Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Hukum Perlindungan Konsumen

Disusun oleh :
Muhammad Iqbal (22120130)
Aldyo Kurniawan (22120123)

Dosen Pengampu :
Edi Saputra,Shi,.M,Sha

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas makalah ini ,Selain itu
juga untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai materi .

Dengan membaca makalah ini penulis kami berharap dapat membantu


teman-teman serta pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya
wawasan pembaca. Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan penulis,
namun penulis yakin bahwa manusia itu tak ada yang sempurna. Seandainya
dalam penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian dari kelemahan
penulis. Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa
kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang
telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Untuk itu kami selalu
menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
penyusunan makalah ini.

Lampoh Keude, Desember 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen 4

B. Dasar dan Prisip Hukum Perlindungan Konsumen 5

C. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen 7

D. Hak Dan Kewajiban Konsumen 8

E. Hak Dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen 9

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang


cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan
adanya keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapatmenciptakan
rakyat yang sejahtera dan makmur. Negeri-negeri yang sekarang ini disebut
negara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat
unifikasi, industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang pertama
yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk
pembangunan ekonomi dan modernisasi politik. Akhirya pada tingkat ketiga
tugas negara yang utama adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi,
membetulkan kesalahan-kesalahan pada tahap sebelumnya dengan menekankan
kesejahteraan masyarakat.

Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan


ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di
masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak
akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu
diperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati
secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun
penawaran barang secara langsung.

Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan,


konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa

1
yang dikonsumsinya. Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar
bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut
pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu
sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa
mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang
berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan
undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga
bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut
dengan baik.

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan


konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan
kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang
perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang dilindungi
oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sasial
kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan
lahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.

Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana


perlindungan terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen.
Dalam makalah ini kami juga akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan
tujuan perlindungan konsumen yang mungkin akan berguna bagi pembaca
khususnya mahasiswa/I dimasa yang akan datang.

2
B. Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan Hukum Perlindungan Konsumen ?


 Bagaimana dasar dan Prinsip hukum perlindungan konsumen ?
 Apa Saja Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen?
 Apa hak dan kewajiban konsumen ?
 Apa Hak Dan Kewajiban Pelaku usaha terhadap Konsumen?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum perlindungan konsumen.

2. Untuk mengetahui dasar dan prinsip hukum perlindungan konsumen

3. Untuk Mengetahui Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

4. Untuk Mengetahui hak dan Kewajiban Konsumen

5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban Pelaku usaha terhadap konsumen.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen


yang lebih luas. Az. Nasution, misalnya berpendapat bahwa hukum konsumen
yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat megatur dan juga mengatur
sifat yang melindungi kepntenigan konsumen. Adapun hukum konsumen
diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaintan dengan
dengan barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, defini Hukum Perlindungan Konsumen


adalah keseluruhan asas-asas serta kaidah-kaidah hukum yang mengatur
mengenai hubungan dan masalah antara berbagai pihak yang satu dengan yang
lain, dan berkaitan dengan barang dan jasa konsumen didalam pergaulan hidup
masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan


Konsumen didalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen
merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
menberikan perlindungan kepada konsumen.

Perlindungan hukum bagi konsumen merupakan sebuah perangkat hukum


yang diciptakan oleh lembaga pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan
hukun dan jaminan kepastian hukum bagi para konsumen dari berbagai
permasalahan ataupun sengketa konsumen karena merasa dirugikan oleh pelaku
usaha. (Eli, 2015)

Sebagaimana dikatakan Ensiklopedi Wikipedia, Hukum Konsumen adalah


hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara konsumen selaku
individu dan pelaku usaha yang menjual barang dan jasa. Perlindungan konsumen
meliputi masalah yang luas, yang tidak hanya terbatas pada tanggung jawab

4
produk, hak-hak konsumen, praktik usaha tidak sehat, penipuan, penafsiran yang
keliru, hubungan lain konsumen/pelaku usaha. Hukum konsumen berhubungan
dengan pelunasan kredit, pencairan pinjaman, keamanan produk, pelayan dan
perjanjian penjualan, peraturan nota kolektif, harga, pembatalan, konsolidasi,
pinjaman seseorang yang mungkin menjadi bangkrut, dan masih banyak lagi.

B. PRINSIP DAN DASAR HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Secara garis besar prinsip-prinsip tanggung jawab produk didalam hukum


perlindungan konsumen dibedakan sebagai berikut:

1. Let The Buyer Beware

 Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak


perlu proteksi.

 Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri.

 Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak


terbuka.

 Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.

2. The due Care Theory

 Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasarkan


produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat
dipersalahkan.

 Pasal 1865 KUHP secara tegas menyatakan, barangsiapa yang


mengendalikan mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya
atau membantah hak orang lain, atau menunjuk pada suatu peristiwa,
maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.

 Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.

5
3. The Privity of Contract

 Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk


melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara
mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat
disalahkan atas hal hal diluar yang diperjanjikan.

 Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di masyarakat


merupakan petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen
menghadapi dominasi pelaku usaha.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat


mengajukan perlindungan adalah:

1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21
ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.

2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen


(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli


dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan


Alternatif Penyelesian Sengketa

5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan


dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001


Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh
dinas Indag Prop/Kab/Kota

7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795


/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,

6
dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa
mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum di badan penyelesaian
sengketa konsumen (BPSK).

Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal
pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen,
masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagai
sumber atau dasar hukum sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21


Juli tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21


Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21


Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21


Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat,
Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang,
dan Kota Makassar.

5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor


302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.

6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor


605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota
Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

7
C. ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan perlindungan


konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas
yang relevan dalam pembangunan nasional yaitu:

1. Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya


dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.

2. Asas Keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan


secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas Keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara


kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemeritah dalam arti materiil ataupun
spiritual.

4. Asas Keamanan dan Keselamatan konsumen dimaksudkan untuk meberikan


jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.

5. Asas Kepastian Hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun


konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen


mengemukakan, Perlindungan konsumen bertujuan:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya


dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan


menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

8
d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan


konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
usaha.

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan


usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.

D. HAK DAN KEWAJIBAN

KONSUMEN HAK KONSUMEN

1. Hak atan pendidikan konsumen

2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi atas praktik bisnis yang tidak adil, praktik
bisnis yang mengekang, atau eksploitasi konsumen yang berlebihan.

3. Hak untuk didengar dan diyakinkan bahwa kepentingan konsumen akan


diterirma berdasarkan pertimbangan pihak-pihak pada forum yang layak.

4. Hak untuk terjamin untuk mendapatkan akses ke barang dan jasa dengan harga
yang bersaing, sebisa mungkin.

5. Hak untuk mendapatkan informasii tentang mutu dan jumlah barang dan jasa
sehinggan dapat terlindungi dari praktik bisnis yang tidak adil.

6. Hak unruk dapat perlindungan terhadap pemasaran barang dan jasa yang
berbahaya bagi kehidupan dan harta benda.

KEWAJIBAN KONSUMEN

1. Bersikukuh untuk meminta tanda pembelian atau kwitansi tanpa kecuali


terhadap barang yang sudah dibeli.

2. Membaca dengan teliti informasi diatas barang sebelum membeli.

9
3. Jangan tergiur dengan iklan yang menyesatkan.

4. Membeli barang yang terstandardisasi.

5. Mengajukan tuntutan tehadap barang yang tidak baik pelayanannya, atau


terhadap praktik bisnis yang tidak adil.

E. HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN

Pasal 6 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen


mengatakan, Hak pelaku usaha adalah :

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan menganai


kondisi dan nilai tukar barang da/atau jasa yang diperdagangkan

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dar tindakan konsumen yang


beritikad tidak baik.

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum


sengkata konsumen.

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.

Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen


menyatakan, Kewajiban pelaku usaha adalah;

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.

10
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasayang
berlaku.

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mecoba


barang dan/atau jasa tertentu serta meberi jaminan dan/atau garansi atas barang
yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat


penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau


jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dalam penjelasan Pasal 7 dalam Huruf c. Pelaku usaha dilarang membeda-


bedakan konsumen dalam memberikan pelayanan. Pelaku usaha dilarang
membeda-bedakan mutu pelayanan kepada konsumen. Huruf e. Yang dimaksud
dengan barang dan/atau jasa tertantu adalah barang yang dapat diuji atau dicoba
tanpa mengakibatkan kerusakan atau kerugian.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak,kewajiban serta


perlindungan hukum atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan
kualitas pendidikan yang layak atas mereka, mengingat faktor utama perlakuan
yang semena-mena oleh produsen kepada konsumen adalah kurangnya kesadaran
serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta kewajiban mereka.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat
mengingatkan para pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak-hak
serta kewajiban yang harus kita laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan
penuh atas hukum dan UU yang berlaku yang bisa digunakan kapan saja ketika
diri kita endapat perlakuakuan yang tidak sesuai dengan apa-apa yang telah
ditetapkan bagi konsumen.

Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para


mahasiswa/mahasiswi, dan bisa dijadikan referensi dalam melakukan kajian-
kajian ilmiah tentang hukum perlindungan konsumen.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mawadi dkk, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Akademia, Jakarta


Barat, 2012.
Dewi, Eli W. Hukum Perlindungan Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015.
Kristiyanti, Celina T S. Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
2009.
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan-kons
umen/&hl=id-ID

13

Anda mungkin juga menyukai