Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


“Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Aspek Hukum Dalam Bisnis”

KELOMPOK 6
FRISCHA TRILIA NABILA : 3420035
MOURINE ANDIKA PUTRI : 3420057
NUR AZIZAH : 3420106
RIDHA APRILIA HARAHAP : 3420107

AK - 5B

Dosen pembimbing :
Ummul Khair, SH., M.H

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana untuk
bahan mata kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
penegetahuan kita mengenai hukum perlindungan konsumen. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi penulis maupun pembaca pada
umumnya.

Bukittinggi, 29 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan Permasalahan...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Perlindungan Konsumen .......................................................... 3

B. Hukum Perlindungan Konsumen ............................................................... 4

C. Subjek Hukum Perlindungan Konsumen ................................................... 7

D. Upaya Perlindungan Konsumen ............................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16

A. Kesimpulan .......................................................................................... 16

B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu diperhatikan
secara seksama. pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan
kepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan maupun penawaran
secara langsung. Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang
diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eploitasi dari pelaku usaha
yang tidak bertanggungjawab tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja
barang/jasa yang dikonsumsinya. Perkembangan ekonomi yang pesat telah
menghasilkan berbagai jenis barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi.
Barang dan/atau jasa tersebut pada umumnya merupakan barang dan/atau jasa
yang sejenis maupun yang bersifat komplementer satu terhadap yang lainnya.
Bervariasinya produk yang semakin luasnya dan dengan dukungan kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi, jelas terjadi perluasan ruang gerak arus
transaksi barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif, baik yang
berasal dari produksi domestik maupun yang berasal dari luar negeri. Oleh
karena itu, perlunya mempelajari hukum perlindungan konsumen untuk
mengetahui hak-hak dan kewajiban sebagai konsumen agar jika konsumen tidak
mendapatkan haknya bisa meminta perlindungan hukum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulisan makalah ini
memiliki rumusan masalah:
1. Apa itu pengertian perlindungan konsumen?
2. Apa saja hukum perlindungan konsumen?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam subjek hukum perlindungan konsumen?
4. Apa saja upaya- upaya dalam perlindungan konsumen?
C. Tujuan Permasalahan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini
memiliki tujuan:

1. Untuk mengetahui pengertian perlindungan konsumen.


2. Untuk mengetahui hukum perlindungan konsumen.
3. Untuk mengetahui subjek hukum perlindungan konsumen.
4. Untuk mengetahui upaya perlindungan konsumen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas-


asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat
yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan
sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan
dengan barang dan jasa konsumen dalam kehidupan.1
Hal ini juga tercantum didalam Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa “Perlindungan
konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan konsumen”. Oleh karena itu, berbicara mengenai
perlindungan konsumen berarti mempersoalkan mengenai jaminan ataupun
kepastian mengenai terpenuhinya hak-hak konsumen. Sebagaimana yang
diketahui bahwa dengan adanya Globalisasi dan perkembangan-perkembangan
perekonomian modern ini telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi barang
atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, konsumen Indonesia mempunyai harapan yang lebih
baik, karena undang-undang tersebut menjadi landasan bagi konsumen dan
lembaga perlindungan konsumen untuk memberdayakan dan melindungi
kepentingan konsumen serta membuat produsen lebih bertanggung jawab.
Namun disisi lain, dengan berlakunya Undang-Undang Perlindungan
Konsumen tersebut, tidak menutup kemungkinan bagi para pelaku usaha
didalam menjalankan usahanya melakukan suatu pelanggaran-pelanggaran
yang berdampak buruk bagi konsumen, karena masih banyak pihak-pihak yang

1
A Z Nasution, “Tinjauan Sosial, Ekonomi Dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen
Indonesia,” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, 64–65.

3
tidak bertanggung jawab melakukan suatu pelanggaran hukum dengan mencari
kelemahan-kelemahan hukum yang ada.
Perlindungan Konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia
kegiatan perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan
menimbulkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan
konsumen. Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapatkan
perhatian yang cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan
kesejahteraan. Dengan adanya pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan
rakyat yang sejahtera dan makmur.
Secara umum dan mendasar hubungan antara pelaku usaha (perusahaan
penghasil barang atau jasa) dan konsumen (pemakai akhir dari barang atau jasa
untuk dirinya sendiri) merupakan hubungan yang terus menerus
berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya memang saling
menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat tinggi antara
satu dengan yang lainnya. Pelaku usaha sangat membutuhkan dan sangat
bergantung atas dukungan konsumen sebagai pelanggan. Tanpa dukungan
konsumen, tidak mungkin pelaku usaha dapat terjamin kelangsungan
usahanya.2

B. Hukum Perlindungan Konsumen

Sesungguhnya peranan hukum dalam konteks ekonomi adalah


menciptakan ekonomi dan pasar yang kompetitif. Terkait dengan hal ini pula,
bahwa tidak ada pelaku usaha atau produsen tunggal yang mampu mendominasi
pasar, selama konsumen memiliki hak untuk produk mana yang menawarkan
nilai terbaik, baik dalam harga maupun mutu. Serta tidak ada pelaku usaha dan
produsen yang mampu menetapkan harga berlebihan atau menawarkan produk
dengan kualitas yang rendah, selama masih ada produsen lain dan konsumen
akan pindah kepada produk lain tersebut.

2
Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati, “Hukum Perlindungan Konsumen,” Bandung:
Mandar Maju, 2000, Hal 36.

4
Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih, karena
investasi asing telah menjadi bagian pembangun an ekonomi Indonesia, di mana
ekonomi Indonesia juga berkaitan dengan ekonomi dunia. Persaingan
internasional juga dapat membawa implikasi negatif bagi konsumen.3

Perlindungan konsumen tidak saja terhadap barang-barang berkualitas


rendah, akan tetapi juga terhadap barang barang yang membahayakan
kehidupan masyarakat. Menurut Business English Dictionary, perlindungan
konsumen adalah protecting consumer against unfair or illegal traders.
Sementara BlecksLaw Dictionary mendefinisikan a statute that safeguards
consumers in the use goods and services. Perlindungan konsumen adalah:
istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan
kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal
yang merugikan konsumen itu sendiri.

Undang-undang perlindungan konsumen, menyatakan bahwa:


perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Perlindungan
konsumen mempunyai cakupan yang luas, meliputi perlindungan konsumen
terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap ke giatan untuk mendapatkan
barang dan iasa hingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang atau jasa
tersebut.

Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek,


yaitu:4
1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada
konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.
2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil
kepada konsumen.

3
Rajagukguk Erman, “Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Era
Perdagangan Bebas” (Dalam Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati (Penyunting),“Hukum
Perlindungan …, 2002), Hal. 2.
4
S H Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Kencana), Hal 6-7.

5
Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen dalam
perlindungan konsumen adalah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Terbukti bahwa semua norma perlindungan
konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen memiliki sanksi
pidana.

Maka segala upaya yang dimaksudkan dalam perlindungan konsumen


tersebut tidak saja terhadap tindakan preventif akan tetapi juga tindakan represif
dalam semua bidang perlindungan yang diberikan kepada konsumen. Oleh
sebab itu, pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:

1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang me ngandung unsur


keterbukaan akses informasi, serta men jamin kepastian hukum.
2. Melindungi kepentingan pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku
usaha.
3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.
4. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang
menipu dan menyesatkan.
5. Memajukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen dengan bidang-bidang perlindungan lainnya.

Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan, ke manfaatan dan


kepastian hukum. Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith melahirkan
ajaran mengenai keadilan (justice) yang menyatakan the end justice to scure
from the in jury. Menurut G.W. Paton, hak yang diberikan oleh hukum ternyata
tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan ke pentingan tetapi juga unsur
kehendak (the element the of will) teori hukum bertujuan untuk menjelaskan
nilai-nilai hukum dan postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling
dalam. Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, namun dalam
manifestasinya dapat berwujud konkret.5

5
A Ali, “Menguak Takbir Hukum: Suatu Kajian Sosiologis Dan,” Filisofis, Jakarta:
Gunung Agung, 2002, Hal 85.

6
C. Subjek Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum dibuat untuk manusia, dimana kaidah-kaidahnya yang berisi


perintah dan larangan itu ditujukan kepada anggota-anggota masyarakat.
Hukum itu mengatur hubungan antara anggota-anggota masyarakat, antara
subjek hukum. Adapun subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat
memperoleh hak dan kewajiban dari hukum.6 Yang dapat memperoleh hak dan
kewajiban dari hokum adalah manusia (persoon). Jadi, manusia oleh hukum
diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban atau disebut subjek hukum atau
sebagai orang. Pada dasarnya, subjek hukum terdiri atas manusia dan badan
hukum.7

Setiap manusia, tanpa terkecuali, selama hidupnya, sejak dilahirkan


sampai meninggal dunia adalah subjek hukum, atau pendukung hak dan
kewajiban. Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak-hak dan
kewajiban- kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum, misalnya
mengadakan persetujuan-persetujuan, melakukan perkawinan, membuat
testament, dan memberikan hibah. Dalam perlindungan konsumen, dapat
ditemui dua pihak yang berlaku sebagai subjek dari hukum perlindungan
konsumen, terdiri dari pihak pembuat atau penghasil suatu barang dan/atau jasa,
yang disebut dengan produsen, serta pihak yang membutuhkan sesuatu barang
dan/atau jasa yang dihasilkan oleh produsen, yang disebut konsumen. Baik
produsen maupun konsumen berada dalam hubungan yang mutlak bersifat
interdependen, dimana produsen membutuhkan konsumen sebagai pihak yang
menerima atau membutuhkan barang dan/atau jasa yang dihasilkannya, dan
sebaliknya, konsumen membutuhkan produsen untuk memperoleh barang
dan/atau jasa yang dibutuhkannya.
a. Konsumen
Kata konsumen berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yakni
“consumer”, atau dalam bahasa Belanda “consument”, “konsument”.

6
Mertokusumo Sudikno, “Mengenal Hukum Suatu Pengantar,” Yogyakarta: Liberti, 2005,
Hal 73.
7
Chainur Arrasjid, “Dasar-Dasar Ilmu Hukum,” 2008, Hal 120.

7
Konsumen secara harafiah adalah orang yang memerlukan,
membelanjakan, atau menggunakan, pemakai atau pembutuh.8 Pengertian
tentang konsumen secara yuridis telah diletakkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, seperti Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang- Undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
Menurut Pasal 1 Angka 3 Undang- Undang Perlindungan
Konsumen, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”.9
Konsumen atau pemakai/pengguna barang dan/atau jasa terdiri atas
2 (dua) kelompok, yakni:
1. Pemakai atau pengguna barang dan/atau jasa (konsumen) dengan tujuan
memproduksi (membuat) barang dan/atau jasa lain, atau mendapatkan
barang dan/atau jasa itu untuk dijual kembali (tujuan komersial), yang
disebut sebagai konsumen antara, dan
2. Pemakai atau pengguna barang dan/atau jasa (konsumen) untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangganya
(untuk tujuan non komersial), yang disebut sebagai konsumen akhir.
b. Pelaku Usaha
Menurut Pasal 1 Angka 3 Undang- Undang Perlindungan
Konsumen, “Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

8
Nommy Horas Thombang Siahaan, Aa Sudirman, Dan Yuniawan W Nugroho, Hukum
Konsumen: Perlindungan Konsumen Dan Tanggungjawab Produk (Panta Rei, 2005), Hal 22-23.
9
Dewan Perwakilan Rakyat, “Uu No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

8
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi”.10
Selanjutnya pada Bab Penjelasan tentang Pasal 1 Angka 3 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa “Pelaku usaha yang
termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi,
importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.”
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen cukup luas karena meliputi grosir, pengecer, dan
sebagainya. Cakupan luasnya pengertian pelaku usaha dalam Undang-
Undang
Perlindungan Konsumen tersebut memiliki persamaan dengan
pengertian pelaku usaha dalam masyarakat Eropa, terutama negara Belanda,
bahwa yang dapat dikualifikasikan sebagai produsen adalah pembuat
produk jadi (finished product), penghasil bahan baku, pembuat suku cadang;
setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen, dengan cara
mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang
membedakannya dengan produk asli, pada produk tertentu;importir suatu
produk dengan maksud untuk diperjualbelikan, disewakan, disewagunakan
(leasing) atau bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan; pemasok
(supplier), dalam hal identitas dari produsen atau importir tidak dapat
ditentukan.11
Pengertian pelaku usaha yang bermakna luas tersebut akan
memudahkan konsumen untuk menuntut ganti rugi. Konsumen yang
dirugikan akibat penggunaan produk tidak akan begitu kesulitan dalam
menemukan kepada siapa tuntutan dapat diajukan, karena banyak pihak
yang dapat digugat, namun akan lebih baik apabila Undang-Undang
Perlindungan Konsumen tersebut memberikan rincian, sehingga konsumen

10
Dewan Perwakilan Rakyat.
11
Ahmadi Miru, “Hukum Perlindungan Konsumen,” 2004, Hal 8–9.

9
dapat lebih mudah lagi untuk menentukan kepada siapa ia akan mengajukan
tuntutan jika ia dirugikan akibat penggunaan produk.

D. Upaya Perlindungan Konsumen

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada


subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri
dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan
suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Dalam
menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu
tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering disebut dengan sarana
perlindungan hukum. Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam
yang dapat dipahami, yaitu sarana Perlindungan Hukum Preventif dan sarana
perlindungan Hukum Represif.

Perlindungan hukum preventif subyek hukum diberikan kesempatan


untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah
terjadinya sengketa sedangkan Perlindungan hukum preventif artinya bagi
tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan
adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.
Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum
preventif.

Perlindungan hukum yang represif mempunyai tujuan untuk


menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan
Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan
hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah
bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya

10
konsepkonsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban
masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan
hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan
dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat
utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

Di Indonesia dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat


mengajukan perlindungan adalah:
1. Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa
hak konsumen di antaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Hak untuk memilih
barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk
diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian,
apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.
2. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat yaitu mengenai:
a. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.
b. Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau
lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
c. Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa.

11
3. PP No.58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
4. Surat Edaran Dirjen Perdagangan dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001
tentang Penanganan Pengaduan Konsumen yang ditujukan kepada seluruh
dinas Indag Prop/Kab/Kota yaitu membahas tentang memberlakuan wajib
label berbahasa Indonesia bagi produk yang beredar di Indonesia sebagai
langkah meningkatkan perlindungan konsumen. Permendag ini merupakan
perbaikan atas Permendag No. 62/M-DAG/PER/12/2009.
5. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.
795/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan
Konsumen.

Pada Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK), Hak-


hak Konsumen adalah:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;

12
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

Maka sebagai konsumen memiliki berbagai hak dalam tindakan


pembelian barang serta adanya berbagai perlindungan hukum terhadap
konsumen. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen,
Kewajiban Konsumen adalah:
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.

Upaya perlindungan konsumen di Indonesia Berdasarkan Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen Pasal 2. Ada 5
asas perlindungan konsumen yaitu:

1. Asas Manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UUPK harus
memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada kedua pihak, konsumen
dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu pihak yang kedudukannya lebih
tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah pihak harus memperoleh hak-
haknya
2. Asas Keadilan
Penerapan asas ini dapat dilihat di Pasal 4-7 UUPK yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan
melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha dapat memperoleh haknya dan
menunaikan kewajibannya secara seimbang.
3. Asas Keseimbangan
Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen,
pelaku usaha serta pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada
pihak yang lebih dilindungi.

13
4. Asas Keamanan dan Keselamatan
Konsumen Diharapkan penerapan UUPK akan memberikan jaminan
atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian,
dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum
Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Upaya perlindungan hukum bagi konsumen, hak konsumen tersebut hak
atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa. Untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan, atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa, untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan, mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut, mendapat
pembinaan dan pendidikan konsumen. Dan konsumen diperlakukan atau
dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Serta ntuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan tidak sebagaimana mestinya. 12

Adapun tujuan Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 1999, bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalm memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

12
Albert De La Tierra, ‘Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari
Undang Undang Perlindungan Konsumen’, Sociological Forum, 32.3 (2017), 684–86

14
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian Hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kenyamanan, dan keselamtan
konsumen.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas-
asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat
yang melindungi kepentingan konsumen. Hukum konsumen adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barang dan
jasa konsumen dalam kehidupan. Konsumen berhak mendapatkan perlindungan
hukum jika dalam pembelian barang yang diserahkan tidak sesuai dengan apa
yang disepakati dan juga ketika perlindungan yang berlaku memiliki syarat-
syarat yang tidak adil bagi konsumen. Subjek hukum perlindungan konsumen
yaitu: konsumen dan pelaku usaha.

Upaya perlindungan konsumen di Indonesia Berdasarkan Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen Pasal 2 ada 5
asas perlindungan konsumen yaitu: asas manfaat, asas keadilan, asas
keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan, asas kepastian hukum.

B. Saran
Dengan kerendahan hati, menulis merasakan tulisan makalah ini sangat
sederhana dan jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang konstruktif sangat
diperlukan demi kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula perlu
penyempurnaan pada penulisan makalah ini menjadi lebih lengkap dan lebih
bermanfaat bagi pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A, “Menguak Takbir Hukum: Suatu Kajian Sosiologis Dan,” Filisofis, Jakarta:
Gunung Agung, 2002, 85
Arrasjid, Chainur, “Dasar-Dasar Ilmu Hukum,” 2008, 120
Erman, Rajagukguk, “Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Era
Perdagangan Bebas” (Dalam Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati
(Penyunting),“Hukum Perlindungan …, 2002), Hal. 2
De La Tierra, Albert, “Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari
Undang Undang Perlindungan Konsumen,” Sociological Forum, 32.3 (2017),
684–86
Miru, Ahmadi, “Hukum Perlindungan Konsumen,” 2004, 8–9
Nasution, A Z, “Tinjauan Sosial, Ekonomi Dan Hukum Pada Perlindungan
Konsumen Indonesia,” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, 64–65
Rakyat, Dewan Perwakilan, “Uu No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen,” Journal Of Chemical Information And Modeling, 53 (2013)
Rosmawati, S H, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Kencana)
Siahaan, Nommy Horas Thombang, Aa Sudirman, Dan Yuniawan W Nugroho,
Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen Dan Tanggungjawab Produk
(Panta Rei, 2005)
Sudikno, Mertokusumo, “Mengenal Hukum Suatu Pengantar,” Yogyakarta:
Liberti, 2005, 73
Syawali, Husni, Dan Neni Sri Imaniyati, “Hukum Perlindungan Konsumen,”
Bandung: Mandar Maju, 2000, 36

Anda mungkin juga menyukai