Anda di halaman 1dari 11

Hak dan Kewajiban Nasabah Sebagai Konsumen Perbankan

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan
Dosen Pengampu: Dr. Mutawali, S.E.I., M.M.

Oleh:
Kelompok 6
Muhammad Sidik Alamin 11190480000014
Marsaa Nasywaa 11190480000035
Rizki Firman Nurwahyu 11190480000076
Muhammad Nur Daffa Aliffian 11190480000108

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Keyakinanini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamya.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Mutawali, S.E.I.,
M.M. selaku Dosen mata kuliah Hukum Perbankan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini
Dalam penyusunannya, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada kawan-kawan yang
telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Semoga penyusunan
makalah ini memberikan manfaat dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi banyak pihak untuk
kedepannya. Terima kasih.

Tangerang Selatan, 11 September 2022


Penyusun,

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A...Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B...Rumusan Masalah ....................................................................................................1
C...Tujuan Penulisan ......................................................................................................1

BAB 2
PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
A....Hak Nasabah Sebagai Konsumen Perbankan.......................................................... 2
B.... Kewajiban Nasabah Sebagai Konsumen................................................................. 4
C.... Perlindungan Hukum............................................................................................... 5

BAB 3
PENUTUP .....................................................................................................................7
A....Kesimpulan ............................................................................................................. 7
B.... Saran ........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................8

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kegiatan perekonomian yang penting adalah kegiatan perbankan.
Perbankan merupakan salah satu penyedia produk barang dan jasa yang mengharuskan
mengembangkan teknologi, sebagai industri yang memainkan peranan penting dalam
menunjang perekonomian Indonesia.1 Kegiatan utama bank berupa menarik dana
langsung dari masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan membuatnya sarat akan
pengaturan baik melalui peraturan perundang-undangan di bidang perbankan sendiri
maupun perundang-undangan lain yang terkait. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen juga sangat terkait, khususnya dalam hal perlindungan
hukum bagi nsabah bank selaku konsumen. Di dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen Bab V pada Pasal 18 diatur mengenai klausula baku
yang melarang pembuatan atau pencantuman klausula baku pada setiap dokumen atau
perjanjian dengan beberapa keadaan tertentu.

B. Rumusan Masalah
1....Apa saja yang merupakan hak nasabah?
2....Apa saja kewajiban nasabah sebagai konsumen?
3....Bagaimana bentuk perlindungan hukum apabila terjadi pelanggaran hukum antara
nasabah dan pihak bank?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hak nasabah sebagai konsumen.
2. Mengetahui kewajiban nasabah sebagai konsumen.
3. Mengetahui bentuk perlindungan hukum apabila terjadi pelanggaran hukum.

1
Fenny Wulandari dkk, Hak Nasabah Perbankan Dalam Konteks Perlindungan Konsumen, Bhakti Hukum Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, Vo.1 No.1, hal.65

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak Nasabah Sebagai Konsumen Perbankan


Menurut Pasal 1 Ayat 16 UU Perbankan, nasabah disebut sebagai pengguna jasa
perbankan. Perkembangan suatu bank sangat dipengaruhi oleh peran nasabahnya itu
sendiri. Hal ini karena bank sebagai badan hukum harus mengandalkan kepercayaan
nasabahnya. Loyalitas nasabah dalam menggunakan jasa perbankan dipengaruhi oleh
bagaimana bank melindungi segala aktivitas transaksi keuangan. Hubungan antara bank
dengan nasabahnya dalam menjalankan fungsi perbankan menciptakan hubungan hukum
di antara mereka. Kami memiliki undang-undang perlindungan konsumen. Keberadaan
perlindungan hukum bagi nasabah sebagai konsumen di bidang perbankan sangat
dibutuhkan, karena dalam prakteknya kedudukan antar pihak seringkali tidak seimbang.2

Kepentingan konsumen, termasuk pula dalam hal ini nasabah, secara rinci termuat
dalam Revolusi PBB Nomor 39/248 Tahun 1985. Dalam sidang umum PBB ke-106 yang
digelar tanggal 9April 1985 itu, digariskan bahwa hak-hak konsumen yang dimaksud
yaitu:
1. Perlindungan terhadap konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan
keamanannya.
2. Promosi dan perlindungan dari kepentingan sosial ekonomi konsumen.
3. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan mereka
kemampuan melakukan pilihan yang tepat sesuai dengan kehendak dan kebutuhan
pribadi.
4. Pendidikan konsumen.
5. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif.
6. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen dan memberikannya kesempatan
kepada mereka untuk menyatakan pendapat sejak saat proses pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan kepentingan konsumen.3
Dalam Pasal 4 Bab III Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, menyebutkan hak-hak konsumen secara khusus, yaitu antara lain:
1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;

2
Marhais Abdul Miru, Hukum Perbankan di Indonesia, Alumni, Bandung, 2004, hal. 6
3
Lihat Resolusi PBB No. 39/248 Tahun 1985, tanggal 9 April 1985 perihal Hak-Hak Konsumen

2
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5. hak untuk mendapatkan advokasi,perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
6. hak untuk mendapat pembinaan danpendidikan konsumen;
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.4
Secara khusus, hak-hak konsumen, khususnya kepentingan hukumnya diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, karena merupakan kepentingan yang mutlak dan
sah bagi warga negara Indonesia sebagai konsumen. Tidak adil bagi konsumen ketika
kepentingan mereka tidak seimbang dan dihargai seperti penghormatan terhadap
pengusaha. Anda memiliki hak khusus dalam hal ini sebagai berikut:
1. Nasabah berhak untuk memperoleh informasi rinci tentang produk perbankan yang
ditawarkan. Hak ini merupakan hak utama pelanggan. Karena tanpa penjelasan rinci
dari pihak bank melalui customer service, sangat sulit bagi nasabah untuk memilih
produk bank mana yang sesuai dengan keinginannya. Hak apa yang diperoleh
nasabah jika ingin menyerahkan uangnya kepada bank untuk dikelola?
2. Nasabah berhak atas bunga atas produk tabungan dan deposito berjangka yang telah
disepakati sebelumnya.5
Dalam Otoritas jasa keuangan (OJK) telah diterbitkan juga Hak-Hak nasabah sebagai
konsumen perbankan diantara lain;
1. Nasabah berhak untuk mengetahui secara terperinci tentang produk-produk
perbankan yang ditawarkan dan juga atas transparansi informasi produk bank. Hak ini
merupakan hak utama dari nasabah, sehingga nasabah harus mendapatkan penjelasan
yang jelas, terperinci, dengan bahasa mudah dimengerti, dan juga kesetaraan ataupun
keseimbangan dalam perjanjian perbankan.
2. Nasabah berhak untuk mendapatkan bunga atas produk tabungan dan deposito yang
telah dijanjikan terlebih dahulu.
3. Nasabah berhak mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank seperti fasilitas
ATM, mendapatkan laporan atas transaksi, mendapatkan agunan kembali bila kredit
yang dipinjam telah lunas, dan berhak mendapat jasa uang pelelangan dalam hal
agunan dijual untuk melunasi kredit yang tidak dibayar.
4. Nasabah berhak mendapatkan uang Rupiah dalam kondisi asli, masih berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah, layak edar, dan jenis pecahan ataupun nominal yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
5. Nasabah berhak memberikan pengaduan dan wajib ditindaklanjuti.

Lihat Pasal 4 Bab III Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
4

Ahmadi Miru, Loc Cit, hal. 32


5

3
6. Nasabah berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang
diberikan. Kompensasi atau ganti rugi juga wajib diberikan jika barang atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian sebagai bentuk kewajiban dari bank.6

B. Kewajiban Nasabah Sebagai Konsumen


Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, terdapat 4 kewajiban nasabah sebagai konsumen, yaitu:7
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
Adanya kewajiban konsumen dalam membaca atau mengikuti petunjuk informasi
dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan
dan keselamatan, dilatarbelakangi oleh pentingnya pemberian konsekuensi pelaku
usaha yang tidak menyampaikan peringatan secara jelas pada label produk.

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa.


Iktikad baik konsumen dalam transaksi maksudnya adalah konsumen benar-benar
bertujuan untuk hal-hal positif dalam transaksi. Misalnya, dalam transaksi e-
commerce, seorang konsumen bisa saja berpura-pura membeli sebuah produk,
padahal bermaksud untuk menjual kembali secara ilegal atau masuk ke dalam
jaringan transaksi elektronik dan melakukan intersepsi secara ilegal.8

3. Membayar sesuai dengan nilai yang disepakati.


Hasil dari iktikad buruk atau keadaan memaksa yang menimpa konsumen ini
dapat direalisasikan dengan pembayaran yang tidak sesuai dengan jumlah yang
disepakati. Dikarenakan kenaikan kurs sehingga konsumen tidak mampu
membayar dan lari dari tanggung jawab membayar, atau oleh karena konsumen
sengaja ingin menipu pelaku usaha dengan mencari celah dalam transaksi
sehingga konsumen tersebut dapat menikmati barang atau jasa tanpa melakukan
pembayaran.

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara


patuh.
Walaupun konsumen nyata-nyata ditimpa kerugian, bukan berarti penyelesaian
sengketa dapat mengikuti prosedur yang seketika dibuat oleh konsumen. Sebab,
meskipun sedang dalam posisi yang lemah, konsumen tetap harus mengikuti

6
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10438#:~:text=Nasabah%20berhak%20mendapatkan%20la
yanan%20jasa,melunasi%20kredit%20yang%20tidak%20dibayar.
7
Lihat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, LN Nomor 22 , TLN Nomor 3821.
8
Ojk,Apa Saja Hak Kamu Sebagai Konsumen
Keuangan,https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10438 (diakses pada 9 September 2022 pukul
17.38)

4
prosedur upaya penyelesaian sengketa yang patuh pada masyarakat, demi
menciptakan keadilan dan kepastian hukum secara umum.9

C. Perlindungan Konsumen

Menarik dari kacamata hukum perbankan mengenai penyelesaian bank


bermasalah. Mekanisme exit policy tidak melalui proses pencabutan ijin usaha terlebih
dahulu tetapi diserahkan Bank Indonesia kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) untuk disehatkan. Apabila penyehatan mengalami kegagalan, BPPN
membekukan kegiatan usaha bank tersebut, membayar kewajiban bak dan mengambil
alih aset bank. Setelah semua Hak dan Kewajiban diselesaikan barulah dilakukan
pencabutan ijin usaha dan likuidasi. Sedangkan mekanisme exit yang dilakukan untuk
Bank bermasalah mengikuti ketentuan likuidasi sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No.25
Tahun 1999. Menurut Peraturan Pemerintah ini bank sudah tidak dapat diselamatkan
dicabut ijin usahanya dan kemudian memerintahkan direksi mengadakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk membentuk Tim Likuidasi dan membubarkan badan
hukum bank paling lambat 60 hari sejak pencabutan ijin usaha.
Tim Likuidasi bertanggung jawab melakukan pengurusan seluruh harta kekayaan
bank. Selanjutnya hasil pencarian digunakan membayar kewajiban bank kepada kreditur
dengan urutan : gaji pegawai terutang; biaya perkara dipengadilan; biaya lelang yang
terutang; pajak terutang berupa pajak bank dan pajak yang dipungut bank dan biaya
kantor. Apabila masih ada dana tersisa barulah dilakukan pembayaran kepada nasabah
penyimpan dana.
Kelemahan aturan perlindungan nasabah penyimpanan dan tersebut, pada waktu
itu sesungguhnya dapat ditutupi oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang
Bank Sentral, yang kini tidak berlaku lagi. Karena dalam undang-undang kita diberi
kemungkinan untuk membentuk semacam lembaga penyangga dana untuk kepentingan
nasabah menyimpan dana bila suatu bank terlikudasi. Kita dapat membacanya pada
penjelasan Pasal 30 Undang-Undang tersebut yang menyatakan bahwa dalam rangka
pembinaan perbankan, maka jika keadaannya telah memungkinkan, untuk lebih
menjamin uang pihak ketiga yang dipercayakan kepada bank-bank, dapat diadakan suatu
asuransi deposito dengan tujuan menjamin kepercayaan masyarakat terhadap masyarakat.
Kini melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, mewajibkan kepada setiap bank yang
bersangkutan membentuk lembaga penjamin simpanan.
Melalui ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) pada Pasal 8 mewajibkan seluruh bank yang
melakukan usaha diwilayah Republik Indonesia menjadi anggota Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS).
Membicarakan perlindungan hukum terhadap nasabah kita tidak dapat
memisahkan diri dengan UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, karena

9
Dhaniswara K, Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Dunia Perbankan, (Jakarta: Pusat Pengembangan Hukum
dan Bisnis Indonesia, 2011), hal.31

5
pada dasarnya UU inilah yang dijadikan bagi perlindungan konsumen termasuk halnya
nasabah secara umum. UU No. 10 Tahun 1998 bukan tidak ada membicarakan tentang
nasabahnya di dalamnya, tetapi karena UU No. 10 Tahun 1998 hanya bersifat
memberitahukan kepada nasabah semata tidak memberikan akibat kepada perbankan itu
sendiri sehingga dirasakan kurang memberikan perlindungan kepada nasabahnya. Tetapi
secara administrasi UU No. 10 Tahun 1998 memberikan perlindungan kepada
nasabahnya. Tetapi secara administrasi UU No.10 Tahun 1998 memberikan konsekuensi
diambilnya tindakan oleh BI terhadap bank menyalahi ketentuan UU No. 10 Tahun 1998,
sedangkan nasabah tidak diberikan kesempatan melakukan aksi dari ketentuan UU No.
10 Tahun 1998. Aksi tersebut hanya dapat dilakukan dengan dasar UU No. 8 Tahun 1999.
Perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen mempunyai hak untuk
melakukan pengaduan nasabah, serta menggunakan forum mediasi perbankan untuk
mendapatkan penyelesaian sengketa di bidang perbankan secara sederhana, murah, cepat.
Apabila hak dan kewajiban bank terlikuidasi sudah sejalan dengan Undang-undang
Perlindungan Konsumen maka akan dapat menjalankan aktivitas perbankan di dalam
bank tersebut. Diantaranya adalah hak mendapatkan keamanan, hak untuk memilih
produk, hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat dan hak untuk
diperlakukan secara benar dan jujur. Dan kewajibannya adalah mengikuti petunjuk
informasi dan prosedur yang dijalankan bank tersebut.
Di dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
disebutkan dalam pasal 1 ayat (1) “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.
Dalam ayat (2) pasal yang sama dinyatakan “konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
Perihal terbitnya istilah perlindungan konsumen ini adalah disebabkan adanya aktivitas-
aktivitas perekonomian. Kesenjangan ekonomi merugikan berbagai pihak yang terlibat
dalam aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesialah yang tidak lain sebagai konsumen
yang paling dirugikan. Hendaknya diluruskan anggapan keliru yang menyatakan bahwa
para pelaku ekonomi hanyalah terdiri dari pemerintah.10

10
David Y. Wonek, “Perlindungan Hukum Atas Hak-Hak Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna Jasa Bank Terhadap
Risiko Yang Timbul Dalam Penyimpangan Dana”. Vol.I No. 2, April-Juni 2013, Edisi Khusus
http://repo.unsrat.ac.id/388/1/PERLINDUNGAN_HUKUM_ATAS_HAK-
HAK_NASABAH_SEBAGAI_KONSUMEN_PENGGUNA_JASA_BANK_TERHADAP_RISIKO_YANG_.pdf

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hak-hak konsumen khususnya terkait kepentingan hukumnya diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 karena akan tidak adil bagi konsumen ketika
kepentingan mereka tidak seimbang dan tidak dihargai seperti penghormatan terhadap
pengusaha. Nasabah berhak untuk memperoleh informasi rinci tentang produk perbankan
yang ditawarkan dan berhak atas bunga produk tabungan dan deposito berjangka yang
telah disepakati. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menjamin hak-hak
nasabah selaku konsumen perbankan diantaranya adalah, Nasabah berhak mendapatkan
layanan jasa yang diberikan oleh bank seperti fasilitas ATM dan lain sebagainya.
Nasabah juga berhak untuk mendapatkan kompensasi atas kerugian akibat penggunaan,
dan pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang diberikan. Kompensasi atau ganti rugi juga
wajib diberikan jika barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 nasabah memiliki empat kewajiban
diantaranya adalah Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan, beritikad baik
dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa, membayar sesuai dengan nilai
yang disepakati dan mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patuh.
Mekanisme exit policy tidak melalui proses pencabutan ijin usaha terlebih dahulu
tetapi diserahkan Bank Indonesia kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
untuk disehatkan. Apabila penyehatan mengalami kegagalan, BPPN membekukan
kegiatan usaha bank tersebut dan mengambil alih aset bank. Menurut Peraturan
Pemerintah (PP) No.25 Tahun 1999 bank yang sudah tidak dapat diselamatkan dicabut
ijin usahanya dan kemudian memerintahkan direksi mengadakan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) untuk membentuk Tim Likuidasi dan membubarkan badan hukum bank
paling lambat 60 hari sejak pencabutan ijin usaha. Tim Likuidasi bertanggung jawab
melakukan pengurusan seluruh harta kekayaan bank. Selanjutnya digunakan untuk
membayar kewajiban bank kepada kreditur dan apabila masih terdapat dana tersisa
barulah dilakukan pembayaran kepada nasabah penyimpan dana.

B. Saran
Penulis tentunya menyadari jika dalam penulisan makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Kedepannya, penulis akan
menjelaskan makalah dengan lebih terperinci dan mendetail serta dengan sumbersumber
yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga, diharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

David Y. Wonek, Perlindungan Hukum Atas Hak-Hak Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna
Jasa Bank Terhadap Risiko Yang Timbul Dalam Penyimpangan Dana, Vol.I No. 2, April-
Juni 2013. Edisi Khusus
http://repo.unsrat.ac.id/388/1/PERLINDUNGAN_HUKUM_ATAS_HAK-
HAK_NASABAH_SEBAGAI_KONSUMEN_PENGGUNA_JASA_BANK_TERHADAP
_RISIKO_YANG_.pdf

Dhaniswara K, Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Dunia Perbankan, (Jakarta: Pusat


Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia), 2011.

Fenny Wulandari dkk, Hak Nasabah Perbankan Dalam Konteks Perlindungan Konsumen, Bhakti
Hukum Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol.1, No.1

Miru Ahmadi, Hukum Perlindungan Konsumen, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.


Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Miru Marhais Abdul, Hukum Perbankan di Indonesia, Alumni, Bandung, 2004


https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10438#:~:text=Nasabah%20berhak%20m
endapatkan%20layanan%20jasa,melunasi%20kredit%20yang%20tidak%20dibayar.

Ojk, Apa Saja Hak Kamu Sebagai Konsumen


Keuangan,https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10438 (diakses pada 9
September 2022 pukul 17.38)

Pasal 4 Bab III Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Resolusi PBB No. 39/248 Tahun 1985 tanggal 9 April 1985 perihal Hak-Hak Konsumen

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, LN Nomor 22 , TLN


Nomor 3821.

Anda mungkin juga menyukai