Anda di halaman 1dari 11

i

MAKALAH
THAHARAH DAN SHOLAT

Dosen pengampu:
HAPIZ, M. Pd.

Di Susun Oleh:
Kelompok 2
ACHMAD SYAWALUDIN : PM.02.222.1320
DIKA SHAPUTRA : PM.02.222.1339

YAYASAN NURUL ISLAM BUNGO

INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

3/2023

i
ii

KATA PENANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia
dan hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad
SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas makalah yang diberi judul “Thaharah Dan Sholat” ini ialah suatu
karya tulis yang terbentuk dari hasil kerja penulis dimana tugas ini merupakan
syarat dari aspek penilaian mata kuliah Materi Fiqih MI/SD.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari
kekurangan, terutama disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi dan sumber
yang penulis dapatkan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat penulis perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini. Semoga
Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya
kepada kita semua, Aamiin.

Rimbo Ulu, 10 Oktober 2023

Kelompok 2

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Thaharah ........................................................................................... 2

B. Sholat ............................................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 7

B. Saran ................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani.
Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan
bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang menempel
di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah
kita kepada Allah SWT. Sebagai mana kita ketahui bahwa salah satu unsur utama
yang harus di penuhi untuk memenuhi syarat-syarat ibadah seperti sholat dan lain
sebagainya hendak lah di awali dengan bersuci. Bersuci menjadi pintu gerbang
utama dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT..
Mengingat ibadah sholat adalah wajib dan menjadi keharusan semua orang baik
dari usia baligh hingga lansia sebelum dia meninggal tetap melaksanakannya.
Kududukan shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang menempati posisi
penting dan tidak dapat digantikan oleh ibadah apapun juga, shalat sebagai tiang
agama, amal yang paling pertama di hisab, pilar kedua setelah syahadat dan dalam
garis besarnya di bagi menjadi dua yaitu shalat fardhu atau diwajibkan dan sunnah
atau tidak diwajibkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Dimaksud Thaharah?
2. Apakah Yang Dimaksud sholat?

C. Tujuan Penilisan
1. Agar Mengetahui Pengertian Thaharah.
2. Agar Mengetahui Pengertian sholat.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Thaharah
Kata thaharah mempunyai arti mensucikan dan membersihkan diri dari najis
atau sesuatu yang kotor yang terlihat maupun tidak terlihat. Menurut sudut pandang
syariat islam, thaharah adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang guna
melenyapkan hadats menggunakan air atau debu yang bisa mensucikan dan
melenyapkan najis maupin kotoran. Maka dari itu thaharah mempunyai arti
menghilangkan sesuatu yang menjadi penghalang bagi pelaksanaan suatu ibadah.1
Thaharah atau bersuci juga diartikan sebuah pekerjaan yang membolehkannya
melakukan shalat yang berupa wudlu, tayammum dan mandi. Manfaat thaharah
adalah membersihkan anggota badan dari dosa-dosa. 2 Ada juga pendapat yang
mengatakan bahwa Thaharah menurut bahasa adalah suci atau terlepas dari segala
kotoran, sementara itu yang di maksud dengan kata suci berarti terhindar dari segala
kotoran yang menempel.
Dalam kacamata islam, bersih dan suci adalah suatu hal yang pokok dan
substansial. Dengn demikian, bersuci yang di wajibkan kepada kaum muslim tidak
hanya untuk ibadah saja melainkan ada tujuan yang lain lagi misal, menyenangkan
suasana sesama orang islam ketika berada berdekatan.3
Sebuah tatacara yang perlu digunakan untuk membersihkan kotoran najis dan
hadats tergantung kepada besar dan kecilnya najis. Apabila hadats atau najis
tersebut adalah kecil maka hanya cukup dengan melakukan wudlu. Akan tetapi
apabila najis itu golongan najis berat atau besar, maka harus membersihkan najis
tersebut dengan mandi besar, bahkan harus membersihkannya yaitu dengan tujuh
kali siraman atau basuhan dan salah satu di antara basuhan tersebut di sertakan
dengan debu yang suci. Kesucian dan kebersihan adalah sebuah kunci penting
untuk melaksanakan suatu ibadah.

1
Sa’id bin Ai bin wahaf Al-Qahthani, Panduan Bersuci, ( Jakarta: Almahira, 2011), hal 5
2
Moh Anwar, Fiqih Islam Terjemah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 2010),hal 9
3
Ayyub, Hasan Muhammad, Panduan Beribadah Khusus Pria, Wanita pun harus baca,
(Cipinang Muara-Jakarta Timur: Almahira, 2012), hal 5

2
3

Sebuah air yang bisa digunakan untuk berthaharah adalah air hujan, laut, sumur,
sungai, salju, embun, air yang telah bercampur dengan suatu yang suci tetapi air
tersebut tak berubah dari wujud, rasa dan warnanya.4
Air ada 4 macam yaitu, air yang suci mensucikan yang disebut juga dengan air
muthlak atau air tidak berubah dari bentuk dasarnya, air musyammas maksudnya
yaitu air yang panas akibat terkena sinar matahri secara langsung, air musta’mal
atau air bekas orang lain yang sudah dipergunakan bersuci atau yang tercampur
dengan benda padat yang bisa merubah sifat air tersebut, air yang terkena najis
seperti kotoran sehingga air tersebut berubah maupun baunya maupun warnanya
maka air tersebut tak dapat digunakan untuk bersuci.5
Thaharah (bersuci) terdiri dari hakiki atau yang berhubungan dengan najis dan
thaharah hukmi yang berhubungan dengan hadas.
1. Thaharah Hakiki
Thaharah yang hakiki adalah suatu hal yang berhubungan dengan
kebersihan pakaian, badan, tempat sholat. Dikatakan juga bahwa thaharah yang
hakiki ialah terbebasnya seorang muslim dari hadas dan najis. Seorang muslim
lalu sholat dengan menggunakan baju yang terdapat kotoran atau air kencing,
maka tidak sah sholatnya. Cara menghilangkan najis dengan thaharah hakiki
caranya bermacam-macam tergantung tingkat najisnya. Apabila najis tersebut
ringan, maka cukup memercikkan air saja kedalam pakaian yang terkena najis.
Apabila najis itu berat, maka harus dibersihkan dan di basuh menggunakan air
7 kali basuhan salah satunya dalam basuhan tersebut disertakan tanah yang suci
di dalamnya. Apabiila najis tersebut pertengahan (mukhoffafah), maka dapat
dibersihkan menggunakan air biasa sampai hilanglah bau, rasa dan warna yang
menempel pada benda atau pakaian yang terkena najis tersebut.6
2. Thaharah Hukmi
Thaharah hukmi ialah telah sucinya kita dari hadas besar ataupun hadas

4
Abbas, Muhammad, Hukum Thaharah dan Shalat, ( Jakarta: Najib Printing Press 2015),
hal 5
5
Ahmad Sarwat, Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib, (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing 2018), hal 11
6
Ahmad Sarwat, Fiqih Thaharah, hal 26

3
4

kecil atau di dalam kondisi junub yang disebabkan oleh keluarnya air mani.
Thaharah dengan cara ini tak terlihat kotorannya secara nyata, suci secara
hukum ialah kesucian dengan cara ritual. Apabila ada seorang muslim yang
tidur (baik tidur dengan sengaja atau ketiduran) maka batallah wudlunya.
Namun ia harus mengulangi thaharahnya dengan cara wudlu jika akan
melaksanakan ibadah seperti sholat dan ibadah lainnya. Demikian jua apabila
ada seorang muslim yang keluar maninya, walaupun ia sudah membersihkan
dan mencuci air maninya, ia belum bisa dinyatakan suci dari hadas besar apabila
ia belum melakukan mandi junub atau mandi besar. Jadi thaharah hukmi ialah
suci dengan cara ritual seperti wudlu dan mandi besar, memang secara fisik
tiada kotoran yang melekat di badan maupun pakaian orang tersebut, tetapi ia
tetap tidak suci dan tidak boleh melakukan ibadah seperti sholat. Kendati
demikian maka thaharah hukmi dapat dilakukan dengan cara berwudlu atau
mandi besar.7
Ada beberapa macam thaharah,yaitu:
1. Wudhu
2. Mandi wajib
3. Mengusap dua khuf
4. Tayammum
5. Istinja’

B. Sholat
Sholat menurut Bahasa adalah do’a dan Pujian. Pengertian ini Antara lain
terlihat dari firman allah SWT. Dalam surah At-Taubah:103
‫وصل عليهم ان صالتك سكن هم وهللا سميع عليم‬
Artinya: “Dan do’akanlah mereka, karena sebenarnya do’amu itu adalah
menentramkan mereka. Dan Allah maha mendengar dan maha
mengetahui”.(Qs.At-Taubah:103)8

7
Ahmad Sarwat, Fiqih Thaharah,hal 27
8
Departemen Agama, op.cit. hal 273

4
5

Sholat menurut istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan
perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam.9 Sedangkan
menurut Syahminan Zaini sholat ialah ibadah pokok untuk mengingat Allah dan
berdialog dengan-Nya secara khusyu’ guna membentuk jiwa yang anti kejahatan
atau senang kebaikan yang dilaksanakan dengan beberapa perbuatan dan berupa
perkataan tertentu yang dimulai denan takbir dan diakhiri dengan salam.10
Menurut Rif’at Syauqi Nawawi sholat secara Bahasa mengandung do’a,
karena memang sebaian dari rangkaian perbuatan sholat ialah berdo’a, artinya di
dalamnya banyak pekerjaan sholat itu di panjatkan do’a kepada Allah SWT..
Dengan memperhatikan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa sholat
adalah suatu kegiatan mengabdi kepada Allah SWT. yang wajib di kerjakan dalam
sehari semalam lima waktu yang di awali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan menggunakan syarat dan rukun pelaksanaannya.
Syarat-syarat wajib sholat ada tiga, yaitu:1) Beragama islam. Sholat tidak
wajib bagi orang kafir asli. Ia juga tidak wajib mengqodo’ sholat yang ia tinalkan
selama kafir jika ia telah masuk islam. Sedangkan orang yang murtad, ia tetap wajib
melakukan sholat dan wajib menqodo’ sholat jika ia kembali memluk agama islam.
2) Baligh. Sholat tidak wajib bagi anak laki-laki dan anak kecil perempuan. Namun
keduanya wajib di perintah melakukan sholat setelah umur tujuh tahun jika bersama
umur tersebut telah muncul sifat tamyiz. Keduanya wajib dipukul jika
meninggalkan sholat setelah sempurna umur sepuluh tahun. 3) Berakal. Sholat tidak
wajib bagi orang yang gila.11
Adapaun tujuan shalat yaitu:
1. Untuk mengingat Allah
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 41, Thaha
ayat 14 dan Al-ahzab ayat 41.

9
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT Al-Maarif, 1986), cet. Ke-6, jilid I. hal 73
10
Syahminan Zaini, Sholat Dan Faedahnya Bai Kehidupan Orang Beriman, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2004), cet. Ke-3. Hal 6
11
Abi Abdillah Muhammad Bin Qosim Al-Ghozi, Fathul Qorib Terjemah, (Kediri:
ZAMZAM Sumber Mata Air Ilmu, 2016) Jilid I. hal 110

5
6

2. Mencegah manusia dari perbuatan tercela


“Dan dirikanlah shalat Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan, sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut 29:45)
3. Sebagai Kafarat Atas Dosa-dosa yang Telah Dilakukan
Nabi Muhammad SAW. menegaskan bahwa shalat merupakan
kafarat penebus atas dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lalu:
“Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu merupakan 'kifarat'(penebus
dosa-dosa) yang dilakukan antara shalat yang satu dengan shalat lainnya,
kecuali atas dosa-dosa besar." (HR. Muslim)
4. Cara untuk Mengadu kepada Allah
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyuk”. (QS. Al-Baqarah 2:45)
5. Tata Cara Mengingat Allah Secara Khusus
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram". (QS. Al-Ra'd 3: 28)
6. Untuk diperintahkan kepada Keluarga
“Dan perintahkanlah kepadamu untuk mendirikan shalat dan
sabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu. kamilah yang memberi rezeki kepadamu, dan akibat yang baik
itu adalah bagi orang yang bertaqwa". (QS Thaha :132)

6
7

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Thaharah mempunyai arti mensucikan dan membersihkan diri dari najis atau
sesuatu yang kotor yang terlihat maupun tidak terlihat. Thaharah adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh seseorang guna melenyapkan hadats menggunakan air atau
debu yang bisa mensucikan dan melenyapkan najis maupin kotoran. Juga diartikan
sebuah pekerjaan yang membolehkannya melakukan shalat yang berupa wudlu,
tayammum dan mandi.

Sholat menurut Bahasa adalah do’a dan Pujian. Sholat menurut istilah ialah
suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari
takbir dan diakhiri dengan salam. Dengan memperhatikan definisi di atas, dapat
dikatakan bahwa sholat adalah suatu kegiatan mengabdi kepada Allah SWT.

B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penulis sangat mengharapkan
respon dari teman-teman mahasiswa ataupun dosen dan saran dari siapapun
datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga adanya makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya para pembaca lainnya.

7
8

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Muhammad, (2015). Hukum Thaharah dan Shalat. Jakarta: Najib Printing
Press.
Abi Abdillah Muhammad Bin Qosim Al-Ghozi,(2016). Fathul Qorib Terjemah,
Kediri: ZAMZAM Sumber Mata Air Ilmu.
Ahmad Sarwat, Fiqih Thaharah,
Ahmad Sarwat, Fiqih Thaharah.
Ahmad Sarwat,(2018) Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib. Jakarta Selatan: Rumah
Fiqih Publishing.
Ayyub, Hasan Muhammad, (2012). Panduan Beribadah Khusus Pria, Wanita pun
harus baca., Cipinang Muara-Jakarta Timur: Almahira.
Departemen Agama, op.cit.
Moh Anwar, (2010). Fiqih Islam Terjemah Matan Taqrib. Bandung: PT Alma’arif.
Sa’id bin Ai bin wahaf Al-Qahthani, (2011).Panduan Bersuci. Jakarta: Almahira.
Sayid Sabiq,(1986). Fiqih Sunnah. Bandung: PT Al-Maarif. cet. Ke-6, jilid I.
Syahminan Zaini,(2004). Sholat Dan Faedahnya Bai Kehidupan Orang Beriman.
Jakarta: Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai