A. Struktur P4T
1. Gambaran Umum Administrasi Kalurahan
Secara administratif Kalurahan Panggungharjo terdiri dari 14
Pedukuhan yang terbagi menjadi 118 RT yang mendiami wilayah seluas
560,966,5 Ha. Gambar berikut ini adalah nama pedukuhan yang berada di
Kalurahan Panggungharjo.
4. Penggunaan Tanah
Kalurahan Panggungharjo adalah salah satu kalurahan yang berada
di Kapanewon Sewon Kabupaten Bantul Provisi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kalurahan yang memiliki luas 5.966,5 Ha. ini dibagi menjadi
14 dusun. Luasnya wilayah yang dimiliki Kalurahan ini tentu penggunaan
dan pemanfaatan bidang-bidang tanahnya juga beragam, seperti
penggunaan tanah, pemanfaatan tanah, dan lainnya.
Pengelompokan penggunaan tanah dimulai dari penggunaan di
bidang pertanian seperti persawahan, maupun di bidang non pertanian,
seperti tempat tinggal, fasilitas umum, sekolah, dan lainnya.
7. Potensi TORA
Reforma agraria merupakan penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih
berkeadilan melalui Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat. Sedangkan TORA adalah kependekan dari
Tanah Objek Reforma Agraria yang pengertiannya adalah tanah yang
dikuasai oleh negara dan/atau tanah yang dimiliki oleh masyarakat untuk
diredistribusi atau dilegalisasi. Pelaksana kegiatan Reforma Agraria ini
adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang selanjutnya
dibentuk Gugus Tugas Reforma Agraria untuk tingkat Pusat, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota. Tujuan pelaksanaan reforma agraria ini yaitu:
a. mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah dalam
rangka menciptakan keadilan;
b. menangani Sengketa dan Konflik Agraria;
c. menciptakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
yang berbasis agraria melalui pengaturan penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah;
d. menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan;
e. memperbaiki akses masyarakat kepada sumber ekonomi;
f. meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan; dan
g. memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018,
objek dari Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) yaitu:
a. tanah HGU dan HGB yang telah habis masa berlakunya serta tidak
dimohon perpanjangan dan/atau tidak dimohon pembaruan haknya
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah haknya berakhir;
b. tanah yang diperoleh dari kewajiban pemegang HGU untuk
menyerahkan paling sedikit 2O% (dua puluh persen) dari luas
bidang tanah HGU yang berubah menjadi HGB karena perubahan
peruntukan rencana tata ruang;
c. tanah yang diperoleh dari kewajiban menyediakan paling sedikit
2O% (dua puluh persen) dari luas Tanah Negara yang diberikan
kepada pemegang HGU dalam proses pemberian, perpanjangan
atau pembaruan haknya;
d. tanah yang berasal dari pelepasan kawasan hutan negara dan/atau
hasil perubahan batas kawasan hutan yang ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai sumber TORA,
meliputi:
1) tanah dalam kawasan hutan yang telah dilepaskan sesuai
peraturan perundangundangan menjadi TORA; dan
2) tanah dalam kawasan hutan yang telah dikuasai oleh
masyarakat dan telah diselesaikan penguasaannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Tanah Negara bekas tanah terlantar yang didayagunakan untuk
kepentingan masyarakat dan negara melalui Reforma Agraria;
f. tanah hasil penyelesaian Sengketa dan Konflik Agraria;
g. tanah bekas tambang yang berada di luar kawasan hutan;
h. tanah timbul;
i. tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak ralryat atas tanah,
meliputi:
1. tanah yang dihibahkan oleh perusahaan dalam bentuk
tanggung jawab sosial dan/atau lingkungan;
2. tanah hasil konsolidasi yang subjeknya memenuhi kriteria
Reforma Agraria;
3. sisa tanah sumbangan tanah untuk pembangunan dan tanah
pengganti biaya pelaksanaan Konsolidasi Tanah yang telah
disepakati untuk diberikan kepada pemerintah sebagai
TORA; atau
4. tanah Negara yang sudah dikuasai masyarakat.
j. tanah bekas hak erpacltt, tanah bekas partikelir dan tanah bekas
eigendom yang luasnya lebih dari 10 (sepuluh) bauw yang masih
tersedia dan memenuhi ketentuan perundang-undangan sebagai
objek redistribusi; dan
k. tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah
swapraja/bekas swapraja yang masih tersedia dan memenuhi
ketentuan perundang-undangan sebagai objek redistribusi tanah
Merujuk Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tersebut
dalam pelaksanaan PKL IP4T pada Kalurahan Panggungharjo tidak
ditemukan potensi Tanah Objek Reforma Agraria (TORA). Kurang
lengkapnya data terkait domisili pemilik tanah dan tanah-tanah yang
terlantar pada data Kegiatan IP4T Kalurahan Panggungharjo Tahun
2018 yang menjadi basis data pelaksanaan PKL IP4T tahun 2021 ini
menjadikan kita tidak bisa menentukan bidang-bidang tanah yang
termasuk dalam kategori tanah absentee dan tanah terlantar. Selain itu,
jika kita hitung luas dari tanah pertanian yang dimiliki satu orang
tidak ditemukan data kepemilikan tanah seseorang yang melebihi 2
hektar sehingga tidak juga ditemukan tanah kelebihan maksimum
yang menjadi potensi Tanah Objek Reforma Agraria (TORA).
Sedangkan untuk di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak ada tanah
bekas swapraja. Berikut adalah peta hasil analisis yang telah kami
lakukan.
Gambar 5.8 Peta Potensi TORA Kalurahan Panggungharjo
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 676 bidang yang ada
didusun garon terdapat 359 bidang yang sudah memiliki sertipikat. Dari
359 bidang yang sudah memiliki sertipikat hak milik terbagi kedalam
beberapa pemanfaatan tanah, diantaranya yaitu 186 bidang dimanfaatkan
untuk tempat tinggal, 3 bidang untuk kegiatan ekonomi/perdagangan, 157
bidang untuk produksi pertanian, 1 bidang untuk fasilitas sosial/ fasilitas
umum, 11 bidang tidak memiliki pemanfaatan.
Sebanyak 13 bidang yang sudah memiliki sertipikat hak pakai terbagi
kedalam bebrapa pemanfaatan, diantaranya 1 bidang dengan pemanfaatan
tempat tinggal, 9 bidang dengan pemanfaatan produksi pertanian, 2 bidang
dengan pemanfaatan usaha/jasa, 1 bidang dengan pemanfaatan
fasos/fasum.
Sejumlah 304 bidang belum memiliki sertipikat yang pemanfaatan
tanahnya terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu, 113 dimanfaatkan
untuk tempat tinggal, 160 bidang dimanfaatkan untuk produksi pertanian,
5 bidang dimanfaatkan untuk usaha/jasa, 9 bidang dimanfaatkan untuk
fasos/fasum, dan 17 bidang lainnya tidak dimanfaatkan penggunaan
tanahnya. Berikut aadalah gambaran peta hasil analisis yang telah kami
lakukan.
Gambar 5.9 Peta Persebaran Sertifikat Berdasarkan Jenis Hak Terhadap
Pemanfaatan Tanah
No Dusun JUMLAH
1 Krapyak Kulon 16
2 Krapyak Wetan 1
3 Dongkelan 1
4 Glugo 3
5 Kweni 21
6 Pelemsewu 0
7 Pandes 0
8 Sawit 1
9 Glondong 2
10 Jaranan 2
11 Geneng 1
12 Ngireng-Ireng 3
13 Cabeyan 2
14 Garon 3
Jumlah 56
Tabel 5.10 Jumlah Pelaku Perjalanan Pada Masa Idul Fitri di Kalurahan
Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul
Sumber: Fanpage Kalurahan Panggungharjo
8 Nelayan 0 0 0 0 0
9 Pemulung 0 0 0 0 0