Disusun OlehKelompok 4:
1. Ahmad Sahal (2102036149)
4. ZakiZulFadhli (2102036152)
5. Wilda Ni’aami (2102036153)
9. M. Jalaluddin (2102036158)
10. Muhammad Izzul Maula (2202036136)
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bias selesai pada
waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bias disusun denganbaik dan rapi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Hukum Perlindungan Konsumen. Kami berharap
semoga makalah ini bias menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baiklagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB II ................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5
Lembaga dan Instansi BPSK ............................................................................................. 5
Peran BPSK dalam Perlindungan Konsumen ................................................................... 6
BAB III................................................................................................................................ 8
PENUTUP/KESIMPULAN ................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Melihat di lapangan usaha semakin banyak nya pelaku usaha barang dan jasa menawarkan
produknya di tengah-tengah masyarakat sebagai konsumen tentu hal tersebut tidak dapat lepas
dari terjadinya sengketa antara pelaku usaha dan konsumen di berbagai daerah di Indonesia yang
tidak lain dominasi sengketa berasal dari ketidaksesuaian antara barang yang dikonsumsi dengan
harapan para konsumen. Dalam hal ini produk yang tidak sesuai dengan harapan konsumen akan
membuat permasalahan dan merugikan konsumen, akan tetapi dalam melihat permasalahan yang
muncul antara konsumen dengan pelaku usaha harus dilihat dulu apakah memang barang atau jasa
yang dikeluarkan oleh pelaku usaha berkualitas buruk yang tidak sesuai dengan iklan pemasaran
barang atau jasa tersebut atau konsumenlah yang tidak mempunyai iktiad baik dalam membeli
barang atau jasa yang dikeluarkan pelaku usaha.
Munculnya permasalahan ini, pemerintah membuat suatu upaya demi melindungi
konsumen dan pelaku usaha dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, dalam lapangan dengan adanya undang-undang ini perlu badan yang
mendukung undang-undang ini, sehingga terbentuk suatu badan yaitu Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK). Badan ini berkedudukan di daerah kabupaten atau kota, Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dibentuk untuk memecahkan masalah sengketa
konsumen yang terjadi. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen mempunyai tugas dan
wewenang seperti pada Pasal 52 huruf (a) “melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa
konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi.”. Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) mempunyai peranan yaitu memberikan cara dan solusi terbaik dalam
penyelesaian sengketa konsumen.
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) menyelesaikan sengketa konsumen
antara pelaku usaha dan konsumen seperti yang terdapat pada Pasal 49 ayat (1) Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen “Pemerintah membentuk Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen di Daerah tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen
diluar pengadilan.”
B. RumusanMasalah
1. Apa Saja Lembaga dan Instansi dalam BPSK?
4
BAB II
PENDAHULUAN
Institusi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dibentuk di setiap Daerah Kota dan/atau
Daerah Kabupaten berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan
Konsumen (UUPK) untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. UUPK masih
menyebutkan Daerah Tingkat II (Dati II). Penyebutan ini sudah tidak digunakan lagi setelah
diberlakukanya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999.
Menurut Pasal 49 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK),
adapun keanggotaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu:
1. Unsur pemerintah (3 orang - 5 orang) berasal dari wakil instansi yang ruang lingkup
tugasnya meliputi bidang industri, perdagangan, kesehatan, pertambangan, pertanian,
kehutanan, perhubungan dan keuangan;
2. Unsur konsumen (3 orang - 5 orang)berasal dari wakil dari LPKSM yang terdaftar dan
diakui oleh Walikota atau Bupati atauKepala Dinas setempat;
3. Unsur pelaku usaha (3 orang - 5 orang) berasal dari wakil asosiasi dan/atau organisasi
pengusaha yang berada di Daerah Kota atau di Daerah Kabupaten setempat;
Masa keanggotaan BPSK berlakuselama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu
kali masa berikutnya, selama masih memenuhi persyaratan pengangkatan.
2. Berbadan sehat
3. Berkelakuan baik
6. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) tahun (Yusuf Sofie. Op. cit. hal. 29)
Pasal 12 SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
301/MPP/KEP/10/2001 Tentang Pengangkatan, Pemberhentian, Anggota dan Sekretariat Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen menyebutkan anggota Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen juga dapat diberhentikan apabila:
1. Melakukan perbuatan yang menyimpang dari tugas dan wewenang BPSK.
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen disingkat sebagai BPSK adalah salah satu
lembaga peradilan konsumen berkedudukan pada tiap Daerah Tingkat II kabupaten dan kota di
seluruh Indonesia sebagaimana diatur menurut Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen bertugas utama menyelesaikan persengketaan konsumen di luar lembaga
pengadilan umum, BPSK beranggotakan unsure perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan
pelaku usaha atau produsen yang diangkat atau diberhentikan oleh Menteri, dalam menangani dan
mengatur permasalahan konsumen, BPSK memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan
atas kebenaran laporan dan keterangandari para pihak yang bersengketa, melihat atau meminta
tanda bayar, tagihan atau kuitansi, hasil test lab atau bukti-bukti lain, keputusan Badan
6
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) bersifat mengikat dan penyelesaian akhir bagi para
pihak (UU. No 8/1999).
Terkait peranan sebagai lembaga yang memiliki fungsi untuk melindungi konsumen dalam
Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam ketentuan Pasal 52 tugas dan wewenang BPSK
adalah:
1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam
undang-undang ini;
5. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang
terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini;
9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku dimaksud pada huruf g dan
huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa
konsumen;
10. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan/atau pemerikasaan;
11. Memutuskan dan menetapkanadaatautidakadanyakerugian di pihak konsumen;
12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
13. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
14. Menjatuhkan sanksi administrative kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini.(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen).2
2Arianto
Hulu, A.A. LaksmiSagungDewi, Ni Made Sukaryati Karma. Peran Badan PenyelesaianSengketaKonsumen (BPSK)
DalamPenyelesaianSengketaKonsumen (StudiKasus: Putusan BPSK Badung No.
01/AP/BPSK/IV/2016).JurnalPreferensiHukum, 1 (2). 2020. Hlm30-31.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
MenurutPasal 49 ayat (3) dan (4) Undang-UndangPerlindunganKonsumen (UUPK),
adapunkeanggotaan Badan PenyelesaianSengketaKonsumenterdiridari 3 (tiga) unsur, yaitu:
1. Unsur pemerintah (3 orang - 5 orang) berasal dari wakil instansi yang ruang lingkup tugas
nya meliputi bidang industri, perdagangan, kesehatan, pertambangan, pertanian,
kehutanan, perhubungan dan keuangan;
2. Unsur konsumen (3 orang - 5 orang) berasal dari wakil dari LPKSM yang terdaftar dan
diakui oleh Walikota atau Bupati atau Kepala Dinas setempat;
3. Unsur pelaku usaha (3 orang - 5 orang) berasal dari wakil asosiasi dan/atau organisasi
pengusaha yang berada di Daerah Kota atau di Daerah Kabupatensetempat;
Terkait peranan sebagai lembaga yang memiliki fungsi untuk melindungi konsumen
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam ketentuan Pasal 52 tugas dan wewenang
BPSK adalah:
1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan
dalam undang-undang ini;
5. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini;
9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku dimaksud pada
huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan
penyelesaian sengketa konsumen;
10. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain
guna penyelidikan dan/atau pemerikasaan;
11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen;
12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
13. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
8
14. Menjatuhkan sanksi administrative kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini. (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen).
9
DAFTAR PUSTAKA
Hulu, A., Ni, ALSD, & Karma, MS (2020). Peran Badan PenyelesaianSengketaKonsumen
(BPSK) DalamPenyelesaianSengketaKonsumen (StudiKasus: Putusan BPSK Badung
No. 01/AP/BPSK/IV/2016). JurnalPreferensiHukum, 1 (2), 28-32.
10