Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

THAHARAH ( BERSUCI )

Di Susun Oleh:
1. Iin komala dewi 2223270039
2. Nina anggita apriani 2223270029

Dosen Pengampu :
Lenda Surepi, MH

PROGRAM STUDI TADRIS IPS


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO
BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu senantiasa terlimpahkan kehadirat allah swt. Yang melimpahkan
nikmat, rahmat dan berkah yang tidak pernah terhingga. Sholawat bertangkaikan salam semoga
tetap terlimpahkan kepangkuan rasulullah saw. Alhamdulillah, berkat rahmat, taufik dan izin
allah swt. Penulisan makalah dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini kami harap dapat
bermanfaat.
Makalah ini merupakan usaha maksimal yang telah kami lakukan dengan susngguh
sungguh. Kami menyadarti dalam penyusunan dan penyelesaian mkalah banyak mengalami
kendala dan hambatan, walau pun demikian dapat diatasi dengan motifasi yang kuat dan berkat
rahmat dan izin allah swt. Untuk itu masukan, saran, dan perbaikan dari pembaca di terima
dengan senang hati dan di ucapkan terimakasih.

Bengkulu, Maret 20203

Penulis.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian taharah.....................................................................................................5
B. Alat alat untuk bertaharah.........................................................................................6
C. Macam macam thahara.............................................................................................7
D. Tujuan thahara..........................................................................................................8
E. Hikmah dan manfaat thaharah..................................................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................................10
B. Saran .......................................................................................................................10

DAFRAT PUSTAKA..........................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terkait dengan pelaksaan ibadah, hal yang ssangat mendasar yang paling utama
harus diperhatikan dan patut diketahui dan dilaksanakan ialah kebersihan dan kesucian
seseorang dalam melaksanakan ibadah, terutama dalam melaksanakan ibadah salat.
Anjuran tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan dan kesucian banyak terdapat
dalam ayat al quran dan hadis nabi saw. Yang diarahkan bagi kebahagian hidup.
Persoalan thaharah erat hubungannya dengan pelaksanaan ibadah. Solat adalah
salah satu ibadah paling sering dilaksanakan terutama solat wajib lima waktu, puasa
ramadhan. Juga ibadah ibadah yang lain thawaf, memegang mushaf dan lain-lainnya.
Maka dalam pelaksanaan nya ibadah solat tersebut tidak sah kecuali sebelumnya seluruh
keadan , pakaian, badan, tempat,dan sebagainya dalam keadaan bersih dan suci, baik suci
dari hadas besar, maupun hadas kecil dan najis.
Hadas menghalangi solat, maka berthaharahlah (bersuci) sebagai kunci untuk
dapat seorang melaksanakan ibadah. Hal ini juga ditunjukkan oleh ijtihad para fuqaha
dalam tulisan tulisan mereka yang selelau diawali dengan pembahasan thaharah. Hal
tersebut menunjukkan betapa pentingnya masalah thaharah ini. Untuk itu, thaharah tidak
hanya cukup untuk diketahui, tetapi juga harus dipraktekkan secara benar. Dalam
kenyataannya, ada sebagian umat islam yang masih kurang tepat dalam melakukan
praktek thahara. Dikarnakan kurangnya pengetahuan atau semata-mata salah dalam
pelaksanaannya.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud thahara?
2. Apa saja alat untuk berthahara?
3. Apa saja macam macam thahara?
4. Apakah tujuan berthahara?
5. Apakah hikmah dan manfaat dari berthahara?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha’ berarti
membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum.
Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis ialah
menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.

Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:


a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:


“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
(QS.2:222).
Dan sabda Nabi Saw : “Kebersihan adalah setengah bagian keimanan. (H.R Muslim dan
Tarmidzi) dan sabda beliau pula sesungguhnya Allah Maha Baik lagi menyukai kebaikan. Dia
adalah Maha Bersih lagi menyukai kebersihan. Dia adalah Maha Dermawan lagi menyukai
kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumah-rumah kalian dan jangan menyerupai kaum
yahudi.” (H.R Tarmidzi).

5
Ibadah merupakan tujuan utama. Oleh sebab itu, Allah menciptakan orang-orang yang
mendapat beban dari hamba-hamba nya Allah SWT.
Ibadah yang paling agung dan paling utama adalah sholat yang merupakan tiang agama dan
syarat utama dari shalat adalah Thaharah (Bersuci).

B. Alat alat untuk berthaharah

Tharah dari najis merupakan usaha untuk menyucikan dan menghilangkan najis ataupun
hadast agar dapat melakukan ibadah dalam keadaan suci, karna pentingnya thaharah dalam
pelaksanaaan ibadah. Najis dapat hilang dan menjadi suci maka diperlukan alat ataupun media
yang dapat digunakan yaitu air, batu, debu, dan tanah.

1.Air

Adapun macam macam air dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu sebagai berikut :

a) Air muthlaq

Yaitu air suci yang menyucikan, maksudnya adalah air yang masih murni baik sifat,bau,
maupun rasanya, dan dapat dikatakan sebagai air yang benar benar bebas dari kotoran dan
kuman.

b) Air musyammas

Yaitu air yang terjemur matahari, hukumnya suci menyucikan untuk benda lain akan
tetapi makruh menggunakannya.

c) Air musta’mal

Yaitu air yang sudah dipakai, artinya air yang sudah dipakai untuk menghilangkan hadast
kecil maupun hadast besar. Hukumnya tidak dapat menyucikan dari hadast atau najis, keculi
lebih dari dua kullah.

6
d) Air mutaghayar

Yaitu air mutlaq yang sudah berubah salah satu dari bau, rasa, atau warnanya. Perubahan
tersebut terkadang berubah karena bercampur dengan benda suci, dan terkadang bercampur
dengan benda najis.

2.Tanah atau debu

Yang suci sebagai pengganti mandi atau wudhu apabila dalam keadaan darurat yaitu
dengan cara tayamum.

3.Batu atau benda keras

Yang suci yang disamakan hukumnya dengan batu, kecuali benda keras yang asalnya
dari kotoran binatang atau kotoran manusia. Untuk istinjak atau menyucikan kotoran atau najis.

Dari keterangan tersebut pada darasnya alat thaharah yang paling utama adalah air, tetapi
apabila air tidak memungkinkan debu, dan apabila debu tidak memungkinkan juga maka bisa
menggunakan batu atau benda keras yang disamakan hukumnya dengan batu.

C. Macam macam thaharah


1.Thaharah dengan hadast

Thaharah adalah memkai air atau tanah atau salah satunya menurut sifat yang di
isyariatkan untuk menghilangkan najis dan hadast, thaharah secara garis besar ada tiga macam
yaitu:

a. Mandi wajib.
b. Wudhu.
c. Tayammum.

2.Thaharah dengan najis

Najasah atau najis menurut bahasa adalah kotoran dan lawan suci menurut syaria’ yang
membatalkan salat, seperti kotoran manusia dan kemih. Najis berarti semua yang tidak suci yang

7
dapat menghalangi seseorang dalam melakukan ibadah kepada Allah. Sedangkan jenis jenis najis
secara garis besar dibagi menjadi:

a. Bangkai
b. Darah
c. Nanah dan nanah yang bercampur darah
d. Muntah kencing dan kotoran manusia
e. Kotoran hewan
f. Anjing dan babi
g. Madzi dan wad’i
h. Khamar
i. Telur busuk, dls

3.Istinja

Istinja adalah bersuci dengan air atau yang lainnya untuk membersihkan najis yang
berupa kotoran yang ada atau menempel pada tempat keluarnya kotoran tersebut (qubul atau
dubur) seperti berak atau kencing. Jadi segala sesuatu yang keluar dari qubul atau dubur adalah
suatu yang dianggap kotor dan wajib di bersihkan atau dihilangkan dengan menggunakan air
atau yang lainnya.

Dari keterangan hadis di atas, dipahami bahwa bersuci dari kotoran (istinja) penting
dilaksanakan sebab hal ini terkait dengan adanya azab kubur di hari kemudian, apabila istinja
tidak dilaksanakan.

D. Tujuan thaharah

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah, diantaranya:

1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadast dan najis.


2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seseorang hamba.

Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yaitu sebagai pemelihara serta pembersih diri dari
berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah seorang hamba.
Seorang hamba yang senantiasa gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-keutamaan yang

8
dianugrahi oleh allah diakhirat nanti. Thaharah juga membantu seorang hamba untuk
memepersiapkan diri sebelum melakukan ibadah-ibadah kepada allah.

E. Hikmah dan manfaat thaharah

Hikmah dan manfaat thaharah sangat banyak, tidak hanya berhubungan dengan masalh
ritual ibadah semata , tetapi mengandung banyak hikmah dan manfaat yang lebih mendalam
dan luas. Secara garis besar manfaat thaharah mencakup:

1. Manfaat jasmani.
2. Manfaat ukhrawi bagi thaharah fisik.

Sedangkan esensi thaharah yang lengkap bagi seluruh tuhuh ialah :

a. Menghilangkan semua bau busuk yang menjadikan tidak nyaman.


b. Supaya tubuh segar dan jiwa bersemangat.
c. Memalingkan jiwa dari keadaan bahimiyahkepada malakiyah.
d. Menyucikan diri dari hadas dan najis.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Thaharah merupakan salah satu syarat sah dalam melaksanakan ibadah baik shalat, puasa
maupun haji juga ibadah-ibadah sunah lainnya. Maka ibadah yang paling sering dilakukan
terutama shalat wajib lima waktu, jika dalam pelaksanaannya shalat tersebut tidah sah keciali
seluruh keadaaan, pakaian, badan, maupun hadas kecil, dan besar.

Hadast menghalangi solat, mks bersuci adalah seperti kunci yang diletakan kepada orang
yang berhadast. Jika ia berwudhu, otomati kunci itu pun terbuka. Hal ini juga ditujukan oleh
ijtihad para fuqada dalam tulisan-tulisan mereka yang selalu diawali dengan pembahasan
thaharah.hal teersebut menunjukan betapa pentingnya masalah thaharah.

Untuk itu thaharah tidak hanya cukup diketahui, tetapi juga harus dipraktikkan secara
benar. Dalam kenyataannya, ada sebagian umat islam yang masih kurang tepat dalam melakukan
praktek thaharah, dikarnakan kurangnya pengatahuan atau semata-mata salah dalam
pelaksaannya.

B. SARAN

Thaharah berarti menyucikan dan membersihkan diri dari najis dan hadast sebagai salah
satu syarat melakukan ibadah yang dapat dilakukan dengan wudhu, mandi,dan tayammum
dengan alat yang digunakan yaitu air, debu, dan atau batu.

Demikianlah makalah mengenai THAHARAH (Bersuci) yang dapat penulis sampaikan,


penulis berharap kepada pembaca agar dapat memberikan penulis kritikan maupun masukkan
yang positif demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan faedah bagi
kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fikih Shalat Empat Madzab, Jogjakarta:Hikam

Abu Masyad, Tuntutan Shalat Lengkap, Semarang: MG,1408H

Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Sholat Lengkap, Semarang : Karya Toha Putra Pustaka, 2007

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011

Saus Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta: AMZAH, 2011

11

Anda mungkin juga menyukai