Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM BISNIS

TENTANG HUKUM KONTRAK

DOSEN PENGAMPU:

RAHMAT SH., M.H

DISUSUN OLEH:

RIDWAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan karuniaNya yang tak terhingga, tak lupa sholawat serta salam kita haturkan Kepada
Nabi Muhammad SAW. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Hukum Bisnis tentang “Hukum Kontrak”

Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Rahmat SH., M.H selaku dosen pengampuh
mata kuliah Hukum Bisnis. Ucapkan terimakasih juga saya sampaikan kepada teman-teman yang
telah membantu saya menyelesaikan tepat waktu.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari sempurna
baik segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik di masa mendatang. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dan peningkatan imu pengetahuan.

Pontianak,15April 2023
Penyusun

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen..........................................................


B. Alasan Mengapa Konsumen Butuh Perlindungan...................................................
C. Dasar Perlindungan Konsumen...............................................................................
D. Upaya Perwujudan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen..............................
E. Perlindungan Konsumen Dalam Islam Dan Hak Konsumen Dalam Islam.............
BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum perlindungan konsumen adalah asas dan kaidah hukum yang dirancang untuk
melindungi konsumen dari kerugian dan kerugian. Perlindungan konsumen tidak dapat
disimpulkan dari praktik bisnis. Dalam strategi perdagangan diharapkan akan terjadi
peningkatan kepercayaan dan tanggung jawab antara pemilik usaha dan konsumen. Adalah
mungkin untuk menciptakan masyarakat yang kohesif dan damai melalui pembinaan
komunikasi antara pemilik bisnis dan konsumen. Hubungan antara produsen dan konsumen
yang benar-benar terbuka dan konsisten merupakan hubungan yang terus berkembang atau
mempunyai hubungan yang kuat. Alasan hubungan ini ada adalah karena kedua belah pihak
secara konsisten bersikap jujur dan memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi antara
mereka sendiri dan pihak lain. Produk sangat rentan terhadap hak-hak konsumen sebagai
pelanggan. Tanpa persetujuan konsumen, kecil kemungkinan produsen dapat mengganggu
usahanya.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Republik Indonesia yang berlandaskan pada Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5
ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33 yang dapat dilihat di bawah ini:
1. Hak dalam memilih barang
Konsumen memiliki hak penuh dalam memilih barang yang nantinya akan digunakan dan
dikonsumsi. Tidak ada yang berhak mengatur produsen yang bersangkutan. Begitu juga
hak dalam meneliti kualitas barang yang hendak dibeli nantinya.
2. Hak mendapat kompensasi dan ganti rugi
Konsumen berhak untuk mendapatkan konvensasi atas kerugian yang diterimanya dalam
sebuah transaksi jual beli yang dilakukan. Jika tidak adanya kecocokan dalam gambar
maupun kualitas, konsumen berhak melakukan sebuah tuntutan terhadap produsen.
3. Hak mendapat barang/jasa yang sesuai
Konsumen berhak untuk mendapat produk dan layanan sesuai dengan kesepakatan yang
tertulis. contohnya dalam transaksi secara online, jika terdapat layanan gratis ongkos
kirim, maka penerapannya harus sedemikian. Bila tidak sesuai, konsumen berhak
menuntutnya.
4. Hak menerima kebenaran atas segala informasi pasti
Hal yang paling penting bagi para konsumen, untuk mengetahui apa saja informasi terkait
produk yang dibelinya. Produsen dilarang menutupi informasi terkait produk maupun
layanannya. Sebagai contoh jika ada cacat pada barang, produsen berkewajiban untuk
memberi informasi kepada konsumen.
5. Hak pelayanan tanpa tindak diskriminasi

4
Diskriminasi terhadap konsumen merupakan salah satu jenis pelanggaran hak konsumen.
Layanan yang diberikan oleh pabrikan tidak memungkinkan adanya perbedaan antara satu
konsumen dengan konsumen lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perlindungan konsumen?
2. Apa alasan mengapa konsumen butuh perlindungan?
3. Apa dasar perlindungan konsumen?
4. Apa saja peran pemerintah dalam upaya perwujudan penyelenggaraan perlindungan
konsumen?
5. Bagaimana perlindungan konsumen dalam islam dan hak konsumen dalam islam?

BAB 2
5
PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum perlindungan konsumen


Setiap negara memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan hukum, dan
salah satu perlindungan hukum terpenting yang dapat diberikan suatu negara adalah
perlindungan konsumen. Sebelum mendalami lebih dalam tentang Hukum Perlindungan
Konsumen, penting untuk memahami pentingnya konsumen, barang, dan jasa. Menurut
Inosentius Samsul, konsumen adalah seseorang yang membeli suatu produk atau
menggunakannya dengan cara lain, seperti melalui pembayaran, hadiah, atau risiko.
Namun, selain memahami perilaku konsumen, kita juga harus memahami seni dari
produk dan layanan itu sendiri.
Barang adalah satu benda, baik berwujud atau tidak berwujud, baik bergerak atau
tidak bergerak, yang dapat menguasai, dipakai, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Atau,
layanan adalah produk atau layanan apa pun yang disediakan untuk masyarakat umum
dengan tujuan untuk digunakan oleh pelanggan.

B. Alasan konsumen membutuhkan perlindungan


Perlindungan konsumen diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi
konsumen sekaligus memenuhi kebutuhan dasarnya. Perlunya perlindungan konsumen
juga harus dinyatakan secara jelas dan ringkas. Sebagai tonggak hukum, perlindungan
konsumen ditetapkan dalam Pasal 2 UUPK 8/1999, dengan perincian sebagai berikut:

1. Asas Manfaat
Konsumen maupun pelaku usaha atau produsen berhak memperoleh manfaat yang
diberikan. Tidak boleh bersifat salah satu dari kedua belah pihak, sehingga tidak ada
salah satu pihak yang merasakan manfaat ataupun kerugian.

2. Asas Keadilan
Konsumen dan produsen/pelaku usaha dapat berlaku adil dengan perolehan hak dan
kewajiban secara seimbang atau merata.

3. Asas Keseimbangan
Sebuah keseimbangan antara hak dan kewajiban para produsen dan konsumen dengan
mengacu pada peraturan hukum perlindungan konsumen.

4. Asas Keamanan dan Keselamatan


Sebuah jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk
yang dikonsumsi/dipakainya dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan
mengganggu keselamatan jiwa dan harta bendanya.
5. Asas Kepastian Hukum

6
Sebuah pemberian kepastian hukum bagi produsen maupun konsumen dalam
mematuhi dan menjalankan peraturan hukum dengan apa yang menjadi hak dan
kewajibannya. Hal ini dilakukan tanpa membebankan tanggung jawab kepada salah
satu pihak, serta negara menjamin kepastian hukum.

C. Dasar perlindungan konsumen


Pada dasarnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa ("PBB") Pedoman Perlindungan
Konsumen, sebuah pedoman yang mengeluarkan pedoman yang mengatur prinsip-prinsip
utama konsumen yang efektif, undang-undang perlindungan konsumen, lembaga
penegakan dan sistem ganti kerugian. Pedoman ini juga membantu negara anggota untuk
merumuskan dan menegakkan hukum, peraturan dan regulasi domestik dan daerah yang
berasal dari keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan negara tersebut. Negara anggota
juga akan membantu mempromosikan kerjasama internasional di sesama anggota, serta
berbagi pengalaman dalam hal perlindungan konsumen.

Beberapa prinsip yang diatur dalam pedoman tersebut antara lain adalah:[16]
1. fair and equitable treatment;
2. commercial behaviour;
3. disclosure and transparency, dan lain-lain.

Di Indonesia, diharapkan undang-undang perlindungan konsumen yang sudah ada

sejak UU Hak Konsumen segera menjadi prioritas utama negara. Selain upaya untuk

meningkatkan kepuasan dan motivasi konsumen, tujuan dari inisiatif ini adalah untuk

mencegah konsumen merasakan kecemasan saat mereka menerapkan inisiatif mereka

sendiri.

Karena konsumen seringkali menempati posisi yang berat, diharapkan sejak

diberlakukannya Perjanjian Penggunaan Konsumen (UU), perlindungan konsumen yang

sebelumnya hanya dipahami sebagian kini menjadi lebih dipahami sepenuhnya.

Akibatnya, setiap warga negara, kecuali yang melibatkan konsumen, dianggap

bertanggung jawab atas pelanggaran hukum. Selain itu, PBB juga telah mengeluarkan

dokumen yang menguraikan hak-hak dasar konsumen dan perlindungan konsumen, serta

7
pedoman bagi pemerintah untuk menegakkan dan menegakkan hukum dan peraturan

dalam negeri.

4. Peran pemerintah dalam upaya perwujudtan penyelenggaraan perlindungan


konsumen
Menurut Pasal 29 - 30 Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, pemerintah memiliki tanggung jawab di bidang perlindungan konsumen,
khususnya di bidang keamanan pangan, karena keamanan pangan merupakan faktor
penting dalam meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat dengan mengutamakan
kesehatan dan keselamatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001, dimana pembinaan perlindungan
konsumen yang diselenggarakan oleh Pemerintah dalam upaya untuk menjamin
diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta pelaksanaannya kewajiban masing-
masing, Sementara itu, pemerintah, masyarakat, dan LPKSM bersinergi memberikan
perlindungan konsumen.

5. Landasan Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam


Menurut catatan sejarah, hak konsumen dalam Islam sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad SAW masih menjadi nabi dan membeli barang dari Khadijah binti
Khuwailid dengan imbalan uang atau hadiah. Meskipun belum banyak literatur yang
membahas tentang prinsip-prinsip perlindungan konsumen pada saat itu, namun prinsip-
prinsip tersebut dapat disimpulkan dari praktik bisnis yang digunakan oleh Rasulullah
SAW. Kejujuran, keadilan, dan integritas Rasulullah tidak diragukan lagi oleh penduduk
Mekkah, sehingga potensi-potensi tersebut di atas dapat meningkatkan reputasi dan
kemampuan bisnis individu tersebut.
Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi, minat konsumen terhadap
ajaran Islam sangat besar, baik yang terdapat dalam Al-Qur'an maupun Hadits. Menurut
Al-Qur'an, bisnis yang sehat dan sukses adalah bisnis yang tidak menzalimi dan tidak
dizalimi. Prinsip bisnis Islam harus dilandasi dengan nilai-nilai dan adab yang diwarnai
dengan kejujuran.

Ada empat sumber hukum Islam yang telah ditetapkan oleh para fuqaha, yaitu Al-
Qur'an, Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Badan hukum ini tergolong acuan dalam pembahasan
hukum yang mengatur perlindungan konsumen dalam Islam. Al-Qur'an dianggap sebagai
sumber pertama hukum Islam (sumber primer).
Sunnah adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an, dan dapat dianggap sebagai
sumber hukum pertama jika tidak disebutkan masalah tertentu dalam Al-Qur'an. Setelah
wafatnya Rasulullah SAW pada suatu hukum syara' tertentu mengenai kejadian atau
keadaan tertentu, ijma' merupakan komitmen bersama seluruh umat Islam dalam kurun

8
waktu tertentu.17 Ijma' hanya dicatat setelah Rasulullah SAW wafat, dan hanya dapat
dianggap sebagai kaidah hukum jika tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, As-Sunnah, atau
sumber lain mengenai suatu isu atau masalah tertentu.

9
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan undang-undang perlindungan konsumen, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas dan kaidah hukum yang
mengatur dan melindungi konsumen dalam komunikasi dan masalah dengan penyediaan
barang dan/atau jasa konsumen. Hukum perlindungan konsumen juga merupakan
keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik undang-undang atau peraturan
perundang-undangan lainnya, serta hakim yang substansial mengatur kepentingan
konsumen.
2. Perlindungan konsumen diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi
konsumen dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Perlunya perlindungan konsumen juga
harus dinyatakan secara jelas dan ringkas.
3. Konsumen selalu berada pada posisi yang lebih tinggi, sehingga dengan penambahan
UU Perlindungan Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen yang selama ini
diabaikan menjadi lebih menonjol. Sebab, menurut fakta, setiap bangsa memiliki
tanggung jawab untuk melindungi supremasi hukum.

B. Saran

Mengingat tujuan utama perlindungan konsumen adalah untuk meningkatkan


kesadaran, kemampuan, dan motivasi konsumen untuk melindungi diri sendiri, maka
diperlukan tindakan nyata yang ditujukan untuk mendidik konsumen. Tujuan utama dari
program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya
saat berhubungan dengan pemilik usaha. Tindakan ini dapat dilakukan melalui pertemuan
komunitas, seminar, atau bahkan iklan yang mendorong masyarakat untuk memahami
hak dan tanggung jawabnya sebagai konsumen. Hal ini penting agar konsumen dapat
terlindungi dari risiko hukum yang mengancam akibat kurangnya kesadaran mereka akan
situasi yang dihadapi.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Halim Barkatullah, Framework Sistem Perlindungan bagi Hukum Konsumen di


Indonesia, Bandung: Nusa Media, 2016;

2. Bryan A. Garner, Black's Law Dictionary the 8th Edition, St. Paul Minnesota: West
Publishing, 2004;

3. Wiwik Sri Widiarty, Hukum Perlindungan Konsumen, Depok: PT Komodo Books, 2016

4. Yapiter Marpi, Perlindungan Hukum Terhadap Keabsahan dalam Transaksi Tasikmalaya:


Mandiri, 2020; PT. Konsumen Zona Media atas Kontrak Elektronik E-Commerce,

5. Zulham, Konsumen, Hukum Perlindungan Jakarta: Prenada Media Group, 2013; Kencana

6. Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang diakses pada 26 Juli 2022, pukul 13.30 WIB;

7. United Nations Guidelines for Consumer Protection, yang diakses pada 26 Juli 2022, pukul
14.00 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai