PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pendidikan Islam
Dosen Pengampu :
Siswo Edi Wibowo M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Anis Safitri 1911030263
Fajar Maulana 1911030337
Sri Utami 1911030420
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah kami adalah “Perlindungan Konsumen”.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami. Maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun senantiasa makalah ini dapat
berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepintingan pada
umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian Konsumen....................................................................................
B. Pengertian Perlindungan Konsumen..............................................................
C. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen...................................................
D. Sanksi Bagi Pelanggaran Perlindungan Konsumen.......................................
E. Regulasi Tentang Perlindungan Konsumen...................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Konsumen
B. Pengertian Perlindungan Konsumen
C. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen
D. Sanksi Bagi Pelanggaran Perlindungan Konsumen
1
E. Regulasi Tentang Perlindungan Konsumen
C. Tujuan
Tujuannya adalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumen
Konsumen berasal dari bahasa asing (belanda inggris), consumen dan
consumer yang arti harfiahnya adalah pembeli. Pengertian lain dari konsumen
sangat luas , beragam dan sangat terkait erat dengan tujuan seseorang membeli
suatu produk sisanya sebagai terjemahan dari kata user dari kata bahasa inggris.
Pengertiam dari konsumen adalah pemakai, pemirsa, dan masih banyak lagi.
Menurut simamura perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat
untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Menurut
Zulian Yamit dalam anjar Rahmulyo secara tradisional konsumen diartikan orang
yang membeli dan meggunakan produk. Pandangan tradisional ini meyimpulkan
bahwa konsumen adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum
proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Sedangkan orang
yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung adalah
dianggapsebagai pemasok. Konsumen dan pemasok dalam konsep tradisional ini
adalah orang yang berada di luar perusahaan atau disebut konsumen.1
Kepuasan konsumen eksternal dipengaruhi pula oleh kualitas pelayanan purna
jual. Uraian tersebut, menyimpulan bahwa pemasok dan konsumen dalah setiap
orang atau badan yang datang dari dalam perusahaan maupun yang datang dari
luar perusahaan, selain itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis
konsumen, diantaranya :
konsumen internal (internal costumer)
adalah setiap orng yag ikut menangani proses pembuatan maupun
penyediaan produk didalam perusahaan atau organisasi.
Konsumen perantara (intermediate costumer)
adalah mereka yang bertindak atau berperantara untuk
mendistribusikan produk kepada pihak konsumen atau konsumen
eksternal. Konsumen perantara ini
1
H. Mulyadi Nasusastro, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan (Bandung:
Alfabeta, 2012) hlm. 24.
3
bukan sebagai pemakai akhir.
konsumen eksternal (external costumer)
adalah pembeli atau pemakai akhir yang disebut sebagai konsumen
yang nyata (real costumer).
4
hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberikan
harapan agar pelaku usaha tidak lagi bertindak sewenang-wenang yang selalu
merugikan hak konsumen. Dengan adanya Undang-Undang Perlindungan
Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi
yang berimbang dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika hak-haknya
telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.3
Dari latar belakang dan definisi tersebut kemudian muncul kerangka umum
tentang sendi-sendi pokok pengaturan perlindungan konsumen yang kurang lebih
dijabarkan sebagai berikut:
5
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Dengan
kata lain, tidak boleh hanya satu pihak saja yang mendapatkan manfaat
sedangkan pihak yang lain mendapatkan kerugian yang dikenal dengan
istilah tidak boleh memperoleh manfaat di atas kerugian orang lain.
2. Asas keadilan
Hukum perlindungan konsumen harus adil bagi konsumen maupun
pelaku usaha, jadi tidak hanya membebani pelaku usaha dengan
tanggung jawab, tetapi juga melindungi hak dan kepentingannya.
Tidak hanya pro kepada konsumen. Hal ini dikarenakan tidak
selamanya sengketakonsumen itu diakibatkan atas kesalahan pelaku
usaha saja, tetapi dapat juga diakibatkan oleh kesalahan konsumen
yang terkadang tidak tahu akan kewajibannya atau terburu-buru
menyetujui ketentuan-ketentuan yang terdapatklausul baku, contohnya
tanpa membaca terlebih dahulu sehingga ketika terjadi sengketa
langsung menuduh pelaku usaha yang berbuat jahat padanya.
3. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan ini dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara hak dan kewajiban para pelaku usaha, konsumen
maupun pemerintah sebagai pengawas dari hubungan hukum yang
terjadi dalam transaksi perdagangan antara pelaku usaha dan
konsumen.
4. Asas keamanan dan keselamatan
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian
keselamatan kepada konsumen dalam menggunakan produk yang
diproduksi oleh pelaku usaha yang beredar di pasaran untuk
dikonsumsi ataupun digunakan.
5. Asas kepastian hukum
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian
hukum agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan
menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Tanpa harus
membebankan tanggung jawab kepada salah satu pihak. Dengan
adanya asas kepastian hukum ini, jika salah satu pihak melakukan
6
tindakan hukum yang bersifat merugikan pihak yang lain maka
terhadap pihak tersebut dapat dimintakan pertanggung jawaban dan
ganti kerugian.
Berdasarkan rumusan pasal 1338 KUHP dapat kita ketahui bahwa suatu
perjanjian itu hendaklah dibuat dengan suatu iktikad yang baik. Dengan kata lain
perjanjian itu tidak berlaku sah apabila dilakukan dengan iktikad buruk yang
bertujuan untuk merugikan pihak lain ataupun pihak ketiga yang terkait, yang
diperoleh dari pemaksaan, penipuan ataupun kekeliruan. Pelaku usaha tidak boleh
mendapat keuntungan dari konsumen yang mendesak tersebut.5
5
Ice Trisnawati, 2009. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual
Beli Dengan Menggunakan Klausula Baku, Jurnal Ilmiah Hukum Perdata. BW. hlm.30
7
4. Menciptakan System perlindungan konsumen Yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.6
6. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa,
kesehatan,kenyamanan,keamanan, dan keselamatan konsumen.
a. Konsumen
Kata konsumen merupakan istilah yang biasa digunakan
masyarakat untuk orang yang mengonsumsi atau memanfaatkan suatu
barang atau jasa. Selain itu sebagian orang juga memberi batasan
pengertian konsumen yaitu orang yang memiliki hubunganlangsung
antara penjual dan pembeli yang kemudian disebut konsumen. Secara
harfiah konsumen adalah orang yang memerlukan, membelanjakan atau
menggunakan; pemakai atau pembutuh.Adapaun istilah konsumen berasal
6
Ice Trisnawati, 2009. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual
Beli Dengan Menggunakan Klasual Baku. Jurnal Ilmiah Hukum Perdata. BW. hlm.31
7
Ice Trisnawati, 2009. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual
Beli Dengan Menggunakan Klasual Baku. Jurnal Ilmiah Hukum Perdata. BW. hlm.32
8
dari bahasa inggris yaitu consumer, atau dalam bahasa Belanda yaitu
consument.8
Konsumen ialah setiap orang pemakai barang dan jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri,keluarga,orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
Dengan demikian,Konsumen bisa orang-perorangan atau
sekelompok masyarakat maupun makhluk hidup lain yang membutuhkan
barang atau jasa untuk dikonsumsi oleh yang bersangkutan, atau dengan
kata lain barang atau jasa tersebut untuk tidak diperdagangkan.
b. Pelaku Usaha
Pelaku Usaha adalah setiap orang atau perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakuikan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Repulik Indonesia, baik sendiri maupun sama-
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
Pelaku usaha menurut Pasal 1 UUPK adalah setiap orang
perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun
bukan badan hukum
yangdidirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi. Pelaku usaha disini dikatakan sebagai pihak yang membuat
barang, yang menggunakan jasa pelaku usaha periklanan untuk
mempromosikan barang melalui media periklanan. Pelaku usaha meminta
pelaku usaha periklanan untuk membuat iklan dari barang yang
dibuatnya sehingga konsumen tertarik untuk membeli barang tersebut.
Pelaku usaha yang beritikad baik, akan memberikan informasi yang
selengkap-lengkapnya kepada pelaku usaha periklanan sehingga pelaku
8
N.H.T. Siabian, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Produk, (Jakarta: Panta Rei, 2005), hlm.22
9
usaha periklanan tidak memberikan informasi yang menyesatkan dan
merugikan konsumen.9
Seperti yang telah dijelaskan, iklan memiliki peranan yang sangat penting
bagi konsumen, dengan demikian diperlukan batasan-batasan bagi pelaku usaha
periklanan dalam menciptakan suatu iklan. Di dalam UUPK mengatur mengenai
larangan-larangan tersebut, beberapa Pasal yang perlu diperhatikan dari ketentuan
dalam UUPK adalah larangan-larangan yang diatur dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal
12, Pasal 13 dan Pasal 17 yang berhubungan dengan berbagai macam larangan
dalam mempromosikan barang dan/atau jasa tertentu, serta larangan dalam
memproduksi iklan.12
2. Sanksi bagi pelaku usaha atas iklan yang melanggar menurut UUPK
10
1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2),Pasal 15, Pasal 17 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf c,huruf e, ayat(2) dan Pasal 18 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat
(1) huruf d dan huruf f dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat
tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
11
peraturanperaturan bersikap tindak (Gedragsregels) dan peraturan-peraturan hidup
(Leefregels) yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi oleh anggota masyarakat.15
Jadi, sanksi itu merupakan suatu bentuk hukuman atau ganjaran atas apa
yang telah diperbuatnya terhadap tindakan yang telah dilarang. Kerugian
(pengrugian) terhadap konsumen ini termasuk dalam tindak kejahatan terhadap
orang dan barang, tepatnya dapat dilihat dalam KUHP (Kitab Undang-undang
Hukum Pidana) Bab Bab VII Kejahatan yang mendatangkan Bahaya Bagi
Keamanan Umum Manusia atau barang telah dijelaskan secara umum mengenai
sanksi yang diberikan kepada pelaku usaha, yang termuat dalam pasal 204-206.16
Pasal 204:
1) Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan
barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang,
padahal sifat berbahaya tidak diberitahu, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
2) Jika perbuatan itu dapat menyebabkan orang mati, yang bersalah diancam
dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun.
Pasal 205:
12
Pasal 206:
1) Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan dalam bab
ini, yang bersalah dapat dilarang menjalankan pencahariannya ketika
melakukan kejahatantersebut.
2) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 204
dan 205, hakim dapat memerintahkan supaya putusan diumumkan.
Kerugian Konsumen
Suatu peristiwa atau perbuatan yang bertentangan dengan asas-asas hukum
merupakan suatu perbuatan melawan hukum.17
Hukuman baru bisa dijatuhkan kepada pelaku pidana apabila tindak pidana
yang dilakukannya memenuhi syarat-syarat atau unsur-unsur yang ada
padaketentuan hukum positif (KUHP dan Undang-undang Perlindungan
Konsumen No.8 Tahun 1999). Tindak pidana memiliki beberapa unsur, yaitu:
a. Obyektif
Unsur ini pada umumnya dapat terdiri atas perbuatan ataupun suatu akibat.
Unsur-unsur obyektif dari suatu tindak pidanai itu adalah:
1. Sifat melanggar hukum atau wedderechtelijkheid
2. Kualitas dari si pelaku
3. Kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai
penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat.18
b. Subjektif
Unsur ini terdiri atas suatu kehendak atau tujuan yang terdapat di dalam
jiwa pelaku, unsur ini dirumuskan dengan istilah sengaja,niat, dan
maksud.19 Unsur-unsur subyektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
1. Kesengajaan atau ketidak-sengajaan (dolus atau culva)
17
Haryono, Sumber Hukum, Surabaya: Usaha Nasional, 1994. hlm.55
18
P.A.F Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru, 1990.
hlm.184
19
Ibid. hlm.72
13
2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poggingseperti
yang dimaksud didalam Pasal 53 ayat 1 KUHP
3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya
di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan,
pemalsuan dan lain-lain.
Sengketa Konsumen
Pasal 8 (Delapan) :
14
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label.
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang
memuat nama barang, ukuran, berat / isi bersih atau netto,
komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,
nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketentuan harus di pasang/dibuat.
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang, rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
atas barang dimaksud.
3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa rnemberikan
informasi secara lengkap dan benar.
4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat 1 dan ayat 2 dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya
dari peredaran.
Pasal 9 (Sembilan) :
15
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman tidak
berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek samping tanpa
keterangan yang lengkap.
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
2. Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilarang untuk
diperdagangkan.
3. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat 1 dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa
tersebut.
16
3. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan
suatu barang/ jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah
tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk
melaksanakannya sesuwai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan,
dpromosikan atau diiklankan.
4. Pellaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan
suatu barang/jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa
barang/ jasa yang lain secara Cuma-Cuma dengan maksud tidak
memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
5. Perilaku usaha dilarang menawarkan,mempromosikan atau mengiklankan
obat, obat tradisional, suplemen makanan,dll.
6. Perilaku usaha dalam menawarkan barang/ jasa yang ditunjukkan untuk
perdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, tidak
diperkenankan atau dilarang untuk :
a. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang
dijanjikan,
b. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa,
c. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan,
d. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang
dijanjikan.
17
a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,
kegunaan dan harga barang/ tarif jasa serta ketepatan waktu
penerimaan barang/ jasa,
b. Mengelabui jaminan/ garansi terhadap barang/jasa, memuat
informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang/
jasa,
c. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang/ jasa,
d. Mengeksploitasi kejadian/ seseorang tanpa izin yang berwenang
atau persetujuan yang bersangkutan.
e. Melanggar etika atau ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai periklanan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
sangat luas , beragam dan sangat terkait erat dengan tujuan seseorang membeli
suatu produk sisanya sebagai terjemahan dari kata user dari kata bahasa inggris.
Pengertiam dari konsumen adalah pemakai, pemirsa, dan masih banyak lagi.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
20
Ice Trissnawati, 2009 Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Perjanjian Juan Beli Dan Menggunakan Klausula Baku, Jurnal Ilmiah Hukum
Perdata. BW. Hlm. 28
Ice Trisnawati, 2009. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Perjanjian Jual Beli Dengan Menggunakan Klausula Baku, Jurnal Ilmiah Hukum
Perdata. BW. hlm.30
Ice Trisnawati, 2009. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Perjanjian Jual Beli Dengan Menggunakan Klasual Baku. Jurnal Ilmiah Hukum
Perdata. BW. hlm.31
Ice Trisnawati, 2009. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Perjanjian Jual Beli Dengan Menggunakan Klasual Baku. Jurnal Ilmiah Hukum
Perdata. BW. hlm.32
N.H.T. Siabian, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan
Tanggung Jawab Produk, (Jakarta: Panta Rei, 2005), hlm.22
Junaedi Abdullah, Aspek Hukum Dalam Islam, (Kudus: Nora Media
Enterprise, 2010), Cet.1. hlm.129-130
Ahmadi Miru dan Suratman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan
Konsumen, 2004, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, hlm.151
21