Dosen pengampu:
Muhammad Aziz Zakiruddin, M.H
Disusun Oleh:
Lekat Julisen (2111120077)
Ricardo Anggi Saputra (2111120062)
Puji syukur diucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehinga
makalah ini dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bapak Muhammad Aziz Zakiruddin, M.H .Dengan memberikan
materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalama kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
akhir kata semoga makalah ini bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan ............................................................................. 12
B.Saran ....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan
keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di Indonesia
saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik karena
menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan.Dengan adanya keseimbangan
antara pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan rakyat yang sejahtera dan
makmur.
Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh
pembangunannya melalui tiga tingkat: unifikasi, industrialisasi, dan negara
kesejahteraan. Pada tingkat yang pertama yang menjadi masalah berat adalah
bagaimana mencapai integritas politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan
nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi
politik. Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama adalah melindungi
rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan
Secara umum dan mendasar hubungan antara produsen (perusahaan penghasil
barang dan atau jasa) dan konsumen (pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk
diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang terusmenerus atau
berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya memang saling
menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara yang
satu dengan yang lainnya. Produsen sangat membutuhkan dan sangat bergantung atas
dukungan konsumen sebagai pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin
produsen dapat terjamin kelangsungan usahanya.
B.Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Konsumen Dan Produsen
2.Apa Dasar Hukum
3.Apa Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Produsen
C.Tujuan
1.Mengetahui Pengertian Konsumen Dan Produsen
2.Mengetahui Dasar Hukum
3.Mengetahui Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Produsen
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Konsumen Dan Produsen
1.Konsumen
Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau
consument/konsumen (Belanda). Secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan
dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang. 1 Konsumen pada umumnya
diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka oleh
pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak
untuk diperdagangkan atau diperjualkan belikan lagi. 2 Konsumen menurut Pasal 1
angka 2 Undang Undang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.
Dengan kata lain maka konsumen adalah merupakan pengguna akhir dari
suatu produk atau jasa. Para ahli hukum memberikan batasan bagi konsumen sebagai
setiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang dan/atau jasa
untuk suatu kegunaan. Konsumen adalah pemakai akhir dari barang dan/atau jasa
untuk diri sendiri atau keluarganya. Dan setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi
tunggal/sendiri mupun berkelompok bersama orang lain,dalam keadaan apapun pasti
menjadi konsumen untuk suatu produk atau jasa tertentu.3
1
Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di ndonesia,
Rajawali Pers, Jakarta 2011, hlm. 35
2
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta
2009, hlm.22
3
Sri Redjeki, Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm..80
2
Directive tersebut yang berhak menuntut ganti rugi adalah pihak yang menderita
kerugian (karena kematian atau cidera)atau kerugian berupa kerusakan benda selain
produk yang cacat itu sendiri. 4
a. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa
untuk digunakan dengan tujuan membuat barang dan/atau jasa lain atau untuk
diperdagangkan (tujuan komersial).
b. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapat dan menggunakan barang
dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhanhidupnya pribadi, keluarga
dan/atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali.
Bagi konsumen antara, barang atau jasa itu adalah barang atau jasa kapital,
berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk lain yang akan
diproduksinya. Konsumen antara ini mendapatkan barang atau jasa itu di pasar
industri atau pasar produsen. Melihat pada sifat penggunaan barang dan/atau jasa
4
Janus Sidabolak, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010, hlm. 17
5
Az, Nasution, Konsumen dan Hukum, Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm. 68
3
tersebut, konsumen antara ini sesungguhnya adalah pengusaha, baik pengusaha
perorangan maupun pengusaha yang berbentuk badan hukum atau tidak, baik
pengusaha swasta maupun pengusaha publik (perusahaan milik negara), dan dapat
terdiri dari penyedia dana (investor), pembuat produk akhir yang digunakan oleh
konsumen akhir atau produsen, atau penyedia atau penjual produk akhir seperti
supplier, distributor, atau pedagang.
Sedangkan konsumen akhir, barang dan/atau jasa itu adalah barang atau jasa
konsumen, yaitu barang dan/atau jasa yang biasanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangganya (produk konsumen). Barang
dan/atau jasa konsumen ini umumnya diperoleh di pasar-pasar konsumen. Nilai
barang atau jasa yang digunakan konsumen dalam kebutuhan hidup mereka tidak
diukur atas dasar untung rugi secara ekonomis belaka, tetapi semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan hidup raga dan jiwa konsumen. 6
2.Produsen
Produsen adalah pihak yang melakukan kegiatan produksi untuk menciptakan
dan menambah nilai guna suatu barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 1 Ayat 3, istilah produsen diganti dengan pelaku usaha.
Karena produsen kini disebut sebagai pelaku usaha, maka produsen dapat
berbentuk orang perseorangan atau badan usaha. Pelaku usaha atau produsen adalah
segala bentuk perusahaan yang mencakup semua bidang, baik itu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), koperasi, maupun perusahaan swasta seperti pabrik, importir, dan
lain-lain. Intinya, mereka yang memproduksi suatu barang sebagai bentuk kegiatan
usaha disebut sebagai produsen.
Hal itu senada dengan pendapat Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo
Pracoyo dalam buku Aspek Dasar Ekonomi Mikro (2006). Mereka menyebutkan
produsen adalah individu atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi
barang atau jasa. Produsen bisa berasal dari perseorangan, perusahaan, badan usaha
maupun organisasi ekonomi yang memiliki kegiatan produksi barang atau jasa.
6
Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta,2011, hlm,61-62
4
Kegiatan utama produsen adalah produksi barang atau jasa. Barang atau jasa
yang dihasilkan akan mengalami perubahan nilai ekonomi setelah melalui proses
produksi. Contohnya, produsen akan memproduksi barang mentah menjadi barang
setengah jadi, barang mentah menjadi barang jadi, atau barang setengah jadi menjadi
barang jadi. Karena melakukan kegiatan produksi, produsen pasti membutuhkan
tenaga kerja dan modal. Contohnya, untuk memproduksi pakaian, produsen
membutuhkan modal berupa uang dan kain, lalu membutuhkan sejumlah tenaga kerja
terampil untuk melakukan kegiatan menjahit dan menjalankan mesin.
Modal dan tenaga kerja juga merupakan faktor yang mendorong setiap
produsen untuk berusaha menghasilkan barang atau jasa yang bermutu. Mereka akan
semaksimal mungkin meningkatkan produktivitas agar proses produksi dapat
mencapai titik optimal.Ada dua faktor yang berperan dalam kegiatan produksi, yaitu
faktor produksi asli dan faktor produksi turunan. Faktor produksi asli merupakan
sumber daya alam dan sumber daya manusia (tenaga kerja). Sementara itu, faktor
produksi turunan adalah modal dan keahlian usaha (entrepreneur).
B.Dasar Hukum
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar
hukum yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti,
perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan optimisme. Ada
beberapa pakar yang menyebutkan bahwa hukum perlindungan konsumen
merupakan cabang dari hukum ekonomi. Alasannya barang atau jasa yang
merupakan cabang dari hukum perdata. Sebagaimana telah dibahas singkat
sebelumnya bahwa peraturan tentang hukum perlindungan konsumen diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
6
9.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
418/MPP/KEP/4/2002 tanggal 30 April 2002 tentang Pembentukan Tim Penyeleksi
Calon Anggota Perlindungan Konsumen.
a. Hak Konsumen
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
7
OpCit, Happy Susanto, hlm. 18-21
7
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
8
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
2014, hlm. 31-32
9
A.Z, Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya,
Jakarta, 1999, hlm. 13
8
Beberapa rumusan tentang hak-hak konsumen yang telah dikemukakan,
secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:
a) Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik kerugian
personal, maupun kerugian harta kekayaan
b) Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar
c) Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang
dihadapi
Oleh karena itu, ketiga hak prinsip dasar tersebut merupakan himpunan
beberapa hak konsumen sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, maka hal tersebut sangat esensial bagi konsumen, sehingga dapat
dijadikan/merupakan prinsip perlindungan konsumen di Indonesia.
b. Kewajiban Konsumen
Kewajiban-kewajiban konsumen dijelaskan yaitu untuk membaca dan
mengikuti petunjuk pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau demi keselamatan
serta membayar barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar. Dan kewajiban
konsumen ini dipertegas dan diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Pasal 5 yang berbunyi:
1.Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang atau jasa, demi keamanan dan keselamatan
2.Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa
3.Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4.Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
Menyangkut kewajiban konsumen beritikad baik hanya tertuju pada transaksi
pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena bagi konsumen,
kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat melakukan transaksi
dengan produsen. Berbeda dengan pelaku usaha kemungkinan terjadinya kerugian
bagi konsumen dimulai sejak barang dirancang/dproduksi oleh produsen (pelaku
usaha).
Kewajiban lain yang perlu mendapat penjelasan lebih lanjut adalah kewajiban
konsumen mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut. Kewajiban ini dianggap sebagai hal baru, sebab sebelum
9
diundangkannya Undang-Undanga Perlindungan Konsumen hampir tidak dirasakan
adanya kewajiban secara khusus seperti ini dalam perkara perdata, sementara dalam
kasus pidana tersangka/terdakwa lebih banyak dikendalikan oleh aparat kepolisian
dan/atau kejaksaan.
c. Hak-Hak Produsen
Karena produsen adalah salah satu komponen yang bertanggung jawab dalam
tercapainya kesejahteraan rakyat, maka ada hak-hak produsen yang harus dilindungi
dan harus dipenuhi. Berdasarkan buku Hukum Perlindungan Konsumen karya Celina
Tri Siwi Kristiyanti, ada hak-hak produsen yang bisa ditemukan. Di antaranya adalah
faktor-faktor yang membebaskan produsen dari tanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh konsumen, seperti munculnya kerusakan atau cacat yang timbul di
kemudian hari akibat proses produksi. Selain itu, beberapa hak pelaku usaha atau
produsen juga disebutkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen Pasal 6, antara lain:
10
5.Produsen berhak mendapatkan kesetaraan hukum yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lain.
d.Kewajiban Produsen
Selain memiliki hak, pelaku usaha atau produsen juga memiliki kewajiban
yang harus dilakukan. Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7:
2.Produsen berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa, serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
3.Produsen wajib memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur,
serta tidak diskriminatif;
4.Produsen berkewajiban menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi dan
diperdagangkan telah berdasarkan ketentuan standar mutu yang berlaku;
11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk
yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap orang yang
mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau
diperjualkan belikan lagi. Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 Undang Undang
Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri maupun makhluk
hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.
Konsumen dibagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Konsumen antara adalah setiap
orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan
membuat barang dan/atau jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial).
Melihat pada sifat penggunaan barang dan/atau jasa tersebut, konsumen antara ini
sesungguhnya adalah pengusaha, baik pengusaha perorangan maupun pengusaha
yang berbentuk badan hukum atau tidak, baik pengusaha swasta maupun pengusaha
publik (perusahaan milik negara), dan dapat terdiri dari penyedia dana (investor),
pembuat produk akhir yang digunakan oleh konsumen akhir atau produsen, atau
penyedia atau penjual produk akhir seperti supplier, distributor, atau pedagang.
Sedangkan konsumen akhir, barang dan/atau jasa itu adalah barang atau jasa
konsumen, yaitu barang dan/atau jasa yang biasanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangganya (produk konsumen).Nilai barang
atau jasa yang digunakan konsumen dalam kebutuhan hidup mereka tidak diukur atas
dasar untung rugi secara ekonomis belaka, tetapi semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan hidup raga dan jiwa konsumen.
B.Saran
Demikian makalah ini kami susun. Apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan maupun pembahasannya kami mohon maaf serta tetap
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif, meskipun sudah dilakukan upaya
revisi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,
Jakarta
Susanti Adi Nugroho, 2011, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari
Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,
Jakarta,
13