Makalah
Fikih Ibadah, Prodi Ekonomi Syariah 6 Semester 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam
Oleh :
ANDI SULIS
NIM.602022021187
Dosen Pemandu:
2022
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Istinja’................................................................................................... 2
B. Mandi................................................................................................... 3
C. Berwudhu............................................................................................. 4
D. Tayammum........................................................................................... 4
BAB II PENUTUP.......................................................................................... 6
A. Kesimpulan........................................................................................... 6
B. Saran..................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus
terlebih dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang
bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya
adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang
akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga thaharah
dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah
saat menjalankan ibadah.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu istinja’?
2. Apa itu mandi?
3. Apa itu wudhu?
4. Apa itu tayammum?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memahami apa itu istinja’
2. Untuk memahami apa itu mandi
3. Untuk memahami apa itu wudhu
4. Untuk memahami apa itu tayammum
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istinja’
Istinja artinya adalah membersihkan diri dari bekas najis. Istinja
(membersihkan kotoran) wajib dilakukan setelah buang air kecil maupun
air besar. Cara istinja yang paling utama adalah dengan menggunakan
beberapa buah batu terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan air. Boleh
beristinja hanya dengan air atau dengan tiga buah batu untuk menyucikan
tempat keluarnya kotoran. Jika ingin memilih hanya salah satu dari
keduanya, maka beristinja dengan air itu lebih utama.
Abu Dawud (44), Tarmidzi (3099), dan Ibnu Majah (357)
meriwayatkan dari Abu Hurairah R.A dari Nabi SAW beliau bersabda,
“Ayat ini diturunkan tentang penduduk Quba”. Yaitu ayat yang artinya :
“Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan
diri. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (QS. At-
Taubah (9): 108)
Syarat istinja dengan batu dan sejenisnya hendaklah dilakukan
sebelum kotoran kering, dan kotoran itu tidak mengenai tempat lain selain
tempat keluarnya. Jika kotoran itu sudah kering atau mengenai tempat lain
selain dari tempat keluarnya, maka tudak sah lagi istinja dengan batu,
tetapi wajib dengan air.
2
beliau mencabut cincin beliau yang berukir Muhammad Rasulullah.
(Riwayat Ibnu Hibban)
3. Hendaklah memakai sepatu, terompah, atau sejenisnya karena
Rasulullah SAW apabila masuk kakus, beliau memakai sepatu.
(Riwayat Baihaqi)
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai
kepadanya, supaya jangan mengganggu orang lain.
5. Jangan berkata-kata selama di dalam kakus, kecuali apabila ada
keperluan yang sangat penting yang tidak dapat ditangguhkan, sebab
Rasulullah SAW melarang yang demikian. (Riwayat Hakim)
Jangan buang air kecil atau besar di air yang tenang, kecuali
apabila air tenang itu banyak menggenangnya, seperti tebat, sebab
Rasulullah SAW melarang kencing di air tenang. (Riwayat Muslim)
(Rasyid, Sulaiman Haji, Fiqh Islam: Hukum Fiqh Islam, 1994: 22-23)
B. Mandi
Mandi atau ghusl merupakan syarat mutlak ketika bersuci, istilah
mandi wajib dalam thaharah yaitu mengalirkan air ke seluruh tubuh dari
ujung kepala sampai ujung kaki.
3
C. Wudhu
Sementara itu, thaharah dengan berwudu menurut syara' adalah
untuk menghilangkan hadas kecil ketika akan salat.
1. Niat
2. Membasuh seluruh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6. Tertib, artinya mendahulukan mana yang harus dahulu dan
mengakhirkan yang harus diakhiri.
D. Tayammum
4
Setelah membaca niat, dilanjut dengan meletakkan dua belah
tangan ke atas debu misalnya debu pada kaca atau tembok dan usapkan ke
muka sebanyak dua kali.
Dilanjut mengusap dua belah tangan hingga siku sebanyak dua kali
juga, dan memindahkan debu kepada anggota tubuh yang diusap.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah melakukan sesuatu yang menjadi sebab
diperbolehkannya melakukan shalat. Yaitu perbuatan berupa wudlu,
mandi, tayammum, dan menghilangkan najis. Macam-macam thaharah ada
tiga. Pertama, wudlu’. Kedua, mandi. Ketiga Istinja’ Dan keempat,
tayammum. Adapun tujuan dari thaharah adalah untuk menyucikan diri
dari kotoran berupa hadats dan najis serta sebagai syarat sahnya shalat dan
ibadah seorang hamba. Tharah yang baik dan benar dengan beberapa
ketentuan seperti niat, menggunakan air yang suci dan mensucikan ,
terbasuhnya semua bagian-bagian yang wajib dibasuh saat bersuci, dan
tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan thaharah. Implementasi
hikmah thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu bisa mengjaga
kebersihan lingkungan tempat tinggal ataupun tempat ibadah.
B. Saran
6
DAFTAR PUSTAKA