeteksi wujudnya.
o Bulu yang najis, tetapi sedikit jumlahnya.
o Makanan yang jamid (beku/tidak cair) yang terkena bangkai tikus atau cicak.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya pernah ada tikus yang jatuh
pada mentega lalu mati di dalamnya. Hal itu lalu ditanyakan kepada Nabi saw,
dan beliau menjawab, ‘Buanglah bangkai tikus itudan mentega yang adadi
sekitarnya, lalu makanlah mentega itu (sisa yang tidak terkena bangkai).’”(H.R.
Bukhari dan Ahmad)
o Najis yang tidak terlihat oleh mata telanjang karena saking sedikitnya.
o Kotoran yang melekat di kaki lalat
o Cairan yang keluar dari luka atau cacar, selama cairan tersebut tidak berbau amis
atau busuk.
C. Cara Mensucikanya
1) Cara Mensucikan Hadas
a. Hadas Besar mensucikan dengan wajib mandi janabah.
b. Hadas Kecil mensucikan dengan wudhu atau tayamum .
2) Cara Mensucikan Najis
a. Najis mughallazhah (berat), Adapun cara menyucikan benda yang terkena najis
ini ialah dengan mencucinya sebanyak tujuh kali, satu kali daripadanya dicampur
dengan tanah atau debu.
b. Najis mukhafafah (ringan), Cara menyucikannya cukup dengan memercikkan air
di atas tempat atau pakaian yang terkena air kencing tersebut.

8
c. Najis mutawassithah (sedang), Membersihkan zat najis itu adalah wajib hingga
bau, rasa atau warnanya . Jika najis itu sulit dihilangkan, maka wajib
menggunakan bahan bahan semacam sabun. Bila sudah di cuci ternyata warna
atau bau najis tersebut masih ada, itu tidak masalah.

D. Contoh Hadas dan Najis

1) Contoh Hadas
a. Hadas Besar
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats besar ialah:
1) Bertemunya dua buah kelamin laki-laki dengan perempuan (bersetubuh) baik
keluar mani ataupun tidak. Rasulullah saw. bersabda:
َ ُ‫ َعلَ ْي ِه هللا‬:‫َان ْالتَقَى اِ َذا َو َسلَّ َم‬
‫صلَّى النَّبِ ُّي قَ َل‬ ِ ‫ب فَقَ ْد ْال ِختَان‬
َ ‫مسلم ـ رواه يُ ْن ِزلْ لَ ْم َواِ ْن ْال ُغ ْس ُل َو َج‬
Artinya: “Apabila bertemu dua khitan maka sungguh ia wajib mandi
meskipun tidak keluar mani.” (H.R. Muslim)
2) Keluar mani, baik karena bermimpi atau sebab lain. Rasulullah saw.
bersabda:
‫ض َي يِّ ْال ُخ ْد ٍر َس ِع ْي ٍد اَبِى ع َْن‬
ِ ‫ قَا َل َع ْنهُ هللاُ َر‬:‫م ص هللاِ َرسُوْ ُل قَا َل‬. :‫مسلم رواه – ْال َما ِء ِمنَ ْال َما ُء‬
Artinya: “Dari Abu Said al-Khudri ra., sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda: Air itu dari air.” Maksudnya wajib mandi karena keluar air mani.
(H.R. Muslim).
3) Meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi sebagai berikut:
Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda tentang
orang yang meninggal karena terjatuh dari kendaraannya, mandikanlah ia
dengan air dan bidara dan kafanilah dengan dua kainnya.” (H.R. Bukhari dan
Muslim).
4) Haidh (menstruasi), yaitu darah yang keluar dari wanita yang telah dewasa
pada setiap bulan.
5) Nifas, yaitu darah yang keluar dari seorang ibu sehabis melahirkan.
6) Wiladah, yaitu melahirkan anak

9
b. Hadas Kecil
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil ialah :
1) Karena keluar sesuatu dari dua lubang, yaitu qubul dan dubur. Allah swt.
berfirman: … ْ‫… ْالغَائِ ِط ِمنَ اَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم َجآ َء اَو‬
Artinya: “… atau kembali salah seorang dari kamu dari tempat buang air (wc)
….: (Q.S. al-Maidah: 6).
2) Karena hilang akalnya disebabkan mabuk, gila, atau sebab lain seperti tidur.
Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: “Rasulullah saw. telah bersabda: Telah diangkat pena itu dari tiga
perkara yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa (baligh), dari orang tidur
sehingga ia bangun, dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali.” (H.R. Abu
Dawud dan Ibnu Majah.
3) Karena persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan
mahramnya tanpa batas yang menghalanginya. Allah swt. Berfirman:
… ْ‫… النِّ َسآ َء لَ َم ْستُ ُم اَو‬
Artinya: “… atau bersentuh kamu sekalian dengan perempuan (yang bukan
mahram)….” (Q.S. al-Maidah: 6).
4) Karena menyentuh kemaluan seseorang baik kemaluannya sendiri maupun
kemaluan orang lain dengan telapak tangan atau jari. Yang dimaksud dengan
telapak tangan dan jari yaitu bagian tangan yang dapat bertemu apabila
dihadapkan antara telapak tangan yang kanan dan yang kiri (ditepukkannya).
Jika yang mengenai kemaluan selain telapak tangan atau jari maka tidak
termasuk yang mengharuskan bersuci dari hadats kecil. Rasulullah saw.
bersabda: Artinya: “Dari Busrah bin Shafwan ra., sesungguhnya Rasulullah
saw. bersabda: Siapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu.”
(H.R. Lima Ahli Hadits).

10
2) Contoh Najis
Benda-benda najis di antaranya adalah sebagai berikut .
a. Anjing dan Babi.
Sabda Rasulullah: “Cara mencuci bejana seseorang dari kamu apabila dijilat
anjing, hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satu hendaklah dicampur dengan
tanah.” (Riwayat Muslim)
Sebagian ulama berpendapat bahwa anjing itu suci. “di zaman Rasulullah saw
anjing-anjing banyak keluar masuk masjid dan tidak pernah dibasuh.” (Riwayat
Abu Dawud dari Ibnu Umar).
b. Bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang.
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai. ( Q.S Al-Maidah : 3)
Mengambil dari ayat tersebut diatas agian bangkai seperti daging, kulit, tulang,
urat, bulu, dan lemaknya, semuanya itu najis menurut mazhab Syafi’i. Menurut
mazhab Hanafi yang najis hanya yang mengandung roh seperti daging dan kulit.
Bagian yang tidak bernyawa seperti kuku, tulang, tanduk, dan bulu, suci bukan
najis. Ia mengambil makna bangkai ayat diatas hanya yang berroh dan beralasan
pada:
Sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya yang haram ialah memakannya.” Pada riwayat lain ditegaskan
bahwa yang haram ialah “dagingnya” (Riwayat Jamaah ahli hadis). Maksudnya
selain daging tidaklah haram.
Bangkai manusia ialah suci berdasarkan firman Allah swt:
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, (Al-Isra: 70)
c. Darah.
Firman Allah swt:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (Al-Maidah: 3)
Sabda Rasulullah saw: “Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua
macam darah: ikan dan belalang, hati dan limpa.” (Riwayat Ibnu Majah)
d. Nanah.
Karena darah merupakan darah yang membusuk.

11
e. Sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur, seperti air kencing dan kotoran
manusia. Adapun air mani atau sperma tidak najis, tetapi suci.
Sabda Rasullulah: “ sesungguhnya Rasulullah saw diberi dua biji batu dan sebuah
tinja keras untuk dipakai istinja’. Beliau mengambil dua batu saja, sedangkan
tinja, beliau kembalikan dan berkata,”Tinja itu najis.”” (Riwayat Bukhari)
Sabda Rasulullah: “ketika orang Arab Badui buang air krcil di dalam masjid,
beliau bersabda, “Tuangilah olehmu tempat kencing itu dengan setimba air.””
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah: “Dari Ali (khalifah keempat). Ia berkata,”saya sering keluar
mazi, sedangkan saya malu menanyakananya kepada Rasulullah saw. maka saya
suruh Miqdad menanyakannya. Miqdad lalu bertanya kepada beliau. Jawab
beliau, “Hendaknya ia basuh kemaluannya dan berwudu.” (Riwayat Muslim)
f. Semua jenis minuman keras, seperti arak dan lainnya.
Firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan (Al-Maidah: 90)
g. Muntahan
h. Bagian tubuh binatang yang diambil atau dipotong ketika masih hidup, seperti
irisan telinga kambing yang diiris ketika masih hidup.
Hukum bagian tubuh binatang yang diambil atau dipotong ketika masih hidup
ialah seperti bangkainya.
dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat
rumah tangga (An-Nahl: 80)
i. Madzi, yaitu cairan berwarna putih bening biasanya keluar ketika sedang
melamunkan aktivitas seksual atau melihat tontonan yang berbau porno, yang
kemudian diikuti syahwat. Perbedaan madzi dan mani adalah, mani keluar karena
syahwat yang sangat memuncak dan disertai rasa nikmat, sedangkan madzi
keluarnya tidak dibarengi rasa nikmat dan syahwatnya pun tidak memuncak.
j. Wadi, yaitu cairan berwarna putih keruh yang biasanya keluar setelah buang air
kecil atau membawa beban berat.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bersuci dari hadas maupun najis termasuk dalam perihal thaharah atau bersuci.
Dalam hukum Islam juga disebutkan, bahwa segala seluk beluknya termasuk bagian ilmu
dan amalan yang penting. Macam – macam Thaharah ada empat yaitu pertama, tentang
wudhu yaitu menghilangkan najis dari badan. Kedua, tentang bertanyamum yaitu
pengganti air wudhu disaat kekeringan. Ketiga, mandi besar yaitu menyiram air
keseluruh tubuh disertai niat. Keempat, Istinja’ yaitu membersihkan kotoran yang keluar
dari salah satu dua pintu keluarnya kotoran itu.

Bersuci bisa juga menggunakan alat – alat bantu yang dianjurkan oleh Rasullullah
SAW yaitu Air, tanah, dan masih banyak lagi yang bisa digunakan. Macam – macam
hadas juga terbagi menjadi dua ialah hadas kecil yaitu yang disebabkan oleh keluar
sesuatu dari dubur dan kubul, sedangkan hadas besar yaitu yang disebabkan oleh
keluarnya air mani dan bersetubuh. Dan macam – macam Najis terbagi menjadi tiga yaitu
Najis Mukhofafah, Najis Mutawashitho, dan Najis Mogholladhoh.

B. Saran

Dari pembahasan di atas dan kesimpulan yang telah ada, kita telah mengetahui
Pengertian Hadas dan Najis. Untuk itu setelah kita mengetahuinya, tahap selanjutnya
memahaminya dan bisa tahu Cara mensucikanya dan beberapa contohnya.. Supaya kita
mengerti tentang hadas dan najis untuk di jalan allah swt.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aibak, Kutbuddin, Fiqh Tradisi, Yogyakarta, 2012.

Al fauzan, saleh, Fiqih Sehari-hari, Gema Insan, Jakarta, 2009.

Dainuri Muhamad, Kajian kitab kuning terhadap ajaran islam, Sinar Jaya, Magelang, 1996.

Hamid, Abdul, Fiqh Ibadah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2008.

HR. Muslim, Fadlul Wudlu, Daar al-fikr, Beirut.

Mughniyah, Muhammad jawad, Fiqih Lima Mazhab, PT. Lentera Basritama, Jakarta, 2001.

Rifa’i, Drs.H. Moh, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, PT. Karya Toha Putra, Semarang, 1978.

W. Alhafidz Ahsin, Fikih Kesehatan, Amzah, Jakarta, 2007

14

Anda mungkin juga menyukai