KELOMPOK 6
FRISCHA TRILIA NABILA : 3420035
MOURINE ANDIKA PUTRI : 3420057
NUR AZIZAH : 3420106
RIDHA APRILIA HARAHAP : 3420107
AK - 5B
Dosen pembimbing :
Ummul Khair, SH., M.H
AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana untuk
bahan mata kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
penegetahuan kita mengenai hukum perlindungan konsumen. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi penulis maupun pembaca pada
umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
C. Tujuan Permasalahan...................................................................................... 2
A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu diperhatikan
secara seksama. pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan
kepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan maupun penawaran
secara langsung. Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang
diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eploitasi dari pelaku usaha
yang tidak bertanggungjawab tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja
barang/jasa yang dikonsumsinya. Perkembangan ekonomi yang pesat telah
menghasilkan berbagai jenis barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi.
Barang dan/atau jasa tersebut pada umumnya merupakan barang dan/atau jasa
yang sejenis maupun yang bersifat komplementer satu terhadap yang lainnya.
Bervariasinya produk yang semakin luasnya dan dengan dukungan kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi, jelas terjadi perluasan ruang gerak arus
transaksi barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif, baik yang
berasal dari produksi domestik maupun yang berasal dari luar negeri. Oleh
karena itu, perlunya mempelajari hukum perlindungan konsumen untuk
mengetahui hak-hak dan kewajiban sebagai konsumen agar jika konsumen tidak
mendapatkan haknya bisa meminta perlindungan hukum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulisan makalah ini
memiliki rumusan masalah:
1. Apa itu pengertian perlindungan konsumen?
2. Apa saja hukum perlindungan konsumen?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam subjek hukum perlindungan konsumen?
4. Apa saja upaya- upaya dalam perlindungan konsumen?
C. Tujuan Permasalahan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini
memiliki tujuan:
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
A Z Nasution, “Tinjauan Sosial, Ekonomi Dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen
Indonesia,” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, 64–65.
3
tidak bertanggung jawab melakukan suatu pelanggaran hukum dengan mencari
kelemahan-kelemahan hukum yang ada.
Perlindungan Konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia
kegiatan perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan
menimbulkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan
konsumen. Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapatkan
perhatian yang cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan
kesejahteraan. Dengan adanya pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan
rakyat yang sejahtera dan makmur.
Secara umum dan mendasar hubungan antara pelaku usaha (perusahaan
penghasil barang atau jasa) dan konsumen (pemakai akhir dari barang atau jasa
untuk dirinya sendiri) merupakan hubungan yang terus menerus
berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya memang saling
menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat tinggi antara
satu dengan yang lainnya. Pelaku usaha sangat membutuhkan dan sangat
bergantung atas dukungan konsumen sebagai pelanggan. Tanpa dukungan
konsumen, tidak mungkin pelaku usaha dapat terjamin kelangsungan
usahanya.2
2
Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati, “Hukum Perlindungan Konsumen,” Bandung:
Mandar Maju, 2000, Hal 36.
4
Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih, karena
investasi asing telah menjadi bagian pembangun an ekonomi Indonesia, di mana
ekonomi Indonesia juga berkaitan dengan ekonomi dunia. Persaingan
internasional juga dapat membawa implikasi negatif bagi konsumen.3
3
Rajagukguk Erman, “Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Era
Perdagangan Bebas” (Dalam Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati (Penyunting),“Hukum
Perlindungan …, 2002), Hal. 2.
4
S H Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Kencana), Hal 6-7.
5
Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen dalam
perlindungan konsumen adalah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Terbukti bahwa semua norma perlindungan
konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen memiliki sanksi
pidana.
5
A Ali, “Menguak Takbir Hukum: Suatu Kajian Sosiologis Dan,” Filisofis, Jakarta:
Gunung Agung, 2002, Hal 85.
6
C. Subjek Hukum Perlindungan Konsumen
6
Mertokusumo Sudikno, “Mengenal Hukum Suatu Pengantar,” Yogyakarta: Liberti, 2005,
Hal 73.
7
Chainur Arrasjid, “Dasar-Dasar Ilmu Hukum,” 2008, Hal 120.
7
Konsumen secara harafiah adalah orang yang memerlukan,
membelanjakan, atau menggunakan, pemakai atau pembutuh.8 Pengertian
tentang konsumen secara yuridis telah diletakkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, seperti Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang- Undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
Menurut Pasal 1 Angka 3 Undang- Undang Perlindungan
Konsumen, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”.9
Konsumen atau pemakai/pengguna barang dan/atau jasa terdiri atas
2 (dua) kelompok, yakni:
1. Pemakai atau pengguna barang dan/atau jasa (konsumen) dengan tujuan
memproduksi (membuat) barang dan/atau jasa lain, atau mendapatkan
barang dan/atau jasa itu untuk dijual kembali (tujuan komersial), yang
disebut sebagai konsumen antara, dan
2. Pemakai atau pengguna barang dan/atau jasa (konsumen) untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangganya
(untuk tujuan non komersial), yang disebut sebagai konsumen akhir.
b. Pelaku Usaha
Menurut Pasal 1 Angka 3 Undang- Undang Perlindungan
Konsumen, “Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
8
Nommy Horas Thombang Siahaan, Aa Sudirman, Dan Yuniawan W Nugroho, Hukum
Konsumen: Perlindungan Konsumen Dan Tanggungjawab Produk (Panta Rei, 2005), Hal 22-23.
9
Dewan Perwakilan Rakyat, “Uu No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
8
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi”.10
Selanjutnya pada Bab Penjelasan tentang Pasal 1 Angka 3 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa “Pelaku usaha yang
termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi,
importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.”
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen cukup luas karena meliputi grosir, pengecer, dan
sebagainya. Cakupan luasnya pengertian pelaku usaha dalam Undang-
Undang
Perlindungan Konsumen tersebut memiliki persamaan dengan
pengertian pelaku usaha dalam masyarakat Eropa, terutama negara Belanda,
bahwa yang dapat dikualifikasikan sebagai produsen adalah pembuat
produk jadi (finished product), penghasil bahan baku, pembuat suku cadang;
setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen, dengan cara
mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang
membedakannya dengan produk asli, pada produk tertentu;importir suatu
produk dengan maksud untuk diperjualbelikan, disewakan, disewagunakan
(leasing) atau bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan; pemasok
(supplier), dalam hal identitas dari produsen atau importir tidak dapat
ditentukan.11
Pengertian pelaku usaha yang bermakna luas tersebut akan
memudahkan konsumen untuk menuntut ganti rugi. Konsumen yang
dirugikan akibat penggunaan produk tidak akan begitu kesulitan dalam
menemukan kepada siapa tuntutan dapat diajukan, karena banyak pihak
yang dapat digugat, namun akan lebih baik apabila Undang-Undang
Perlindungan Konsumen tersebut memberikan rincian, sehingga konsumen
10
Dewan Perwakilan Rakyat.
11
Ahmadi Miru, “Hukum Perlindungan Konsumen,” 2004, Hal 8–9.
9
dapat lebih mudah lagi untuk menentukan kepada siapa ia akan mengajukan
tuntutan jika ia dirugikan akibat penggunaan produk.
10
konsepkonsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban
masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan
hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan
dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat
utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.
11
3. PP No.58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
4. Surat Edaran Dirjen Perdagangan dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001
tentang Penanganan Pengaduan Konsumen yang ditujukan kepada seluruh
dinas Indag Prop/Kab/Kota yaitu membahas tentang memberlakuan wajib
label berbahasa Indonesia bagi produk yang beredar di Indonesia sebagai
langkah meningkatkan perlindungan konsumen. Permendag ini merupakan
perbaikan atas Permendag No. 62/M-DAG/PER/12/2009.
5. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.
795/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan
Konsumen.
12
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
1. Asas Manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UUPK harus
memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada kedua pihak, konsumen
dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu pihak yang kedudukannya lebih
tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah pihak harus memperoleh hak-
haknya
2. Asas Keadilan
Penerapan asas ini dapat dilihat di Pasal 4-7 UUPK yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan
melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha dapat memperoleh haknya dan
menunaikan kewajibannya secara seimbang.
3. Asas Keseimbangan
Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen,
pelaku usaha serta pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada
pihak yang lebih dilindungi.
13
4. Asas Keamanan dan Keselamatan
Konsumen Diharapkan penerapan UUPK akan memberikan jaminan
atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian,
dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum
Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Upaya perlindungan hukum bagi konsumen, hak konsumen tersebut hak
atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa. Untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan, atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa, untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan, mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut, mendapat
pembinaan dan pendidikan konsumen. Dan konsumen diperlakukan atau
dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Serta ntuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan tidak sebagaimana mestinya. 12
12
Albert De La Tierra, ‘Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari
Undang Undang Perlindungan Konsumen’, Sociological Forum, 32.3 (2017), 684–86
14
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian Hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kenyamanan, dan keselamtan
konsumen.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas-
asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat
yang melindungi kepentingan konsumen. Hukum konsumen adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barang dan
jasa konsumen dalam kehidupan. Konsumen berhak mendapatkan perlindungan
hukum jika dalam pembelian barang yang diserahkan tidak sesuai dengan apa
yang disepakati dan juga ketika perlindungan yang berlaku memiliki syarat-
syarat yang tidak adil bagi konsumen. Subjek hukum perlindungan konsumen
yaitu: konsumen dan pelaku usaha.
B. Saran
Dengan kerendahan hati, menulis merasakan tulisan makalah ini sangat
sederhana dan jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang konstruktif sangat
diperlukan demi kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula perlu
penyempurnaan pada penulisan makalah ini menjadi lebih lengkap dan lebih
bermanfaat bagi pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A, “Menguak Takbir Hukum: Suatu Kajian Sosiologis Dan,” Filisofis, Jakarta:
Gunung Agung, 2002, 85
Arrasjid, Chainur, “Dasar-Dasar Ilmu Hukum,” 2008, 120
Erman, Rajagukguk, “Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Era
Perdagangan Bebas” (Dalam Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati
(Penyunting),“Hukum Perlindungan …, 2002), Hal. 2
De La Tierra, Albert, “Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari
Undang Undang Perlindungan Konsumen,” Sociological Forum, 32.3 (2017),
684–86
Miru, Ahmadi, “Hukum Perlindungan Konsumen,” 2004, 8–9
Nasution, A Z, “Tinjauan Sosial, Ekonomi Dan Hukum Pada Perlindungan
Konsumen Indonesia,” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, 64–65
Rakyat, Dewan Perwakilan, “Uu No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen,” Journal Of Chemical Information And Modeling, 53 (2013)
Rosmawati, S H, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Kencana)
Siahaan, Nommy Horas Thombang, Aa Sudirman, Dan Yuniawan W Nugroho,
Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen Dan Tanggungjawab Produk
(Panta Rei, 2005)
Sudikno, Mertokusumo, “Mengenal Hukum Suatu Pengantar,” Yogyakarta:
Liberti, 2005, 73
Syawali, Husni, Dan Neni Sri Imaniyati, “Hukum Perlindungan Konsumen,”
Bandung: Mandar Maju, 2000, 36