Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

THAHARAH

DOSEN PENGAMPU:MUHAMMAD MUNIR, M.Pd

MATA KULIAH: KJIAN DAN PEMBELAJARA FIQIH MI

Disusun Oleh

KELOMPOK 1 :

MUHAMMAD SYAHRUL HADI


NIM: 2396020132
SRI RODIATU AMINI
NIM: 2204020109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DARUL KAMAL

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia- Nya kepada kita
semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok bahasan “THAHARAH”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah KAJIAN FIQIH.

Makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok bagi mahasiswa, untuk belajardan mempelajari
lebih lanjut yang merupakan bagian penting dalam ajaran Islam. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
menumbuhkan proses belajar cara berkelompok kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan
materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan, menjadi tenaga-tenaga professional yang
punya kompetensi keilmuan dan keimanan yang kuat.

Kembangkerang, 20 April 2024

Penyusun

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci ataudisucikan.
Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dansegala seluk beluknya
adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karenadiantaranya syarat-syarat
sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakansholat, wajib suci dari hadas dan suci
pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalamkehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari
sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehinggathaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana
mensucikan diri sendiri agar sah saatmenjalankan ibadah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian taharah?
2. Sebutkan pembagian taharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Benda apa sajakah yang nakjis?
5. Sebutkan pembagian nakjis?
6. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan nakjis?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang taharah.
2. Mengetahui pembagian yaharah.
3. Mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
4. Mengetahui benda-benda yang menyebapkan nakjis.
5. Mengetahui pembagian nakjis.
6. Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan nakjis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Taharah
1. Pengertian taharah
Taharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti nakjis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha’ berarti
membersihkan diri dari hadas dan nakjis, seperti mandi berwuduk dan bertayamum. ( saifuddin
mujtaba’, 2003:1).
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wuduk, mandi dan tayamum. Suci dari nakjis
ialah menghilangkan nakjis yang ada dibadan, tempat dan pakain. Bersuci meliputi beberapa
perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci sepeti air, tanah dan sebagainya.
b. Cara bersuci
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu di sucikan.
d. Benda yang wajib di sucikan.
e. Sebab- sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
Allah berfirman dalam alqu’ran :
Artinya:
‘’ mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: ‘’haid itu adalah suatu kotoran’’. Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan allah kepadamu. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang
yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. ( QS.2:222).
Adapun taharah dalam ilmu fiqih adalah:
a. Menghilangkan nakjis.
b. Berwudluk.
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada airmaka tanah, batu dan sebagainya
di gantikan sebagai alat pengganti air.
Macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1. Air hujan.
2. Air sungai.
3. Air laut.
4. Air dari mata air.
5. Air sumur.
6. Air salju.
7. Air embun.
Pembagian air tersebut dapat di bagi menjadi 4, yaitu:
1. Air mutlak ( air yang suci dan mensucikan ), air yang masih murni, dan tidak bercampu dengan
suatu yang lain.
2. Air musyammas ( air yang suci dan dapat mensucukan tetapi makruh digunakan ), yaitu air yang
dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3. Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan untuk
bersuci.
4. Air mutanajis ( air yang nakjis dan tidak dapat mensucukan ) yaitu air yang telah kemasukan
benda nakjis atau yang terkena nakjis.
2. Macam-macam taharah
a. Bersuci dari dosa ( bertaubat).
Bertaubat kepada allah yang merupakan taharah ruhaniah, juga sebagai metode mensucikan
diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada allah. Jika dosa yang dimaksudkan
berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat iya harus meminta maaf kepada semua
orang yang disakitinya. Sebab allah akan menerima taubat hambanya secara langsung jika
berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak allah.
Allah SWT berfirman, yang artinya:
“ dan hendaklah kamu memohon ampun kepada tuhanmu dan bertaubat kepadanya , niscaya
dia akan memberi kenikmatan yang baikkepadamu sampai waktu yang telah di tentukan. Dan
dia akan memberikan karunianya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu
berpaling maka sungguh aku takutkamu akan di timpa azab pada hari yang besar ( kiamat)”.
Yang dimaksud dengan taubat nasuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya
adalah:
a) Menyesali dengan perbuatan yang telah dilakukan.
b) Berjanji tidak akan mengulnginya.
c) Selalu meminta ampunan kepada allah dan berzikir.
d) Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik
dengan harapan keridhoan dari allah SWT.
b. Bersuci menghilangkan nakjis
Nakjis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda amal perbuatan. Sedangkan
menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang berbetuk zat) yang mengakibatkan solat tidak sah,
1) Benda- benda nakjis di antaranya:
Bangkai, (kecuali bangkai ikan dan belalang), darah, babi, khamer dan benda cair apapun
yang memabukkan, anjing, kencing dan kotoran tinja manusi maupun binatang, susu
binatang yang haram dimakan dagingnya, wadi dan madzi, muntahan dari perut.
2) Macam- macam nakjis
Nakjis dibagi menjadi 3 bagian:
- Najis muhaffafah ( ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur dua
tahundan belum pernah makan sesuatu kecuali asi.
- Najis mutawashitah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang
sudah kering dan sebagainya.
- Najis mughallazah( berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci
dengan air bersih 7 kali dan salahsatunya di campur dengan debu.
3) Najis yang di maafkan
- Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu dan sebagainya.
- Najis yang sangat sedikit.
- Dara bisul dan sebangsanya.
- Kotoran binatang yang mengenai biji-bjian yang akan di tebar, kotoran binantang yang
di ternak yang mengenai susu ketika di perah.
- Kotoran ikan dalam air.
- Darah yang mengenai tukang jagal.
- Darah yang masih ada pada daging.
c. Bersuci Dari Hadas
Hadas menurut makana bahasa “ peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah perkara yang
dianggap mempengaruhi anggota anggota tubuh sehingga menjadikan solat dan pekerjaan-
pekerjaan lainyang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang
meringankan. Hadas di bagi menjadi 2:
1) Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang di anggap mempengaruhi empat anggota tubuh
manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan solat dan semisalnya tidak
sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwuduk.
2) Hadas besar, adalah perkara yang di anggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu menjadikan
sholat dan pekerjaan –pekerjaan lain yang sehukum dengan tidak sah. Hadas besar ini bisa
hilang dengan cara mandi besar.
B. Wudlu
1. Pengertian wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah syara’ bersuci
dengan air dalam rangka menghilangkan hadas kecil yang terdapat pada wajah, kedua tangan,
kepala dan kedua kaki di sertai dengsn kaki di sertai dengan niat.
2. Rukung wudlu
Antaralain :
a. Niat.
b. Membasuh muka.
c. Membasuh dua tangan sampai siku.
d. Mengusap sebagian kepala.
e. Membasuh kaki sampai mata kaki.
f. Tertib artinya urut.
3. Sunnah wudlu
a. Membaca basmalah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c. Berkumur kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela nyela janggot yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela nyela jari-jari tangan dan jari kaki
i. Mengusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu

4. Hal-hal yang membatalkan wudlu


a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi duduk tidak yang tetap
c. Hilangnya akal ( gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki laki dan kulit perempuan yang bukan muhrim yang tidak beralas.
C. Mandi
1. Pengertian mandi
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu yang artinya mengalirkan air pada apa saja.
Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh di sertai dengan
niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air keseluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun
kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.
2. Hal- hal yang mewajibkan mandi ( mandi besar/mandi wajib)
a. Hubungan suami istri
b. Mengeluarkan mani
c. Mati
d. Haid
e. Nifas
f. Wiladah/melahirkan
3. Rukun mandi
a. Niat
b. Menghilangkan na’jis bila terdapat pada badan
c. Meratakan air keseluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit.
4. Sunnah mandi
a. Membaca basmalah
b. Merwudlu sebelum mandi
c. Menggosok badan dengan tangan
d. Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e. Membasuh sampaai tiga kali
f. Berturut-turut
g. Mendahulukan anggota yang kanan
h. Memakai basahan.
D. Tayammum
1. Pengertian tayammum
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau mandi apabila berhalangan
memakai air. (imam zarkasyi, 1995: 20)
2. Syarat tayammum
a. Islam
b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu.
c. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air akan
kambuh sakitnya.
d. Telah masuk waktu shalat
e. Dengan debu yang suci
f. Bersih dari haid dan nifas
3. Rukun tayammum
a. Niat
b. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dikumpulkan atau di letakkan ke debu
c. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru dikumpulkan atau
diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d. Tertib.
4. Sunnah tayammum
a. Membaca basmalah
b. Mendahulukan anggota kanan
c. Menipiskan debu di telapak tangan
d. Berturut-turut
5. Hal-hal yang membatalkan tayammum
a. Semua yang membatalkan wudlu
b. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c. Karena murtad.
E. Istinja’
Apabilakeluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air atau dengan tiga buah batu,
yang lebih baik mula-mula dengan batu atau sebagainya kemudian diikuti dengan air. (sulaiman rasjid,
1981: 37).
Adab buang air :
1. Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi, mendahulukan kaki kanan
ketika keluar dari kamar mandi.
2. Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3. Memakai alas kaki
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidk sampai kepadanya.
5. Tidak buang di air yang tenang
6. Tidak buang air dilubang lubang tanah
7. Tidak buang air ditempat perhentian.
F. Hikmah bersuci
1. Tharah termasuk tuntutan fitrah
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang islam
3. Memelihara kesehatan
4. Menghadapi Allah dalam keadaan suci dan bersih
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadast dan na’jis juga berfungsi sebagai penghapus dosa kecil
dan berhikmah membersuhkan kotoran indrawi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah yang sangant penting
dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang mengantarkan manusia berhubungan dengan
Allah swt. tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syariat Islam, karena
syariat islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendak melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu,
begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena
kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Ibnu, Fiqih Taharah(Panduan Praktis Bersuci), Jakarta: Pustaka Media

Project, 2014.

Abdurrahman, M. Masykuri & Mokh. Syaiful Bakhri, Kupas Tuntas Salat Tata

Cara dan Hikmahnya, Jakarta: Erlangga, 2006.

Abidin, Slamet & Moh. Suyono, Fiqih Ibadah, Bandung: CV. Pustaka Setia,

1998.

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Shahih Sunan Ibnu Majah, Penerjemah:

Iqbal, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), no. 229-281.

Al-banjari, Syekh Muhammad Arsyad, Kitab Sabilal Muhtadin (terjemah),

Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008.

Al-Syaukari, Muhammad bin Ali bin Muhammad, iNail al-Authar Syarh Muntaqa

al-Akhbar, Jilid I, Maktabah wa Mathba‟ah Musthafa al-Babi al-Halabi, t.t.

Djazuli, A. Ilmu Fiqh (Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum

Islam), Jakarta: Prenada Media Group, 2005.

Efendi, Mohammad, Pengantar Psikopaedagogik Anak Berkelainan, Jakarta:

Bumi Aksara, 2008. Cet, 2.

Efendi, Mohammad, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan¸ Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2009.

Anda mungkin juga menyukai