Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : NAHDAH NABILAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044096744

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4312/Hukum Perlindungan Konsumen

Kode/Nama UPBJJ : 45/YOGYAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. JAKARTA — Upaya Sanny Suharli, Chairman Professtama Development Group, mencari titik terang
kasusnya dengan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. berlanjut. Otoritas Jasa Keuangan akan memfasilitasi
pertemuan antara Sanny Suharli sebagai nasabah Bank Ekonomi dengan dua petinggi bank yang telah
berganti nama jadi PT Bank HSBC Indonesia. Sanny Suharli berkirim surat ke OJK untuk meminta
lembaga pengawas perbankan itu memfasilitasi pertemuan dirinya dengan Presdir Bank Ekonomi
Anthony Turner dan Gimin Sumalim selaku direktur. Pegawai Bagian Hubungan Masyarakat OJK, Rusdi
Syarief, mengatakan surat permintaan mediasi yang dilayangkan Sanny sudah diterima. Selanjutnya,
surat tersebut diserahkan kepada departemen perlindungan konsumen OJK.
Sumber: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
Pertanyaan:
Menurut analisa anda, apakah kasus diatas, nasabah perbankan dapat menuntut ganti kerugian
berdasarkan UUPK?
Jawab:
Pihak Bank wajib bertanggungjawab pada nasabah penyimpan dalam hal
kerugian nasabah disebabkan oleh pihak Bank. Penyelesaian sengketa kerugian nasabah dapat
ditempuh melalui dua proses yaitu mekanisme persidangan(litigasi) dan mekanisme diluar
persidangan (non litigasi)

2. Hukum perlindungan konsumen dalam banyak aspek berkorelasi erat dengan hukum-hukum
perikatan perdata, tetapi tidak berarti hukum perlindungan konsumen semata-mata ada dalam
wilayah hukum perdata. Ada aspek-aspek hukum perlindungan konsumen yang berada dalam hukum
publik, terutama hukum pidana dan hukum administrasi negara. Jadi, tepatnya hukum perlindungan
konsumen ada di wilayah hukum privat (perdata) dan wilayah hukum publik.
Pertanyaan:
Berikan perbedaan disertai contoh berdasarkan analisa anda, hukum perlindungan konsumen dalam
aspek hukum administrasi, aspek hukum pidana dan dari aspek hukum perdata?
Jawab:
Hukum Perlindungan Konsumen dalam Hukum Pidana dan Hukum Administrasi
Hukum perlindungan konsumen dalam hukum pidana mengandung arti bahwa hukum ini
memberikan jaminan keamanan dari segi hukum public yang berkaitan dengan kepidanaan. Hukum
prlindungan konsumen sendiri muncul karena dipicu oleh munculnya beberapa kasus yang merugikan
konsumen serta penyelesaian sengketa konsumen yang tidak memuaskan konsumen. Contoh kasus
biskuit beracun beberapa tahun yang lalu yang terulang kembali dengan kasus mi instan
Hukum Perlindungan Konsumen dalam Hukum Perdata
Hukum perlindungan konsumen dalam hukum perdata yakni dalam pengertian hukum
perdata dalam arti luas, yakni hukum perdata yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang), serta Peraturan
Perundang Undangan Nasional yang tergolong dalam hukum privat. KUH Perdata walaupun tidak
secara khusus mengatur menyebutkan istilah konsumen, tetapi ketentuan-ketentuan dalam KUH
Perdata juga mengatur masalah hubungan antara pelaku usaha. Salah satu aspek hukum privat yang
terdapat dalam Buku III KUH Perdata tentang Perikatan, yakni berkaitan dengan aspek hukum
perjanjian maupun Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Selanjutnya, dalam KUH Dagang yang
berkaitan Pengangkutan, Asuransi, dll. Adapun dalam peraturan perundang-undangan nasional
perlindungan konsumen antara lain yang terdapat dalam UU Pangan.

3. Hubungan hukum yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha selain berdasarkan perjanjian
dapat juga berdasarkan perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum sangat penting
untuk dikaji lebih lanjut, karena merupakan suatu dasar hukum bagi konsumen untuk melakukan
penuntutan terhadap pihak pelaku usaha. Perbuatan melawan hukum menurut perkembangannya
dewasa ini diartikan tidak saja suatu perbuatan yang melanggar undang-undang tapi juga disebut
melakukan suatu perbuatan hukum.
Pertanyaan:
Menurut analisa anda teori apa saja dalam hal hubungan antara konsumen dan pelaku usaha biasanya
terdapat kausal antara perbuatan dan kerugian serta mengapa perbuatan melawan hukum tidak
diatur secara terperinci dalam undang-undang?
Jawab:
1. Let The Buyer Beware (caveat emptor)
Doktrin ini merupakan embrio dari lahirnya sengketa dibidang transaksi konsumen. Asas ini
berasumsi, pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang sangat seimbang, sehigga tidak
perlu proteksi apapun bagi konsumen.
2. The Due Care Theory
Doktrin atau prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati – hati
dalam meproduksi dan menyalurkan produk, baik barang dan/atau jasa. Selama pelaku usaha
berhati – hati dengan produknya maka pelaku ushaa tidak dapat dipersalahkan.
3. The Privity of Contract
Prinsip in menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi
hal itu dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin kontrak.
4. Kontrak bukan syarat
Melihat fenomena lemahnya posisi konsumen dalam prinsip The Privity of Contact yang
mensyaratkan kontrak sebagi dasar gugatan konsumen kepada pelaku usaha yang merugikannya,
maka lahirlah sebuah prinsip dimana kontrak bukan lagi merupakan syarat untuk menetapkan
eksistensi suatu hubungan hukum.
Perbuatan melawan hukum tidak diatur secara rinci dalam undang-undang karena perbuatan
melawan hukum akan berkembang terus-menerus, sehingga penjabaran secara rinci
dilakukan seletah mengkaji secara mendalam perbuatan tersebut atas perbuatan melawan
hukum secara umum. Apabila dituliskan secara rinci mengenai perbuatan melawan hukum
yang dimaksud, maka peraturan perundang-undangan akan berubah secara terus-menerus.

Anda mungkin juga menyukai