Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONSILIASI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Kemahiran Non-Litigasi
Dosen Pengampu : Muhammad Zainal Mawahib, M.H.

Oleh:
M Ahnaf Alfitra Yuswinar (2102036156)
Rimamatus Sa’adah (2102046073)
Dian Nuril Aulia (2102046078)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan limpahan rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dalam
rangka menunaikan kewajiban kami pada mata kuliah Kemahiran Non-Litigasi.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan
mendukung tersusunnya makalah ini, terutama kepada seluruh teman-teman mahasiswa dan
juga Muhammad Zainal Mawahib, M.H. selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini yang
senantiasa membimbing kami.
Makalah ini tersusun jauh dari kata sempurna, maka penyusun sangat menanti kritik
dan saran membangun dari seluruh pihak yang membaca makalah ini, demi perbaikan dalam
penulisan makalah ini.
Harapan kami, makalah ini dapat menjadi perantara pemahaman pembaca mengenai
pembahasan Konsiliasi dalam mata kuliah Kemahiran Non-Litigasi yang bermanfaat dan
penuh berkah. Aamiin.

Semarang, 14 November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan penyelesaiaan.UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan suatu
rumusan yang eksplisit atas pengertian dari konsiliasi. Rumusan tentang konsiliasi
dapat ditemukan dalam pasal 1 angka 10 dan alinea 9 Penjelasan Umum, konsiliasi
merupakan salah satu lembaga alternatif dalam penyelesaian sengketa.
Tujuan adanya konsiliasi adalah untuk menyelesaikan masalah dengan
musyawarah dan mufakat. Metode ini juga bertujuan untuk mencegah agar konflik bisa
terselesaikan dengan cepat tanpa perlu menempuh upaya hukum lebih lanjut. konsiliasi
menjadi sebuah pendekatan yang efektif dalam penyelesaian konflik di berbagai
konteks dan menjadi alternatif yang menarik untuk mencapai kesepakatan yang
bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya memahami
makna Konsiliasi. Pada kesempatan kali ini, kami dan teman-teman mahasiswa sangat
beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk mempelajari lebih dalam tentang
Konsiliasi dalam mata Kuliah Kemahiran Non-Litigasi. Kemudian dalam makalah ini,
penyusun memulainya dengan pembahasan mengenai definisi, teknik dan proses, dan
peran dari konsiliator.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsiliasi dan penggunaan istilah konsiliasi?
2. Bagaimana teknik dan proses dari konsiliasi?
3. Apa saja peran strategis dari konsiliator?
C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi dari konsiliasi dan penggunaan istilah konsiliasi.
2. Untuk mengetahui teknik dan proses dari konsiliasi.
3. Untuk mengetahui beberapa peran strategis dari konsiliator.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsiliasi Dan Penggunaan Istilah Konsiliasi


Bangsa yang pertama-tama mengenal konsiliasi adalah Jepang. Konsiliasi di
Jepang disebut “Chotei”.Penyelesaian sengketa ini telah dikenal pada zaman Tokugawa
sampai dengan masa Jepang modern. Proses konsiliasi masuk dalam peraturan
perundang-undangan Jepang pada tahun 1920. Dalam sejarah Jepang, konsiliasi
digunakan untuk menyelesaikan sengketa secara informal. Sengketa perdata tidak
jarang dibawa oleh para pihak kepada polisi untuk diselesaikan pada tahun 1950an dan
kemudian oleh polisi Sebagian dari kasus tersebut dapat diakhiri melalui konsiliasi.
Begitu juga dalam perkara perceraian, tidak jarang diselesaikan melalui konsiliasi. Pada
tahun 1961 terdapat 42.485 kasus perdata yang terjadi di seluruh jepang sebagian
besarnya dapat diselesaikan melalui konsiliasi. 1
Konsiliasi atau dalam Bahasa inggris conciliation berarti perdamaian dalam
Bahasa Indonesia. Kemudian jika disimak pengertian yang diberikan Black’s Law
Dictionary dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya konsiliasi tidak berbeda jauh dengan
perdamaian, sebagaimana diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864 Bab
kedelapan belas Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan secara khusus
Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864. 2
Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang nomor 30 Tahun 1999 disebutkan
Konsiliasi sebagai suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan
adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai permufakatan atau perdamaian di
luar pengadilan. Konsiliasi berfungsi untuk mencegah dilaksanakan proses litigasi, juga
dapat digunakan dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana
telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 3
Pengertian konsiliasi menurut para ahli

1
Dan Fenno Henderson, 1965, Conciliation and Japanese Law, volume 2, University of Washington, Washington.
Hal. 191-208. Sebagaimana dikutip Erman Rajagukguk, Penyelesaian Sengketa Alternatif, fakultas Hukum
Universitas Indonesia, hal. 10-11.
2
Gunawan Widjaja, 2003, Hukum Arbitrase, cetakan ke 3, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 38.
3
M. Yahya Harahap, 1996, Alternative Dispute Resolution (ADR) Merupkan Jawabann Penyelesaian Sengketa
Perdagangan Internasional masa Depan, Makalah, Seminar nasional hukum bisnis, FH. UKSW, Semarang.
1. Peter Behrens (1992), Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang
lebih formal daripada mediasi. Putusan yang kemudian dilakukan melalui
mediasi, tidak mengikat.
2. Huala Adolf (2005), pengertian konsiliasi ini merupakan suatu metode di
dalam penyelesaian suatu sengketa yakni dengan menyerahkannya kepada
sebuah konsiliator untuk kemudian menjelaskan serta juga menguraikan
segala jenis fakta serta juga setelah itu akan membuat suatu usulan suatu
keputusan penyelesaian, tetapi usulan keputusan tersebut memiliki sifat
tidak mengikat.
3. The institute of International Law, konsiliasi ialah suatu cara dalam
penyelesaian pertikaian yang sifatnya itu international yakni dengan
menggunakan komite ataupun juga bantuan dari negara lain yang kemudian
tidak memihak. 4
Dengan demikian, konsiliasi merupakan proses penyelesaian sengketa alternatif
yang melibatkan seorang pihak ketiga, di mana pihak ketiga yang di ikutsertakan untuk
menyelesaikan sengketa adalah seorang yang secara profesional dan sudah dapat
dibuktikan keandalannya.
B. Teknik Dan Proses Konsiliasi
a. Cara konsiliasi. (Kurniawan, 2012:161)

1. Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan


dengan perantara BPSK Jakarta untuk mempertemukan para pihak yang
bersengketa dan penyelesaiannya kepada para pihak.
2. Persidangan secara konsiliasi dilakukan secara sendiri oleh pihak yang
bersengketa didampingi oleh majelis yang bertindak pasif sebagai konsiliator.
Berikut merupakan tabel yang berisi daftar sengketa konsumen yang di daftarkan
di BPSK Jakarta dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 yaitu:

Tabel 1. Jumlah sengketa konsumen di BPSK Provinsi DKI Jakarta

NO JENIS SENGKETA 2017 2018 2019 2020


1. Property 59 84 83 43

4
Artikel,2020, Konsiliasi : Pengertian Menurut Para Ahli, Ciri, Tujuan, Manfaat, Keuntungan Dan
Perbedaannya Dengan Mediasi, https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/11/konsiliasi.html
2. Finance/leasing 28 36 22 30
3. Pembelian produk 0 9 7 4
4. Showroom 0 0 7 5
5. Asuransi 3 8 7 13
6. Telekomunikasi 1 0 6 11
7. E-commerce 0 4 6 2
8. Perbankan 15 16 5 14
9. Hotel 2 2 1 0
10. Jasa transportasi 7 1 1 2
11. Jasa Pengiriman 1 5 1 2
12. Pendidikan 2 1 1 2
13. Jasa car wash 0 0 1 0
14. Paket wisata 0 0 1 0
15. Jasa wedding organizer 0 0 1 3
16. Elektronik 2 0 0 0
17. Perparkiran 0 3 0 2
18. Layanan Kesehatan 2 1 0 0
19. Jasa Bengkel 0 0 0 1
20. PLN 3 1 0 2
21. PDAM 4 0 0 1
22. Entertainment 0 0 0 1
23. Jasa laundry 0 0 0 1
24. Jasa retail 0 0 0 1
JUMLAH 129 171 150 140
Sumber : BPSK Jakarta

Sengketa yang didaftarkan di BPSK Jakarta oleh konsumen yang memiliki


sengketa dengan pelaku usaha cenderung tidak konsisten jumlahnya dari tahun 2017
sampai dengan tahun 2020. Sengketa konsumen yang didaftarkan setiap tahun nya
mengalami peningkatan dan penurunan. Bisa dilihat pada tahun 2017 ke tahun 2018,
pendaftaran sengketa konsumen di BPSK Jakarta mengalami kenaikan. Tahun 2018
ke tahun 2019, sengketa konsumen yang didaftarkan mengalami penurunan.
Sedangkan, pada tahun 2019 ke tahun 2020 konsumen yang mendaftarkan sengketa
nya cenderung menurun jumlahnya. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah
sengketa konsumen yang didaftarkan berubah-ubah jumlahnya setiap tahunnya.
Namun, kasus yang mendominasi dari tahun ke tahun terlihat sama yaitu mengenai
kasus property sehingga konsumen secara Bersama-sama mengadukan sengketa
mereka ke BPSK Jakarta (Wulandari & Tadjuddin, 2018:6).
Menurut penjelasan diatas, pada tahun 2017 terdapat 129 sengketa konsumen
yang diadukan oleh konsumen yang dirugikan oleh pelaku usaha, tahun 2018 terdapat
171 sengketa yang diadukan, tahun 2019 sebanyak 150 sengketa dan tahun 2020
terdapat 140 sengketa yang pada masing-masing tahun sengketa yang diadukan ke
BPSK Jakarta telah diproses dengan semestinya menggunakan proses berbeda-beda
yang terdapat di BPSK Jakarta.
Konsiliasi adalah upaya untuk menyelesaikan sengketa konsumen dengan cara
mempertemukan kedua belah pihak dan dalam proses penyelesaiannya akan
dihadirkan pihak ketiga yang netral sebagai konsiliator namun sifatnya pasif yang
berarti hanya bertugas menjawab pertanyaan konsumen atau pelaku usaha yang
bersengketa seputar perundang-undangan atau yang lainnya. Sesuai dengan apa yang
diuraikan di Pasal 29 Kepmerindag Nomor 350/MPP/KEP/12/2001 mengenai tata cara
penyelesaian sengketa konsumen melalui proses konsiliasi yaitu: (Kurniawan,
2012:162)
1. Majelis menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaian sengketa konsumen
kepada para pihak dalam artian konsumen dan pelaku usaha untuk menyelesaikan
sengketanya.
2. Majelis sebagai pihak ketiga yang netral hanya bersifat pasif pada saat menjadi
konsiliator.
3. Setelah selesainya proses konsiliasi tersebut maka majelis menerima hasil dari
konsiliasi dan membuat suatu keputusan yang berupa penetapan.

C. Hambatan BPSK Jakarta Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen

Seperti Lembaga yang lainnya, dalam menjalankan tugasnya tentu saja BPSK
Jakarta mempunyai hambatan. Menurut Oni Sumarsono selaku Ketua BPSK Jakarta,
ada beberapa hambatan yang dialami oleh BPSK Jakarta yaitu: “Kendala yang dialami
selama proses penyelesaian sengketa juga bermacam- macam. Seperti, sengketa yang
diadukan bukan merupakan wewenang dari BPSK Jakarta, lalu kurangnya Kerjasama
pelaku usaha dengan BPSK, jika konsumen yang mengadukan sengketa nya ke BPSK
Jakarta tapi konsumen dan pelaku usaha tersebut berada di luar wilayah Jakarta,
pemanggilan pada saat penyelesaian sengketa akan tergolong memakan waktu dan
ketidakhadiran dari salah satu pihak menjadi kan proses penyelesaian sengketa tidak
memperoleh kesepakatan.” (Wawancara dengan Oni Sumarsono, Ketua BPSK, 2021)
Mengacu pada hasil wawancara yang penulis yang telah jelaskan dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa, yang menjadi faktor-faktor penghambat BPSK Jakarta
dalam proses penyelesaian sengketa konsumen adalah :
1. Sengketa yang Diadukan Bukan Wewenang BPSK Jakarta

Di dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan


(Kepmerindag) Republik Indonesia Nomor : 350/MPP/KEP/12/2001 Tentang
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen,
wewenang dari BPSK antara lain yaitu memberikan konsultasi, perlindungan
kepada konsumen dan menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan pelaku
usaha. Namun, di beberapa sengketa yang diadukan oleh konsumen terkadang
bukan wewenang dari BPSK Jakarta. Hal itu menjadi penghambat kinerja dari
BPSK Jakarta.
2. Memakan Waktu yang Relatif Lama

Seperti yang kita ketahui, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)


adalah badan yang dibentuk pada tingkat II. Tentu saja di kota lain selain Jakarta
sudah dibentuk badan penyelesaian sengketa tersebut. Namun, ketidaktahuan
masyarakat akan hadirnya BPSK sebagai Lembaga penyelesaian sengketa di luar
pengadilan di kota-kota lain cenderung masyarakat mengadukan sengketa nya ke
BPSK Jakarta. Dalam mengadukan sengketa nya, masyarakat akan diminta
identitas diri dan akan melakukan pemanggilan pada saat akan dilakukan
penyelesaian sengketa nya. Dengan jarak kota konsumen dan keberadaan BPSK
Jakarta yang tidak sama, mengakibatkan hal tersebut akan memakan waktu yang
lama.
3. Ketidakhadiran Salah Satu Pihak

Di dalam proses penyelesaian sengketa antara konsumen dengan pelaku


usaha, kehadiran para pihak tentu menentukan akhir dari sengketa. Namun, pada
kenyataannya banyak sengketa yang salah satu pihak nya tidak memenuhi
panggilan dari BPSK Jakarta. Hal itu tentu mempengaruhi proses penyelesaian
sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha yang mengakibatkan tidak
diperolehnya sebuah keputusan.
4. Konsumen Bukan Merupakan Konsumen Akhir

Salah satu syarat untuk bisa mengadukan sengketa nya ke BPSK Jakarta
adalah konsumen tersebut merupakan konsumen akhir atau ahli waris yang
dirugikan oleh konsumen. Lalu kemudian dilakukan gelar perkara apakah
pengaduan yang dilakukan oleh konsumen tersebut layak untuk disidangkan atau
tidak. Namun, kadang konsumen yang mengadukan sengketa nya bukan
merupakan konsumen akhir sehingga sengketa nya tidak dapat dilanjutkan.
5. Keterbatasan fasilitas

Semakin meningkatnya peran dan aktivitas BPSK Jakarta juga memerlukan


dukungan fasilitas yang memadai dari pemerintah Jakarta. Fasilitas di BPSK
Jakarta dinilai kurang memadai dikarenakan ruangan yang kurang. Misalnya,
pengaduan dilakukan di ruang sekretariat. Seharusnya ruang pengaduan harus
dipisah karena dalam mengadukan sengketa nya konsumen memerlukan
kenyamanan.

D. Peran Strategis Konsiliator


Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, terdapat pihak ketiga yang terlibat dalam
konsiliasi yaitu konsiliator. Adapun peran pihak ketiga ini berbeda dengan pihak ketiga
dalam mediasi, karena konsiliator bersifat lebih aktif dibandingkan dengan mediator.

Peran konsiliator tidak hanya sebagai fasilitator, seperti mediator, namun juga bertugas
untuk menyampaikan pendapat tentang duduk persoalan, memberikan saran-saran yang
meliputi keuntungan dan kerugian dan mengupayakan tercapainya suatu kesepakatan
kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa. Konsiliator
dalam proses konsiliasi harus memiliki peran yang cukup berarti. Konsiliator
berkewajiban untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya mengenai duduk
persoalannya. Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan
kewenangan untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada
yang bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat putusan dalam
sengketa untuk dan atas nama para pihak, sehingga keputusan akhir merupakan proses
konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang dituangkan
dalam bentuk kesepakatan antara para pihak.5
Peran strategis dari konsiliator adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
negosiasi dan penyelesaian konflik yang harmonis dan bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat. Beberapa peran strategis dari konsiliator adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mengelola konflik: Konsiliator harus mampu
mengidentifikasi konflik yang terjadi dan memahami akar penyebabnya.
Dengan pemahaman yang baik tentang konflik, konsiliator dapat mengelola
proses negosiasi dengan lebih efektif.
2. Membangun hubungan: Konsiliator adalah mediator yang netral dan tidak
memihak. Oleh karena itu, salah satu peran strategisnya adalah untuk
membangun hubungan baik dengan semua pihak yang terlibat dalam konflik.
Hal ini akan membantu konsiliator dalam membantu pihak-pihak yang
berselisih mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
3. Menyediakan tempat yang aman untuk berkomunikasi: Konsiliator harus
menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka untuk semua pihak
berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Mereka harus membantu pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik untuk saling mendengarkan dan memahami satu
sama lain.
4. Membantu mencapai kesepakatan: Salah satu peran utama konsiliator adalah
membantu pihak-pihak yang berselisih mencapai kesepakatan yang dapat
diterima oleh semua pihak. Konsiliator harus membantu dalam
mengidentifikasi solusi kreatif, memfasilitasi diskusi, dan membantu pihak-
pihak mengatasi perbedaan mereka.
5. Memastikan keberlanjutan dan pelaksanaan kesepakatan: Konsiliator harus
memastikan bahwa kesepakatan yang dicapai antara pihak-pihak dalam konflik
dilaksanakan dengan baik. Mereka harus memonitor proses implementasi dan
bekerja sama dengan pihak-pihak yang berselisih untuk mengatasi masalah
yang mungkin timbul selama pelaksanaan.

5
Valerie Augustine Budianto, peran konsiliator dalam Alternatif Penyelesaian Sengketa,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/peran-konsiliator-dalam-alternatif-penyelesaian-sengketa-
lt6283663aaa2f6 diakses tgl 14 November 2023.
Melalui peran-peran strategis ini, konsiliator berperan sebagai penghubung antara
pihak-pihak yang berselisih dan membantu mereka mencapai penyelesaian yang saling
menguntungkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
konsiliasi merupakan proses penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan
seorang pihak ketiga, di mana pihak ketiga yang di ikutsertakan untuk menyelesaikan
sengketa adalah seorang yang secara profesional dan sudah dapat dibuktikan
keandalannya. Cara Konsiliasi yang pertama, Konsiliasi itu sendiri adalah proses
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantara BPSK Jakarta
untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa dan penyelesaiannya kepada para
pihak. Yang kedua, Persidangan secara konsiliasi dilakukan secara sendiri oleh pihak
yang bersengketa didampingi oleh majelis yang bertindak pasif sebagai konsiliator.
Beberapa peran strategis dari konsiliator yaitu : a) Mengidentifikasi dan mengelola
konflik, b) Membangun hubungan, c) Menyediakan tempat yang aman untuk
berkomunikasi, d) Membantu mencapai kesepakatan, e) Memastikan keberlanjutan dan
pelaksanaan kesepakatan.
DAFTAR PUSTAKA

Valerie Augustine Budianto, peran konsiliator dalam Alternatif Penyelesaian Sengketa,


https://www.hukumonline.com/klinik/a/peran-konsiliator-dalam-alternatif-penyelesaian-
sengketa-lt6283663aaa2f6 diakses tgl 14 November 2023.
Suherman2, S. D. (2022). Efektifitas Penyelesaian Sengketa Oleh Badan Penyelesaian.
SD Enggraini-Reformasi Hukum, 2022-ojs.uid.ac.id.
Dan Fenno Henderson, 1965, Conciliation and Japanese Law, volume 2, University of
Washington, Washington. Hal. 191-208. Sebagaimana dikutip Erman Rajagukguk,
Penyelesaian Sengketa Alternatif, fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal.
Gunawan Widjaja, 2003, Hukum Arbitrase, cetakan ke 3, RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
M. Yahya Harahap, 1996, Alternative Dispute Resolution (ADR) Merupkan Jawabann
Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional masa Depan, Makalah, Seminar nasional
hukum bisnis, FH. UKSW, Semarang.

Artikel,2020, Konsiliasi : Pengertian Menurut Para Ahli, Ciri, Tujuan, Manfaat,


Keuntungan Dan Perbedaannya Dengan Mediasi,
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/11/konsiliasi.html

Anda mungkin juga menyukai