Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah HukumPerlindungan Konsumen
ProdiHukum Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Institut Agama Islam Negeri Bone
Oleh
ARJUNIAWAN SYAM
742342021084
FAJAR
742342021070
Dosen Pengajar:
Nurfadhilah Rasyid,S.Pd., M.E.
[ Penulis]
DAFTAR ISI
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme dan prosedur penyelesaian sengketa yang
diatur dalam UU Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999, terutama dalam konteks
penyelesaian konflik antara konsumen dan pelaku usaha
2. Untuk mengetahui apa saja jenis sanksi yang dapat diterapkan terhadap pelanggaran
UUPK, dan bagaimana efektivitasnya dalam menegakkan kepatuhan terhadap
peraturan perlindungan konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
Mekanisme penyelesaian sengketa antara konsumen dan pelaku usaha yang diatur
dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
tersebut dapat ditempuh melalui pengadilan (ligitasi) atau diluar pengadilan (non ligitasi)
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Konsumen dapat menggugat
pelaku usaha di peradilan umum secara perorangan atau secara berkelompok (class action).
Gugatan terhadap pelaku usaha tersebut juga dapat diajukan oleh lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat dan pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar
dan/atau korban yang tidak sedikit.
Selain penyelesaian melalui pengadilan, UUPK memberikan alternatif cara menyelesaikan
sengketa konsumen melalui jalur di luar pengadilan (non litigasi) yaitu melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Tugas dan wewenang BPSK sebagaimana diatur
dalam Pasal 52 UUPK dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor.
350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember 2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu melaksanakan penanganan dan penyelesaian
sengketa konsumen dengan cara konsiliasi, mediasi dan arbitrase dan memberikan konsultasi
perlindungan konsumen.
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU Perlindungan Konsumen mengatur bahwa BPSK adalah
badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan
konsumen. Apabila mengacu pada pengertian dari BPSK dapat dilihat bahwa yang dapat
bersengketa di BPSK adalah Pelaku Usaha dan Konsumen. Keberadaan BPSK tentunya akan
menjadi bagian dari pemerataan keadilan, terutama bagi konsumen yang merasa dirugikan
oleh pelaku usaha. Hal ini dikarenakan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha
memiliki nominal perkara yang kecil sehingga tidak mungkin diajukan sengketa di pengadilan
yang tentunya tidak sebanding antara biaya perkara dengan besarnya kerugian yang dituntut.
Selanjutnya, yang perlu diketahui ialah mengenai BPSK dalam menyelesaikan sengketa
konsumen dapat dilakukan dengan cara konsiliasi atau mediasi atau arbitrase yang dilakukan
atas dasar pilihan dan persetujuan dari Pelaku Usaha dan Konsumen sebagaimana diatur di
dalam Pasal 52 UU Perlindungan Konsumen jo. Pasal 9 ayat (2) huruf a Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2020 tentang Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen jo. Pasal 4 ayat (1) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen.
BPSK juga dibentuk sebagai salah satu forum di luar pengadilan untuk menyelesaikan
sengketa yang timbul antara Pelaku Usaha dan Konsumen akibat dari kedudukan konsumen
yang biasanya secara sosial dan finansial tidak seimbang dengan pelaku usaha. Selain itu juga,
dapat diartikan bahwa BPSK sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa konsumen di
luar pengadilan.
2. Apa saja jenis sanksi yang dapat diterapkan terhadap pelanggaran UUPK, dan
bagaimana efektivitasnya dalam menegakkan kepatuhan terhadap peraturan
perlindungan konsumen
Berikut adalah jenis sanksi yang dapat diterapkan sesuai dengan UUPK No. 8 Tahun 1999 dan
penjelasan mengenai efektivitasnya dalam menegakkan kepatuhan terhadap peraturan
perlindungan konsumen:
Denda Administratif
Denda uang yang harus dibayarkan oleh pelaku usaha yang melanggar ketentuan
UUPK. Besaran denda ditetapkan berdasarkan tingkat pelanggaran dan kerugian yang
ditimbulkan.
Penutupan Temporer atau Permanen Usaha
Penghentian sementara atau permanen kegiatan usaha yang melanggar UUPK,
terutama jika kegiatan usaha tersebut membahayakan konsumen.
Pencabutan Izin Usaha
Mencabut izin usaha pelaku usaha yang melanggar ketentuan UUPK, sehingga
menghentikan operasional perusahaan yang tidak mematuhi peraturan.
Pemusnahan Produk Berbahaya
Menghancurkan produk yang dianggap berbahaya bagi konsumen sesuai dengan
ketentuan UUPK.
Tuntutan Ganti Rugi
Konsumen dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pelaku usaha yang
melakukan praktik bisnis yang merugikan konsumen.
Sanksi Administratif Lainnya
Teguran, peringatan, atau tindakan administratif lainnya yang dapat diberikan oleh
badan pengawas kepada pelaku usaha yang melanggar UUPK.
A. Kesimpulan
Mekanisme penyelesaian sengketa dalam UU Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 mencakup
jalur litigasi dan non-litigasi. Litigasi melalui pengadilan, sementara non-litigasi melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). BPSK berfungsi menangani sengketa antara konsumen
dan pelaku usaha melalui konsiliasi, mediasi, atau arbitrase. Keberadaan BPSK penting untuk
menyediakan akses keadilan terutama bagi konsumen dengan sengketa nominal kecil.
Sanksi terhadap pelanggaran UUPK meliputi denda, penutupan usaha, pencabutan izin, pemusnahan
produk berbahaya, tuntutan ganti rugi, dan sanksi administratif lainnya. Sanksi tersebut efektif dalam
menegakkan kepatuhan terhadap peraturan perlindungan konsumen dengan memberikan hukuman
deterrent, mendorong perbaikan praktik bisnis, melindungi konsumen, dan memastikan pengawasan
yang ketat terhadap pelanggaran.
B. SARAN
Jika di tinjau ulang,tentu di dalam makalah ini tidak akan lepas dari koreksi para pembaca
karena kami menyadari apa yang kami sajikan ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar nantinya makalah ini
akan menjadi lebih sempurna dan baik untuk dikonsumsi otak kita.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 (UU PK No. 8 tahun 1999)
Hidayati, M. N. (2008). Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan
Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen.
None, 5(3), 18010.
Hasanah, U. (2012). Peranan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dalam
Penegakan Hak-Hak Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Jurnal Aplikasi Bisnis, 3(1).