Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

THAHARAH (BERSUCI)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Mata kuliah: fiqih

Dosen Pengampu: Ibu siti fraisya, M,Pd.

Disusun oleh

Diah ayu ikrima nur Azizah (2211100265)

Nadya (2211100429)

Dian ayu dwi lestari (2211100266)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Biamillahirrahmanirrahim….

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan rindo
Allah SWT, karena tanpa rahmat dan ridhonya, kita tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu siti fraisya M,Pd. selaku
dosen pegampu fiqih yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu
setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang thaharah (bersuci).

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum


kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun dosen. Dan tercapainya makalah yang sempurna.

Bandar lampung, september 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar belakang masalah.........................................................................1


B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan makalah.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Pengertian thaharah...............................................................................2
B. Macam-macam tharah...........................................................................3
1. Bersuci dari hadas...........................................................................3
2. Bersuci dari najis.............................................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................8

A. kesimpulan......................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih
dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci.
Dalam hukum islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian
ilmu dan amalan yang penting terutama karena diantaranya syarat-syarat sholat
telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari
hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga
thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar
sah saat menjalankan ibadah.

Thaharah atau bersuci merupakan masalah penting dalam islam, baik


secara hakiki maupun secara hukmi. Secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang
terkait dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis, sedangkan
secara hukmi maksudnya adalah sucinya wudhu kita dari hadas. Thaharah juga
merupakan suatu kegiatan membersihkan diri dari segala kotoran (polutan), dan
memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada hanya sekedar membersihkan,
namun termasuk juga bebas dari benda-benda najis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian thaharah?
2. Berapakah macam-macam tharah?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui apa itu thaharah.
2. Mengetahui macam-macam thaharah.
3. Bisa memperaktekan ilmu tentang thaharah di kehidupan sehari-hari.
4. Memberi tahu kepada pelajar dan masyarakat tentang thaharah
(bersuci).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah
adalah membersihkan diri, pakaian, tempat dan benda-benda lain dari najis dan
hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam. Thaharah atau bersuci
adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam ibadah. Seperti
dalam Qs Al-maidah ayat:6
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlak mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikamat-nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.
Menurut arti bahasa (etimologi) ath-thaharah berarti bersih dan jauh dari
kotoran-kotoran, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata seperti aib
dan dosa. sedangkan ath-thaharah menurut terminologi syara' adalah bersih atau
suci dari najis baik najis faktual semisal tinja' maupun najis secara hukmi, yaitu
hadas atau bisa juga dikatakan bahwa ath-thaharah adalah sifat hukmiyyah yang
diperbolehkan karena segala sesuatu yang dicegah oleh hadas atau yang
mengandung hukum menjijikan. adapun urusan bersuci meliputi air, tanah, dan
sebagainya.
Macam-macam air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada 7 macam:
1. Air hujan
2. Air sungai
3. Air laut
4. Air dari sumber mata air

2
5. Air sumur
6. Air salju
7. Air embun
Qs Al-anfal ayat: 11 “(ingatlah), ketika allah menjadikan kamu
mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-nya, dan allah menurunkan
kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan
meghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu
dan memperteguh dengannya telapak kakimu”.
Pembagian air itu sendi ari ada empat macam yaitu:
1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan) yaitu air yang masih murni,
dan tidak bercampur dengan sesuatu yang lain.
2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makruh
apabila digunakan) yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari di
tempat logam yang bukan emas.
3. Air musta'mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan) yaitu air yang sudah
digunakan untuk bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan) yaitu air yang
telah kemasukan benda najis atau yang terkena najis.
Menurut madzhab maliki bahwa thaharah adalah sifat hukmiah yang
menyebabkan orang yang disifatinya boleh melakukan shalat denan pakaian yang
pakainya dan ditempat ia melakukan shalat itu, yang dimaksut dengan hukmiyah
itu sendiri adalah sifat i’tibariyyah (anggapan) atau ma’nawiyyah (abstrak) yang
telal ditentukan syar’i sebagai syarat sahnya dan sebagainya.

B. MACAM-MACAM THAHARAH
Pembagian thaharah ada dua yaitu bersuci dari hadas dan bersuci dari
najis.
1. BERSUCI DARI HADAS
Bersuci dari hadas berupa melakukan wudhu, mandi, dan tayamum.
1. Wudhu

3
Wudhu secara bahasa (etimologi) diambil dari lafal al-wadha'ah yang
artinya bagus dan bersih. sedangkan menurut terminologi syara' wudhu berarti
aktivitas bersuci dengan media air yang berhubungan dengan 4 anggota tubuh:
muka, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki. wudhu disyariatkan oleh Allah
subhanahu wa ta'ala berdasarkan Alquran, sunnah, dan ijma'. dalil dalil yang
menjelaskan tentang wudhu : hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan salat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki.
(QS. al-maidah(5):6.
2. Fardhu wudhu
Dalam wudhu terdapat beberapa fardhu dan rukun yaitu:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh kedua tangan hingga siku-siku
d. Membasuh kepala
e. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki
f. Tertib dalam mengerjakan wudhu.
3. Sunah-sunah wudhu.
Sunah-sunah dalam wudhu banyak sekali, diantaranya sebagai berikut:
a. Membaca Bismillah ketika hendak wudhu
b. Membasuh kedua tangan hingga persendian tangan
c. Berkumur dan menghisap air ke dalam hidung
d. Bersiwak ketika hendak berkumur
e. Menyela-nyelai jenggot
4. Perkara yang dimakruhkan dalam wudhu.
Adapun perkara-perkara yang dimakruhkan dalam wudhu antara lain
sebagai berikut:
a. Berlebih-lebihan atau boros dalam menggunakan air.
b. Terlalu irit dalam menggunakan air hingga bisa meninggalkan perkara
yang disunahkan.

4
c. Berkumur dan menghisap air ke dalam hidung secara berlebihan bagi
orang yang sedang berpuasa.
5. Hal-hal yang membatalkan wudhu.
ada beberapa hal yang dapat membatalkan wudhu diantaranya:
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan: qubul dan dubur
b. Tidur
c. Hilang akal
d. Memegang kemaluan tanpa penghalang
e. Memegang yang bukan mahramnya.
C. MANDI
mandi menjadi wajib karena hal-hal sebagai berikut.
a. Keluarnya sperma
b. Bersetubuh
c. Berhentinya pendarahan haid dan nifas
d. Persalinan tanpa pendarahan
e. Meninggal dunia
f. Masuk Islam
mandi juga bisa bersifat sunnah diantaranya:
a. Mandi hari Jumat
b. Mandi dua hari raya yaitu hari raya idul Fitri dan hari raya idul Adha
c. Mandi setelah memandikan mayat
d. Mandi ihram
e. Mandi ketika masuk Mekah

C. TAYAMUM

1. Pengertian tayamum.

Menurut arti bahasa, tayamum berarti menyengaja. sedangkan menurut


terminologi syara', Iya berarti menyengajakan diri menyentuh debu yang suci
untuk mengusap wajah dan kedua tangan dengan sekali atau dua kali sentuhan,
dengan niat agar memperoleh kebolehan melakukan sesuatu yang sebelumnya

5
terhalang oleh adanya hadas, bagi orang yang tidak menemukan air atau takut
adanya bahaya apabila menggunakannya.

2. Dalil diperbolehkannya tayamum.

"Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan kemudian kamu tidak mendapat
air, maka bertayamum lah kamu dengan tanah yang suci sapulamu kamu dan
tanganmu. sesungguhnya Allah maha pemaaf lagi maha pengampun”. (QS. an-
nisa (4):43)

2. Hal-hal yang membolehkan tayamum


a. Tidak ada air.
b. Orang yang di penjara.
c. Orang yang memiliki luka dan takut luka itu akan semakin parah jika
terkena air.
d. Ada hal yg lebih membutuhkan air seperti binatang yang kehausan di
Padang Mahsyar.
3. Hal-hal yang membatalkan tayamum.
a. Jika ada seseorang yang akan salat kemudian ia menemukan air dan
mampu dipergunakannya maka ia wajib wudhu karena tayamum dia
batal.
b. Kentut.
c. Memegang lawan jenis.
d. Tidur.
e. Dll.

2. BERSUCI DARI NAJIS

Bersuci dari najis yaitu dengan cara menghilangkan najis yang ada di
badan tempat ataupun pakaian.

Adapun macam-macam najis yaitu:

6
1. Najis mukhafafah (kecil) yaitu air kencing bayi laki-laki yang belum makan dan
minum selain ASI dari ibunya dan belum berusia 2 tahun. Cara
membersihkannya dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis mutawassithah (sedang), dibagi menjadi 2:

a. najis 'ainiyah yaitu najis yang berwujud atau tampak dilihat.

b. najis hukmiyah yaitu najis yang tidak berwujud atau tidak terlihat.

Cara menbersihkan najis ini cukup dengan membasuh atau menyiramnya


dengan air samapai najis tersebut hilang (baik rasa,bau, dan warnanya).

3. Najis mukholadhoh (berat) yaitu najisnya babi dan anjing, air liurnya atau anak
persilangan antara keduanya. Cara membersihkannya yaitu dengan
menghilangkan barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air
bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah atau batu.

7
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan
masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam ibadah
yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara
bersuci yang lebih baik dari pada cara cara yang dilakukan syariat islam, karena
syariat islan menganjurkan manusia mandi dan melaksanakan shalat dan ibadah-
ibadah lainnya yang mengharuskan berwudhu, begitu juga dia harus pula
membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena
kotoran itu sangat menjijikan bagi manusia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amzah,( 2009) fiqih ibadah (jln. Sawo raya no.18 jakarta).

Dr. Musthafa dib al-buqha, (2010) fikih islam lengkap (surakarta, jawa tengah).

Muhammad jawad mughniyah, (2001) fiqih lima mazhab (jakarta).

https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/download/600/400/

https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/sarwah/article/download/18/16

9
10

Anda mungkin juga menyukai