Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUKUM EKONOMI

PENGERTIAN DAN PENGATURAN MENGENAI HAK DAN KEWAJIBAN


KONSUMEN DAN PRODUSEN

Dosen pengampu:
Muhammad Aziz Zakiruddin, M.H

Disusun Oleh:
Lekat Julisen (2111120077)
Ricardo Anggi Saputra (2111120062)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
BENGKULU 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur diucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehinga
makalah ini dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bapak Muhammad Aziz Zakiruddin, M.H .Dengan memberikan
materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalama kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
akhir kata semoga makalah ini bermanfaat.

Wassalamulaikum warahmatullahi wabarokatuh

Bengkulu, November 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 1

C. Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumen Dan Produsen ....................................... 2

B. Apa Dasar Hukum ................................................................... 5

C. Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Produsen ....................... 7

BAB III Penutup

A.Kesimpulan ............................................................................. 12

B.Saran ....................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan
keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di Indonesia
saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik karena
menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan.Dengan adanya keseimbangan
antara pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan rakyat yang sejahtera dan
makmur.
Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh
pembangunannya melalui tiga tingkat: unifikasi, industrialisasi, dan negara
kesejahteraan. Pada tingkat yang pertama yang menjadi masalah berat adalah
bagaimana mencapai integritas politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan
nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi
politik. Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama adalah melindungi
rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan
Secara umum dan mendasar hubungan antara produsen (perusahaan penghasil
barang dan atau jasa) dan konsumen (pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk
diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang terusmenerus atau
berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya memang saling
menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara yang
satu dengan yang lainnya. Produsen sangat membutuhkan dan sangat bergantung atas
dukungan konsumen sebagai pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin
produsen dapat terjamin kelangsungan usahanya.
B.Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Konsumen Dan Produsen
2.Apa Dasar Hukum
3.Apa Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Produsen
C.Tujuan
1.Mengetahui Pengertian Konsumen Dan Produsen
2.Mengetahui Dasar Hukum
3.Mengetahui Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Produsen

1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Konsumen Dan Produsen

1.Konsumen
Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau
consument/konsumen (Belanda). Secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan
dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang. 1 Konsumen pada umumnya
diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka oleh
pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak
untuk diperdagangkan atau diperjualkan belikan lagi. 2 Konsumen menurut Pasal 1
angka 2 Undang Undang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.

Dengan kata lain maka konsumen adalah merupakan pengguna akhir dari
suatu produk atau jasa. Para ahli hukum memberikan batasan bagi konsumen sebagai
setiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang dan/atau jasa
untuk suatu kegunaan. Konsumen adalah pemakai akhir dari barang dan/atau jasa
untuk diri sendiri atau keluarganya. Dan setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi
tunggal/sendiri mupun berkelompok bersama orang lain,dalam keadaan apapun pasti
menjadi konsumen untuk suatu produk atau jasa tertentu.3

Selain pengertian-pengertian diatas, dikemukakan pula pengertian konsumen,


yang khusus berkaitan dengan masalah ganti-rugi. Di Amerika Serikat, pengertia
konsumen meliputi “korban produk cacat” yang bukan hanya meliputi pembeli,
melainkan juga korban yang bukan pembeli, namun pemakai, bahkan korban yang
bukan pemakai memperoleh perlindungan yang sama dengan pemakai. Sedangkan di
Eropa, hanya dikemukakan pengertian konsumen berdasarkan Product Liability
Directive (selanjutnya kan disebut Directive) sebagai pedoman bagi negara MEE
dalam menyusun ketentuan mengenai Hukum Perlindungan Konsumen. Berdasarkan

1
Ahmad Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di ndonesia,
Rajawali Pers, Jakarta 2011, hlm. 35
2
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta
2009, hlm.22
3
Sri Redjeki, Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm..80

2
Directive tersebut yang berhak menuntut ganti rugi adalah pihak yang menderita
kerugian (karena kematian atau cidera)atau kerugian berupa kerusakan benda selain
produk yang cacat itu sendiri. 4

Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli


hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagaipemakai produksi
terakhir dari benda dan jasa. Dengan rumusan itu, Hondius ingin membedakan antara
konsumen bukan pemakai akhir (konsumen antara) dan konsumen pemakai akhir.
Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria itu, sedangkan konsumen
pemakai dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakai terakhir. Untuk
menghindari kerancuan pemakaian istilah “konsumen” yang mengaburkan dari
maksud yang sesungguhnya.

Namun dalam pengertian di masyarakat umum saat ini, bahwa konsumen


adalah pembeli, penyewa, nasabah (penerima kredit) lembaga jasa perbankan atau
asuransi, penumpang angkutan umum atau pada pokoknya langganan dari para
pengusaha. Pengertian masyarakat ini tidaklah salah sebab yuridis dalam
KUHPerdata terdapat subyek-subyek hukum dalam hukum perikatan yang bernama
pembeli, pembeli, penyewa, peminjam-pakai dan sebagainya. 5

Konsumen dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa
untuk digunakan dengan tujuan membuat barang dan/atau jasa lain atau untuk
diperdagangkan (tujuan komersial).

b. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapat dan menggunakan barang
dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhanhidupnya pribadi, keluarga
dan/atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Bagi konsumen antara, barang atau jasa itu adalah barang atau jasa kapital,
berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk lain yang akan
diproduksinya. Konsumen antara ini mendapatkan barang atau jasa itu di pasar
industri atau pasar produsen. Melihat pada sifat penggunaan barang dan/atau jasa

4
Janus Sidabolak, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010, hlm. 17
5
Az, Nasution, Konsumen dan Hukum, Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm. 68

3
tersebut, konsumen antara ini sesungguhnya adalah pengusaha, baik pengusaha
perorangan maupun pengusaha yang berbentuk badan hukum atau tidak, baik
pengusaha swasta maupun pengusaha publik (perusahaan milik negara), dan dapat
terdiri dari penyedia dana (investor), pembuat produk akhir yang digunakan oleh
konsumen akhir atau produsen, atau penyedia atau penjual produk akhir seperti
supplier, distributor, atau pedagang.

Sedangkan konsumen akhir, barang dan/atau jasa itu adalah barang atau jasa
konsumen, yaitu barang dan/atau jasa yang biasanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangganya (produk konsumen). Barang
dan/atau jasa konsumen ini umumnya diperoleh di pasar-pasar konsumen. Nilai
barang atau jasa yang digunakan konsumen dalam kebutuhan hidup mereka tidak
diukur atas dasar untung rugi secara ekonomis belaka, tetapi semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan hidup raga dan jiwa konsumen. 6

2.Produsen
Produsen adalah pihak yang melakukan kegiatan produksi untuk menciptakan
dan menambah nilai guna suatu barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 1 Ayat 3, istilah produsen diganti dengan pelaku usaha.
Karena produsen kini disebut sebagai pelaku usaha, maka produsen dapat
berbentuk orang perseorangan atau badan usaha. Pelaku usaha atau produsen adalah
segala bentuk perusahaan yang mencakup semua bidang, baik itu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), koperasi, maupun perusahaan swasta seperti pabrik, importir, dan
lain-lain. Intinya, mereka yang memproduksi suatu barang sebagai bentuk kegiatan
usaha disebut sebagai produsen.
Hal itu senada dengan pendapat Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo
Pracoyo dalam buku Aspek Dasar Ekonomi Mikro (2006). Mereka menyebutkan
produsen adalah individu atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi
barang atau jasa. Produsen bisa berasal dari perseorangan, perusahaan, badan usaha
maupun organisasi ekonomi yang memiliki kegiatan produksi barang atau jasa.

6
Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta,2011, hlm,61-62

4
Kegiatan utama produsen adalah produksi barang atau jasa. Barang atau jasa
yang dihasilkan akan mengalami perubahan nilai ekonomi setelah melalui proses
produksi. Contohnya, produsen akan memproduksi barang mentah menjadi barang
setengah jadi, barang mentah menjadi barang jadi, atau barang setengah jadi menjadi
barang jadi. Karena melakukan kegiatan produksi, produsen pasti membutuhkan
tenaga kerja dan modal. Contohnya, untuk memproduksi pakaian, produsen
membutuhkan modal berupa uang dan kain, lalu membutuhkan sejumlah tenaga kerja
terampil untuk melakukan kegiatan menjahit dan menjalankan mesin.

Modal dan tenaga kerja juga merupakan faktor yang mendorong setiap
produsen untuk berusaha menghasilkan barang atau jasa yang bermutu. Mereka akan
semaksimal mungkin meningkatkan produktivitas agar proses produksi dapat
mencapai titik optimal.Ada dua faktor yang berperan dalam kegiatan produksi, yaitu
faktor produksi asli dan faktor produksi turunan. Faktor produksi asli merupakan
sumber daya alam dan sumber daya manusia (tenaga kerja). Sementara itu, faktor
produksi turunan adalah modal dan keahlian usaha (entrepreneur).

B.Dasar Hukum
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar
hukum yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti,
perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan optimisme. Ada
beberapa pakar yang menyebutkan bahwa hukum perlindungan konsumen
merupakan cabang dari hukum ekonomi. Alasannya barang atau jasa yang
merupakan cabang dari hukum perdata. Sebagaimana telah dibahas singkat
sebelumnya bahwa peraturan tentang hukum perlindungan konsumen diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah


menyepakati rancangan undang-undang tentang perlindungan konsumen untuk
disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri
baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 April 1999 dengan diundangkannya
masalah perlindungan konsumen dimungkinkannya dilakukan pembuktian terbalik
jika terjadi sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha. Konsumen yang merasa
haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum
dibadan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) yang ada ditanah air.
5
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal
pengaturan perlindungan konsumen. Disamping Undangan-Undang Perlindungan
Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa dijadikan
sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut:

1.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli


2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.

2.Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang


Pembinaan

3.Pengawas dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

4.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli


2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah
Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang dan
Kota Makassar.

5.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor


301/MPP/KEP/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan
Secretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

6.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor


302MPP/KEP/102001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.

7.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor


605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen pada Pemerintah Kota Makasar, Kota Palembang, Kota
Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan Kota Medan.

8.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor


480/MPP/KEP/6/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang
Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.

6
9.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
418/MPP/KEP/4/2002 tanggal 30 April 2002 tentang Pembentukan Tim Penyeleksi
Calon Anggota Perlindungan Konsumen.

10.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor


302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindngan Konsumen
Swadaya Masyarakat 7

C.Hak dan Kewajiban Konsumen dan produsen

a. Hak Konsumen

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatur mengenai konsumen.


Hak konsumen yaitu:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa


perlindungan konsumen secara patut

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif

7
OpCit, Happy Susanto, hlm. 18-21

7
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 8

Hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang


Perlindungan Konsumen lebih luas daripada hak-hak dasar konsumen sebagaimana
pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat J.F. Kennedy di depan
Kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yang terdiri dari: 9
a) Hak memperoleh keamanan
b) Hak memilih
c) Hak mendapat informasi
d) Hak untuk didengar
Keempat hak tersebut merupakan bagian dari Deklarasi Hak-Hak Asasi
Manusia yang dicanangkan PBB pada tanggal 10 Desember 1948, masing-masing
pada Pasal 3,8,19,21 dan Pasal 26, yang oleh Organisasi Konsumen Sedunia
(Organization of Consumer Union-IOCU) ditambahkan empat hak dasar konsumen
lainnya, yaitu:
a) Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup
b) Hak untuk memperoleh ganti rugi
c) Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen
d) Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat
Disamping itu, Masyarakat Eropa (Europese Ekonomische Gemeenschap
atau EEG) juga telah menyepakati lima hak dasar konsumen sebagai berikut:
a) Hak perlindungan kesehatan dan keamanan
b) Hak perlindungan kepentingan ekonomi
c) Hak mendapat ganti rugi
d) Hak atas penerangan
e) Hak untuk didengar

8
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
2014, hlm. 31-32
9
A.Z, Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya,
Jakarta, 1999, hlm. 13

8
Beberapa rumusan tentang hak-hak konsumen yang telah dikemukakan,
secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:
a) Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik kerugian
personal, maupun kerugian harta kekayaan
b) Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar
c) Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang
dihadapi
Oleh karena itu, ketiga hak prinsip dasar tersebut merupakan himpunan
beberapa hak konsumen sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, maka hal tersebut sangat esensial bagi konsumen, sehingga dapat
dijadikan/merupakan prinsip perlindungan konsumen di Indonesia.

b. Kewajiban Konsumen
Kewajiban-kewajiban konsumen dijelaskan yaitu untuk membaca dan
mengikuti petunjuk pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau demi keselamatan
serta membayar barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar. Dan kewajiban
konsumen ini dipertegas dan diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Pasal 5 yang berbunyi:
1.Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang atau jasa, demi keamanan dan keselamatan
2.Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa
3.Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4.Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
Menyangkut kewajiban konsumen beritikad baik hanya tertuju pada transaksi
pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena bagi konsumen,
kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat melakukan transaksi
dengan produsen. Berbeda dengan pelaku usaha kemungkinan terjadinya kerugian
bagi konsumen dimulai sejak barang dirancang/dproduksi oleh produsen (pelaku
usaha).

Kewajiban lain yang perlu mendapat penjelasan lebih lanjut adalah kewajiban
konsumen mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut. Kewajiban ini dianggap sebagai hal baru, sebab sebelum

9
diundangkannya Undang-Undanga Perlindungan Konsumen hampir tidak dirasakan
adanya kewajiban secara khusus seperti ini dalam perkara perdata, sementara dalam
kasus pidana tersangka/terdakwa lebih banyak dikendalikan oleh aparat kepolisian
dan/atau kejaksaan.

Adanya kewajiban seperti ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan


Konsumen dianggap tepa, sebab kewajiban ini adalah untuk engimbangi hak
konsumen untuk mendapatkan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut. Hak ini akan menjadi lebih mudah diperoleh jika konsumen mengikuti
penyelesaian sengketa secara patut. Hanya saja kewajiban konsumen ini, tidak cukup
untuk maksud tersebut jika tidak diikuti oleh kewajiban yang sama dari pihak pelaku
usaha.

c. Hak-Hak Produsen
Karena produsen adalah salah satu komponen yang bertanggung jawab dalam
tercapainya kesejahteraan rakyat, maka ada hak-hak produsen yang harus dilindungi
dan harus dipenuhi. Berdasarkan buku Hukum Perlindungan Konsumen karya Celina
Tri Siwi Kristiyanti, ada hak-hak produsen yang bisa ditemukan. Di antaranya adalah
faktor-faktor yang membebaskan produsen dari tanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh konsumen, seperti munculnya kerusakan atau cacat yang timbul di
kemudian hari akibat proses produksi. Selain itu, beberapa hak pelaku usaha atau
produsen juga disebutkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen Pasal 6, antara lain:

1.Produsen berhak menerima pembayaran sesuai kesepakatan berdasarkan kondisi


dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2.Produsen berhak mendapat perlindungan hukum dari konsumen yang tidak


memiliki itikad baik;

3.Produsen berhak melakukan pembelaan diri dalam penyelesaian hukum sengketa


konsumen;

4.Produsen berhak merehabilitasi atau memperbaiki nama baik apabila terbukti


secara hukum kerugian yang dialami oleh konsumen bukan diakibatkan barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan;

10
5.Produsen berhak mendapatkan kesetaraan hukum yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lain.

d.Kewajiban Produsen
Selain memiliki hak, pelaku usaha atau produsen juga memiliki kewajiban
yang harus dilakukan. Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7:

1.Produsen berkewajiban memiliki itikad baik dalam melakukan segala kegiatan


usahanya;

2.Produsen berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa, serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;

3.Produsen wajib memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur,
serta tidak diskriminatif;

4.Produsen berkewajiban menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi dan
diperdagangkan telah berdasarkan ketentuan standar mutu yang berlaku;

5.Produsen wajib memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji,


dan/atau mencoba barang/atau jasa tertentu, serta memberi jaminan dan/atau garansi
atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

6.Produsen berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas


kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;

7.Produsen wajib memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila


barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

11
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk
yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap orang yang
mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau
diperjualkan belikan lagi. Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 Undang Undang
Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri maupun makhluk
hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.
Konsumen dibagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Konsumen antara adalah setiap
orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan
membuat barang dan/atau jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial).
Melihat pada sifat penggunaan barang dan/atau jasa tersebut, konsumen antara ini
sesungguhnya adalah pengusaha, baik pengusaha perorangan maupun pengusaha
yang berbentuk badan hukum atau tidak, baik pengusaha swasta maupun pengusaha
publik (perusahaan milik negara), dan dapat terdiri dari penyedia dana (investor),
pembuat produk akhir yang digunakan oleh konsumen akhir atau produsen, atau
penyedia atau penjual produk akhir seperti supplier, distributor, atau pedagang.
Sedangkan konsumen akhir, barang dan/atau jasa itu adalah barang atau jasa
konsumen, yaitu barang dan/atau jasa yang biasanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangganya (produk konsumen).Nilai barang
atau jasa yang digunakan konsumen dalam kebutuhan hidup mereka tidak diukur atas
dasar untung rugi secara ekonomis belaka, tetapi semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan hidup raga dan jiwa konsumen.

B.Saran
Demikian makalah ini kami susun. Apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan maupun pembahasannya kami mohon maaf serta tetap
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif, meskipun sudah dilakukan upaya
revisi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,
Jakarta

Sri Redjeki, 2000, Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung,

Janus Sidabolak, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya


Bakti, Bandung

Az, Nasution, 1995, Konsumen dan Hukum, Sinar Harapan, Jakarta

Susanti Adi Nugroho, 2011, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari
Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta

Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,
Jakarta,

13

Anda mungkin juga menyukai