OLEH:
Nama Kelompok VC
Maradona 0195010010
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DWIJENDRA
TAHUN 2021
KATAR PENGANTAR
Om Swastiastu,
Atas asung kertha waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta
didorong oleh keinginan yang tinggi, maka tugas ini kami selesaikan dengan baik.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen dalam Melakukan Transaksi Online”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih atas kritik dan saram yang diberikan oleh pembaca
maupun dari kalangan manapun, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat
asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung
sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen
diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang
mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain
yang berkaitan dengan barang dan jasa konsumen dalam kehidupan.1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari
semakin pesat. Di era globalisasi seperti sekarang ini baik di Indonesia
maupun di dunia, orang-orang lebih sering melakukan transaksi online
dalam melakukan jual beli. Transaksi online adalah transaksi yang
dilakukan oleh penjual dan pembeli secara online melalui media internet,
tidak ada perjumpaan langsung antara pembeli dan penjual. Zaman
sekarang banyak pelaku usaha dan konsumen melakukan jual beli melalui
transaksi online. Dalam melakukan pembelian melalui transaksi online
pasti ada keuntungan dan kerugian baik dari pihak pelaku usaha maupun
pihak pembeli. Meskipun demikian, melakukan transaksi online juga
mempunyai dampak negatif bagi konsumen karena dalam pemesanan
barang yang akan dibeli konsumen tidak bertemu langsung dengan pelaku
usaha sehingga memungkinkan terjadinya tindakan penipuan.2 Sehingga
dalam makalah ini akan dibahas mengenai peranan hukum terhadap
konsumen dalam melakukan transaksi online.
1
AZ.Nasution, 1995, Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, Hal. 64-65.
2
Ariati & Suarbha. 2016. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Melakukan Transaksi Online.
Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
iii
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsumen?
2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan konsumen?
3. Bagaimana dasar hukum perlindungan konsumen?
4. Bagaimana peranan hukum terhadap konsumen dalam melakukan
transaksi online?
5. Apa asas dan tujuan perlindungan konsumen?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu konsumen.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa itu perlindungan konsumen.
3. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum perlindungan
konsumen.
4. Untuk mengetahui peranan hukum terhadap konsumen dalam
melakukan transaksi online.
5. Untuk mengetahui asas dan tujuan perlindungan konsumen.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan
yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau
sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah
barang. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang
dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi Kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud
konsumen orang yang berststus sebagai pemakai barang dan jasa.
Pengertian Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen
sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas:
1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau
pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang
/jasa lain atau untuk memperdagangkannya (distributor), dengan
tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha;
dan
3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk
diperdagangkan kembali.
Sedangkan pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1
angka 2 UU PK yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain.dan.tidak.untuk.diperdagangkan.
3
Jadi, Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna untuk
memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dapat
dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah tangga yaitu golongan
Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah Tangga Produksi
(RTP).3
3
Suseno. 2017. Makalah Perlindungan Konsumen. Dalam https:// silpiintansuseno7.
wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan-konsumen/. Diakses pada tanggan 27
November 2021.
4
C. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia
memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan
adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen
bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Hukum Perlindungan Konsumen
merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya, permasalahan yang
diatur dalam hukum konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan
kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU)
tentang perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah
selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan oleh
pemerintah pada tanggal 20 april 1999.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen
dapat mengajukan perlindungan adalah:
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal
21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan
Konsumen
5
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,
dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa
antara konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya
dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum di
badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK).
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah
dalam soal pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU
Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain
yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen
Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan
Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah
Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
6
D. Peranan Hukum terhadap Konsumen dalam Melakukan Transaksi
Online
Pembangunan dan perkembangan perekonomian di bidang
perindustrian dan ;perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai
variasi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Ditambah dengan
globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan
teknologi telekomunikasi kiranya memperluas ruang gerak arus transaksi
barang dan jasa.1 Kegiatan jual beli secara online merupakan salah satu
kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat sebagai dampak dari
perkembangan arus globalisasi. Masyarakat cenderung melakukan
transaksi online karena dianggap praktis serta bisa dilakukan dimana saja.
Dalam melakukan pembelian melalui transaksi online pasti ada
keuntungan dan kerugian baik dari pihak pelaku usaha maupun pihak
pembeli. Meskipun demikian, melakukan transaksi online juga
mempunyai dampak negatif bagi konsumen karena dalam pemesanan
barang yang akan dibeli konsumen tidak bertemu langsung dengan pelaku
usaha sehingga memungkinkan terjadinya penipuan. Di Indonesia belum
ada undang-undang khusus yang mengatur tentang transaksi online.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik belum dapat dijadikan pedoman dalam menangani kasus dalam
transaksi online sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal yang dapat dijadikan
pedoman terkait kasus penipuan yang dialami oleh konsumen dalam
transaksi online yakni pasal 8 ayat 1 huruf d, e, dan f dan pasal 16 huruf a
dan b.
Adapun peranan hukum dalam perlindungan konsumen dapat dilihat
dari dua aspek yaitu :
1. Aspek hukum privat merupakan aspek hukum yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban konsumen. Menurut pasal 4 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
hak-hak konsumen yang harus dilindungi dan dihormati yaitu hak
7
keamanan dan keselamatan, hak atas informasi, hak untuk memilih,
hak untuk didengar, dan hak atas lingkungan hidup.
2. Aspek hukum publik merupakan aspek hukum yang dapat
dimanfaatkan oleh Negara, pemerintah instansi yang mempunyai
peran dan kemenangan untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak untuk
kepentingan-kepentingan subyektif. Yang termasuk dalam aspek
hukum publik yaitu :
a. Kementrian perdagangan yaitu menteri yang ruang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi perdagangan.
b. Direktorat jenderal standardisasi bertugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang standardisasi dan perlindungan konsumen.
c. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ( BPSK) adalah
badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan
sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.4
E. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
1. Asas Perlindungan Konsumen
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas
perlindungan konsumen, yaitu:
a. Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
konsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.
b. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.
4
Ariati & Suarbha. 2016. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Melakukan Transaksi Online.
Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
8
c. Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
material maupun spiritual.
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen.
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan
dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
e. Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian
hukum.
2. Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan
perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau
jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan
menuntut hak- haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
9
f. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan konsumen.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
B. Saran
Diharapkan makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan
dapat mengingatkan para pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki
hak-hak serta kewajiban yang harus kita laksanakan, dan kita juga
memiliki perlindungan penuh atas hukum dan UU yang berlaku yang bisa
digunakan kapan saja ketika diri kita endapat perlakuakuan yang tidak
sesuai dengan apa-apa yang telah ditetapkan bagi konsumen serta semoga
makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para mahasiswa/mahasiswi,
dan bisa dijadikan referensi dalam melakukan kajian-kajian ilmiah tentang
hukum perlindungan konsumen.
12
DAFTAR PUSTAKA
13