Nama Mahasiswa
: DIDIK KURNIAWAN
SAPUTRA
b.
NPM
: 2110210004
c.
Jumlah SKS
d.
IP Kumulatif
e.
:
:
disebabkan, salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah dari kemajuan
ekonominya, dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah dunia bisnis.1
Perbankan sebagai lembaga keuangan (dalam dunia bisnis) dalam kegiatan
operasionalnya sangat tergantung dari kemampuannnya untuk menghimpun dana
masyarakat yang akan disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Sehingga
salah satu kunci keberhasilan manajemen bank adalah seberapa jauh bank mampu
menguasai pangsa pasar dana masyarakat yang beredar di wilayah operasionalnya.
Jenis pelayanan bank yang umumnya dilakukan dunia perbankan antara lain
menghimpun dana dan pemberian kredit. Pelayanan jasa perbankan tidak hanya
menghimpun dana dan pemberian kredit tetapi bank juga memberikan pelayanan dalam
hal pengurusan dan pendirian dana pensiun. Jenis dana pensiun yang dikelola oleh bank
adalah termasuk jenis dana pensiun lembaga keuangan.
Pelayanan dalam hal pengurusan dan pendirian dana pensiun berarti bank dapat
menerima kepercayaan untuk mengelola administrasi kepesertaan program pensiun,
pengelolaan dana, penerimaan pensiun, dan atau pembayaran uang pensiun bagi yang
berhak. Tidak semua bank bisa mendirikan program dana pensiun, karena untuk
mendirikan dan pengesahan dana pensiun, bank umum yang bersangkutan harus
memenuhi persyaratan yang ada dalam ketentuan Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 228/KMK.017/1993 tentang Tata Cara Permohonan Pengesahan.
Iuran dana pensiun, sebagai fungsi tabungan dapat dijadikan sumber dana sama
seperti jasa simpanan yang lain yang dijadikan sumber dana. Sumber dana dari pihak ke3 tersedia banyak di masyarakat dan persyaratan untuk mencapainya juga tidak sulit, asal
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001),
halaman 1.
bank dapat menarik minat para penyimpan dengan segala strategi, seperti dengan
memberikan pelayanan yang baik dan semaksimal mungkin. Bank harus tetap
mempertahankan kredibilitasnya di hadapan nasabahnya sebagai konsumen yang harus
dilindungi kepentingannya dengan pelayanan yang memuaskan.
Hubungan antara nasabah dengan bank merupakan hubungan kontraktual yang di
dalam hubungan tersebut lahir hak dan kewajiban dalam masing-masing pihak,
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 1 angka 2 yang merumuskan: Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menyatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dari
pernyataan definisi tentang perlindungan konsumen tersebut membuktikan bahwa adanya
jaminan untuk mendapatkan perlindungan hukum yang ditujukan kepada para nasabah
oleh undang-undang, sehingga dari hal itu menimbulkan pergerakan konsumen
(consumers movement) untuk memperjuangkan apa yang menjadi haknya.
Pergerakan konsumen (consumers movement) tersebut membawa akses yang positif
yaitu munculnya peraturan hukum konsumen itu sendiri dan perlindungan konsumen
yang pengertian dan permasalahan yang dibicarakan didalamnya jelas berbeda, pada
kenyataannya justru batasan antara hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen
tersebut dianggap sama. Pembatasan yang ada pada hukum perlindungan konsumen, yang
merupakan salah satu cabang ilmu hukum yang baru, namun bercorak universal. Dalam
pelaksanaannya masih banyak kekurangan yang ada maka akan lebih jelas apabila kita
lihat batasannya.
Prinsipnya dari hukum perlindungan konsumen itu adalah memberikan
perlindungan atau pengayoman terhadap konsumen. Tipis sekali perbedaan antara hukum
konsumen dengan hukum perlindungan konsumen, sehingga menimbulkan persamaan
penafsiran atau kesulitan dalam memberikan batasan-batasan.
Kesulitan di dalam memberikan batasan-batasan hukum konsumen dan hukum
perlindungan konsumen, menimbulkan berbagai masalah. Masalah tentang perlindungan
konsumen semakin disoroti oleh masyarakat luas, seiring dengan keadaan pasar yang
kompetitif, kelangsungan suatu usaha mutlak tergantung dari ada tidaknya perhatian yang
besar terhadap kebutuhan pelanggan juga hak dari pengguna barang dan atau jasa
tersebut. Upaya ini tampaknya mahal, sulit dan justru membelenggu para pelaku bisnis.
Perkembangan perekonomian yang pesat menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari
masing-masing jenis barang dan atau jasa yang dapat dikonsumsi namun, fenomena
tersebut pada sisi lain mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi
tidak seimbang, dimana konsumen pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi obyek
aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha
melalui kiat promosi, cara penjualan serta penerapan perjanjian standar yang merugikan
konsumen.
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen yaitu tingkat kesadaran konsumen
akan haknya yang masih rendah, oleh karena itu selain melalui pembentukan undangundang sebagai instrumen yuridis untuk melindungi kepentingan konsumen juga
diperlukan upaya pemberdayaan konsumen, pembinaan sikap, baik dari pelaku usaha
maupun konsumen. Pembinaan sikap dapat dilakukan melalui pendidikan sebagai salah
satu media sosialisasi.
Keseimbangan kedudukan antara konsumen dan pelaku usaha diperlukan dalam
perlindungan konsumen yaitu hak dari konsumen merupakan kewajiban dari pelaku
usaha begitu juga kewajiban konsumen merupakan hak dari pelaku usaha. Hak konsumen
diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, sedangkan untuk kewajiban konsumen diatur dalam Pasal 5 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga
mengatur apa saja yang menjadi hak dan kewajiban dari para pelaku usaha, yang masingmasing dicantumkan dalam Pasal 6 dan 7.
Nasabah merupakan konsumen kategori pengguna jasa, karena sama-sama termasuk
dalam kategori konsumen
Berdasarkan uraian tersebut dalam latar belakang penelitian diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen jasa simpanan
SETIA dana pensiun lembaga keuangan di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Malang?
2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Malang
dalam rangka pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen jasa simpanan
SETIA?
Manfaat Teoritis
6
Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu:
2.1
Bagi akademis
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yang kelak dapat diterapkan
dalam dunia nyata sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan negara
dan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancaila dan UUD 1945 serta dalam
kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat internasional.
2.2
2.3
Bagi pemerintah
Dapat memberikan masukan dalam menyikapi kasus-kasus perlindungan
konsumen khususnya yang berkaitan dengan nasabah bank
2.4
Bagi bank
Diharapkan agar tidak terjadi pelanggaran hak-hak konsumen dan dapat
menerapkan perlindungan konsumen ke dalam peraturan bank.
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003),
halaman 13
3
Zainal Asikin, Pokok-pokok Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), halaman
4
hukum
2. Macam-macam bank
1.
Bank Sentral yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar 1945 (penjelasan Pasal 23 ayat 3), yang kemudian diatur dengan
Undang-undnag Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral (telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia).
2. Bank Umum yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama
memberikan kredit jangka pendek.
3. Bank Tabungan yaitu bank yang didalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya
terutama memperbungakan dananya dalam kertas atau surat berharga.
4. Bank Pembangunan yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan surat kertas
berharga jangka menengah dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama
memberikan kredit jangka menengah dan jangka panjang di bidang pembangunan.
5. Bank-bank lain yang ditetapkan Undang-undang.
Berdasarkan pembagian bank baik menrut Undang-ndang Nono 7 Tahun 1992
dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 diatas dimana dilihat dari segi fungsinya
jelaslah bahwa bank sentral tidak termasuk kedalam dua jenis bank karena fungsi,
10
tugas, dan peranan bank sentral adalah sebagai lembaga otoritas moneter yang
bertugas menjaga kestabilan moneter serta melakukan pengawasan dan pembinaan
bank. Pembagian macam bank diatas hanya mendasarkan pada segi fungsi bank,
sehingga
memperjelas
ruang
lingkup
dan
batas
kegiatan
yang
dapat
b.
Memberikan kredit;
c.
d.
Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya:
1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan suratsurat yang dimaksud;
2. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
11
f.
Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, bank dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel tunjuk, cek, atau sarana lainnya;
g.
h.
i.
j.
Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
12
n.
Melakukan kegiatan lainnya yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundangan yang
berlaku.
B. DANA PENSIUN
Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, Pasal 2
disebutkan jenis dana pensiun adalah:
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Pengertian dari Dana Pensiun Pemberi Kerja, menurut Pasal 1 angka 2 Undangundang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun adalah dana pensiun yang
dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri,
untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran
Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang
menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.
Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun Lembaga Keuangan adalah sebagai berikut Dana Pensiun Lembaga
Keuangan adalah Dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi
jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja
bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
Pengertian DPLK adalah badan hukum yang dibentuk oleh Bank atau Perusahaan
Asuransi Jiwa, yang menyelenggarakan Program Pensiunan Iuran Pasti (PPIP) bagi
pesertanya, yaitu suatu program yang tidak memerlukan Past Service Liabilities
13
(PSL) dan dapat diikuti oleh karyawan suatu perusahaan swasta maupun pekerja
mandiri4
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 menyebutkan bahwa yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan program DPLK adalah Bank atau Perusahaan Asransi Jiwa dengan
batasan bahwa kekayaan, pengelolaan dana maupun program-programnya terlepas dari
badan pendirinya. Bank yang dimaksud adalah pengertian bank menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan yaitu bank
umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.
Asas-asas dana pensiun
Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun,
penyelenggaraan program pensiun didasarkan pada asas-asas sebagai berikut:
a. Asas keterpisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya.
Dana pensiun didukung oleh badan hukum tersendiri
14
penghasilan yang menjadi hak peserta, maka berlaku asas penundaan manfaat yang
mengharuskan pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun
yang pembayarannya dilakukan secara berkala.
e. Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun
Pembentukan dana pensiun dilakukan atas prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan
manfaat pensiun. Konsekuensinya pendanaan dan pembiayaan merupakan suatu
komitmen yang harus dilakukannya sampai dengan pada saat dana pensiun terpaksa
dibubarkan.
C. PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. Pihak-pihak dalam perlindungan konsumen
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada banyak pihak yang terlibat dalam
perlindungan konsumen, yaitu pihak konsumen, pelaku usaha, organisasi yang
bergerak dalam perlindungan konsumen, dan organisasi pelaku usaha.
15
Dalam praktek di masyarakat secara umum ada tiga pihak atau pelaku utama
dalam perlindungan konsumen yaitu :
a. Konsumen
Adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/ atau jasa dan bahan alamiah
dari segala lapisan masyarakat sejak janin sampai meninggal dunia.
b. Pelaku usaha
Adalah pihak yang mentransformasikan masuknya bahan baku, bahan penolong
dan lain-lain melalui proses yang menggunakan teknologi tertentu menjadi
keluaran berupa barang jadi untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan
masyarakat konsumen.
c. Pemerintah
Adalah pihak yang mempunyai wewenang untuk membuat peraturan,
melaksanakan dan menegakkan pelaksanaan peraturan yang dibuat tersebut
untuk ditaati oleh masyarakat.
Prakteknya pelaksanaan perlindungan konsumen melibatkan beberapa pihak
antara lain :
a. Departemen atau instansi yang berwenang
Yang dimaksud adalah Departemen atau instansi yang berkait dengan produk
(Departemen Teknis) yang menangani produk yang bersangkutan, misalnya
pemberian ijin, penentuan standar mutu, dan sebagainya. Departemen terkait
dengan bidang perbankan adalah Departemen Keuangan, Bank Indonesia yang
berwenang dalam penentuan kebijakan moneter dan perbankan.
b. Organisasi pelaku usaha atau pengusaha
16
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), hal 14
Az Nasution, Op cit halaman 66
66
17
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/ atau tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini.
Ketentuan diatas secara eksplisit menerangkan bahwa Undang-undang
Perlindungan Konsumen digunakan sebagai hukum umum (general law) dalam
mengatasi masalah perlindungan konsumen , karena Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 bukan merupakan awal dan akhir dari peraturan yang mengatur perlindungan
konsumen. Penggunaan hukum umum, yang penerbitannya tidak khusus ditujukan
untuk perlindungan konsumen mempunyai segi-segi positif disamping segi negaifnya.
Segi positifnya, adalah dengan peraturan-peraturan yang ada:
a. Dapat ditanggulangi hubungan-hubungan hukum dan masalah-masalah yang
berkaitan dengan konsumen dan pelaku usaha.
b. Berarti kedudukan konsumen dan pelaku usaha adalah sama didepan hukum.
18
X. METODE PENELITIAN
1.Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris yaitu suatu
penelitian yang menekankan pada peraturan-peraturan yang berlaku, dengan
melakukan penelaahan kaidah-kaidah hukum yang berlaku yang berkenaan dengan
masalah yang diteliti, selanjutnya bagaimana pelaksanaannya dalam praktek.7 Metode
pendekatan yuridis empiris ini digunakan, mengingat bahwa permasalahan yang
diteliti berlandaskan pada UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
peraturan perundang-undangan lain yang relevan dengan obyek penelitian, juga
penelitian di lapangan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, yaitu Bank
Jawa Tengah Cabang Utama Semarang.
2.Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang
berisi penggambaran bagaimana suatu peraturan perundang-undangan dilaksanakan
apabila kita mengkaitkan antara aturan tersebut dengan teori-teori hukum lain serta
menganalisanya berdasarkan semua data yang diperoleh dalam praktek.8
Penelitian yang berbentuk deskripsi analitis ini hanya akan melukiskan keadaan
obyek atau persoalan dan tidak dimaksudkan mengambil atau menarik kesimpulan
yang berlaku umum,9 mengenai pelaksanaan perlindungan konsumen dana pensiun
lembaga keuangan (studi di PT. Bank Jateng Cabang Utama Semarang).
3.Metode Penentuan Sampel
7
8
9
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penulisan Hukum Dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982),
Halaman 34
Ibid, Halaman 64
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1997), Halaman 8
19
Penarikan sampel merupakan suatu proses dalam memilih suatu bagian yang
representatif dari sebuah populasi. Penarikan sampel berguna untuk menentukan
bagian-bagian yang akan diteliti atau yang akan mewakili populasi.
Suatu populasi untuk sebuah penelitian biasanya sangat besar dan sangat luas,
sehingga sering tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi tersebut. Untuk itu
dalam suatu penelitian sebenarnya tidak perlu meneliti semua unit untuk memperoleh
gambaran yang tepat dan benar mengenai keadaan populasi, tetapi cukup diambil
sebagian sebagai sampel.10
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non random sampling
karena tidak semua individu dalam populasi diberi kesempatan untuk menjadi anggota
sampel. Metode penentuan sampel dilakukan berdasarkan purposive sampling, yaitu
metode pemilihan sampel yang berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam
populasi yang sudah ada sebelumnya. 11
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah sebagai
berikut:12
1. Harus didasarkan pada ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang
merupakan ciri-ciri utama dari populasi;
2. Subjek yang diambil sebagai sampel harus benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi;
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan teliti dalam studi
pendahuluan.
10
11
12
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), Halaman 43
Cholid Nabuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2002), Halaman
114-116
Ronny Hanitijo Soemitro,Op.Cit, Halaman 10
20
Populasi yang dimaksud adalah PT. Bank Jateng Cabang Utama Semarang
sebagai salah satu pihak yang melaksanakan perlindungan konsumen di Propinsi Jawa
Tengah sedangkan sampel yang digunakan adalah pihak-pihak yang berkaitan langsung
dengan pelaksanaan perlindungan konsumen dalam hal ini adalah para nasabah dana
pensiun lembaga keuangan.
4. Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan dan efektifitas penelitian ini, juga ditunjang dengan pengadaan
penelitian lapangan guna mendapatkan data primer, disamping itu diadakan penelitian
kepustakaan untuk mendapaatkan data sekunder, adapun data-data tersebut dapat
diperoleh dengan:
1.
Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian di
lapangan, yaitu melakukan penelitian langsung pada instansi atau lembaga terkait
yang menjadi obyek penelitian ini, sehingga dapat diperoleh data secara langsung
dari sumbernya. Adapun data primer ini diperoleh dengan cara wawancara
langsung
Salah satu metode pengumpulan data dengan cara komunikasi, yakni melalui
kontak antara peneliti (pewawancara) dengan sumber data (responden).
Wawancara
dilakukan
secara
langsung,
artinya
peneliti
(pewawancara)
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), halaman 72
21
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.
Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara mengumpulkan dan meneliti
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu
literatur-literatur, pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli dan pihak-pihak
yang berwenang serta sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, yaitu pelaksanaan perlindungan konsumen dana pensiun lembaga
keuangan di PT. Bank Jateng Cabang Utama Semarang.
14
Soerjono Soekamto, dan H. Abdurrahman, Metode penelitian suatu pemikiran dan penerapan,
(Jakarta : Rineka Cipta) Halaman 28-29
22
Buku
Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004)
Badrulzaman, Mariam D, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 2001)
Cholid Nabuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2002)
C.Smith Jr, Datus, Penuntun Penerbitan Buku, (Jakarta: Pusat Penerbitan Grafika
Indonesia, 1975)
Hadikusuma, Hilman, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,
(Bandung : Mandar Maju, 1995)
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001), (Jakarta:
Rajawali Pers, 2001)
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1997)
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003)
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penulisan Hukum Dan Jurimetri, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1982)
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo,
2000)
Zainal Asikin, Pokok-pokok Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada)
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentan Perbankan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
23
Persiapan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisa data
Penulisan laporan
24
Mengetahui
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Pelaksana
25