Oleh:
M Ahnaf Alfitra Yuswinar (2102036156)
Rimamatus Sa’adah (2102046073)
Dian Nuril Aulia (2102046078)
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan limpahan rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dalam
rangka menunaikan kewajiban kami pada mata kuliah Kemahiran Non-Litigasi.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan
mendukung tersusunnya makalah ini, terutama kepada seluruh teman-teman mahasiswa dan
juga Muhammad Zainal Mawahib, M.H. selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini yang
senantiasa membimbing kami.
Makalah ini tersusun jauh dari kata sempurna, maka penyusun sangat menanti kritik
dan saran membangun dari seluruh pihak yang membaca makalah ini, demi perbaikan dalam
penulisan makalah ini.
Harapan kami, makalah ini dapat menjadi perantara pemahaman pembaca mengenai
pembahasan Konsiliasi dalam mata kuliah Kemahiran Non-Litigasi yang bermanfaat dan
penuh berkah. Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan penyelesaiaan.UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan suatu
rumusan yang eksplisit atas pengertian dari konsiliasi. Rumusan tentang konsiliasi
dapat ditemukan dalam pasal 1 angka 10 dan alinea 9 Penjelasan Umum, konsiliasi
merupakan salah satu lembaga alternatif dalam penyelesaian sengketa.
Tujuan adanya konsiliasi adalah untuk menyelesaikan masalah dengan
musyawarah dan mufakat. Metode ini juga bertujuan untuk mencegah agar konflik bisa
terselesaikan dengan cepat tanpa perlu menempuh upaya hukum lebih lanjut. konsiliasi
menjadi sebuah pendekatan yang efektif dalam penyelesaian konflik di berbagai
konteks dan menjadi alternatif yang menarik untuk mencapai kesepakatan yang
bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya memahami
makna Konsiliasi. Pada kesempatan kali ini, kami dan teman-teman mahasiswa sangat
beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk mempelajari lebih dalam tentang
Konsiliasi dalam mata Kuliah Kemahiran Non-Litigasi. Kemudian dalam makalah ini,
penyusun memulainya dengan pembahasan mengenai definisi, teknik dan proses, dan
peran dari konsiliator.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsiliasi dan penggunaan istilah konsiliasi?
2. Bagaimana teknik dan proses dari konsiliasi?
3. Apa saja peran strategis dari konsiliator?
C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi dari konsiliasi dan penggunaan istilah konsiliasi.
2. Untuk mengetahui teknik dan proses dari konsiliasi.
3. Untuk mengetahui beberapa peran strategis dari konsiliator.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dan Fenno Henderson, 1965, Conciliation and Japanese Law, volume 2, University of Washington, Washington.
Hal. 191-208. Sebagaimana dikutip Erman Rajagukguk, Penyelesaian Sengketa Alternatif, fakultas Hukum
Universitas Indonesia, hal. 10-11.
2
Gunawan Widjaja, 2003, Hukum Arbitrase, cetakan ke 3, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 38.
3
M. Yahya Harahap, 1996, Alternative Dispute Resolution (ADR) Merupkan Jawabann Penyelesaian Sengketa
Perdagangan Internasional masa Depan, Makalah, Seminar nasional hukum bisnis, FH. UKSW, Semarang.
1. Peter Behrens (1992), Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang
lebih formal daripada mediasi. Putusan yang kemudian dilakukan melalui
mediasi, tidak mengikat.
2. Huala Adolf (2005), pengertian konsiliasi ini merupakan suatu metode di
dalam penyelesaian suatu sengketa yakni dengan menyerahkannya kepada
sebuah konsiliator untuk kemudian menjelaskan serta juga menguraikan
segala jenis fakta serta juga setelah itu akan membuat suatu usulan suatu
keputusan penyelesaian, tetapi usulan keputusan tersebut memiliki sifat
tidak mengikat.
3. The institute of International Law, konsiliasi ialah suatu cara dalam
penyelesaian pertikaian yang sifatnya itu international yakni dengan
menggunakan komite ataupun juga bantuan dari negara lain yang kemudian
tidak memihak. 4
Dengan demikian, konsiliasi merupakan proses penyelesaian sengketa alternatif
yang melibatkan seorang pihak ketiga, di mana pihak ketiga yang di ikutsertakan untuk
menyelesaikan sengketa adalah seorang yang secara profesional dan sudah dapat
dibuktikan keandalannya.
B. Teknik Dan Proses Konsiliasi
a. Cara konsiliasi. (Kurniawan, 2012:161)
4
Artikel,2020, Konsiliasi : Pengertian Menurut Para Ahli, Ciri, Tujuan, Manfaat, Keuntungan Dan
Perbedaannya Dengan Mediasi, https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/11/konsiliasi.html
2. Finance/leasing 28 36 22 30
3. Pembelian produk 0 9 7 4
4. Showroom 0 0 7 5
5. Asuransi 3 8 7 13
6. Telekomunikasi 1 0 6 11
7. E-commerce 0 4 6 2
8. Perbankan 15 16 5 14
9. Hotel 2 2 1 0
10. Jasa transportasi 7 1 1 2
11. Jasa Pengiriman 1 5 1 2
12. Pendidikan 2 1 1 2
13. Jasa car wash 0 0 1 0
14. Paket wisata 0 0 1 0
15. Jasa wedding organizer 0 0 1 3
16. Elektronik 2 0 0 0
17. Perparkiran 0 3 0 2
18. Layanan Kesehatan 2 1 0 0
19. Jasa Bengkel 0 0 0 1
20. PLN 3 1 0 2
21. PDAM 4 0 0 1
22. Entertainment 0 0 0 1
23. Jasa laundry 0 0 0 1
24. Jasa retail 0 0 0 1
JUMLAH 129 171 150 140
Sumber : BPSK Jakarta
Seperti Lembaga yang lainnya, dalam menjalankan tugasnya tentu saja BPSK
Jakarta mempunyai hambatan. Menurut Oni Sumarsono selaku Ketua BPSK Jakarta,
ada beberapa hambatan yang dialami oleh BPSK Jakarta yaitu: “Kendala yang dialami
selama proses penyelesaian sengketa juga bermacam- macam. Seperti, sengketa yang
diadukan bukan merupakan wewenang dari BPSK Jakarta, lalu kurangnya Kerjasama
pelaku usaha dengan BPSK, jika konsumen yang mengadukan sengketa nya ke BPSK
Jakarta tapi konsumen dan pelaku usaha tersebut berada di luar wilayah Jakarta,
pemanggilan pada saat penyelesaian sengketa akan tergolong memakan waktu dan
ketidakhadiran dari salah satu pihak menjadi kan proses penyelesaian sengketa tidak
memperoleh kesepakatan.” (Wawancara dengan Oni Sumarsono, Ketua BPSK, 2021)
Mengacu pada hasil wawancara yang penulis yang telah jelaskan dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa, yang menjadi faktor-faktor penghambat BPSK Jakarta
dalam proses penyelesaian sengketa konsumen adalah :
1. Sengketa yang Diadukan Bukan Wewenang BPSK Jakarta
Salah satu syarat untuk bisa mengadukan sengketa nya ke BPSK Jakarta
adalah konsumen tersebut merupakan konsumen akhir atau ahli waris yang
dirugikan oleh konsumen. Lalu kemudian dilakukan gelar perkara apakah
pengaduan yang dilakukan oleh konsumen tersebut layak untuk disidangkan atau
tidak. Namun, kadang konsumen yang mengadukan sengketa nya bukan
merupakan konsumen akhir sehingga sengketa nya tidak dapat dilanjutkan.
5. Keterbatasan fasilitas
Peran konsiliator tidak hanya sebagai fasilitator, seperti mediator, namun juga bertugas
untuk menyampaikan pendapat tentang duduk persoalan, memberikan saran-saran yang
meliputi keuntungan dan kerugian dan mengupayakan tercapainya suatu kesepakatan
kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa. Konsiliator
dalam proses konsiliasi harus memiliki peran yang cukup berarti. Konsiliator
berkewajiban untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya mengenai duduk
persoalannya. Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan
kewenangan untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada
yang bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat putusan dalam
sengketa untuk dan atas nama para pihak, sehingga keputusan akhir merupakan proses
konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang dituangkan
dalam bentuk kesepakatan antara para pihak.5
Peran strategis dari konsiliator adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
negosiasi dan penyelesaian konflik yang harmonis dan bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat. Beberapa peran strategis dari konsiliator adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mengelola konflik: Konsiliator harus mampu
mengidentifikasi konflik yang terjadi dan memahami akar penyebabnya.
Dengan pemahaman yang baik tentang konflik, konsiliator dapat mengelola
proses negosiasi dengan lebih efektif.
2. Membangun hubungan: Konsiliator adalah mediator yang netral dan tidak
memihak. Oleh karena itu, salah satu peran strategisnya adalah untuk
membangun hubungan baik dengan semua pihak yang terlibat dalam konflik.
Hal ini akan membantu konsiliator dalam membantu pihak-pihak yang
berselisih mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
3. Menyediakan tempat yang aman untuk berkomunikasi: Konsiliator harus
menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka untuk semua pihak
berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Mereka harus membantu pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik untuk saling mendengarkan dan memahami satu
sama lain.
4. Membantu mencapai kesepakatan: Salah satu peran utama konsiliator adalah
membantu pihak-pihak yang berselisih mencapai kesepakatan yang dapat
diterima oleh semua pihak. Konsiliator harus membantu dalam
mengidentifikasi solusi kreatif, memfasilitasi diskusi, dan membantu pihak-
pihak mengatasi perbedaan mereka.
5. Memastikan keberlanjutan dan pelaksanaan kesepakatan: Konsiliator harus
memastikan bahwa kesepakatan yang dicapai antara pihak-pihak dalam konflik
dilaksanakan dengan baik. Mereka harus memonitor proses implementasi dan
bekerja sama dengan pihak-pihak yang berselisih untuk mengatasi masalah
yang mungkin timbul selama pelaksanaan.
5
Valerie Augustine Budianto, peran konsiliator dalam Alternatif Penyelesaian Sengketa,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/peran-konsiliator-dalam-alternatif-penyelesaian-sengketa-
lt6283663aaa2f6 diakses tgl 14 November 2023.
Melalui peran-peran strategis ini, konsiliator berperan sebagai penghubung antara
pihak-pihak yang berselisih dan membantu mereka mencapai penyelesaian yang saling
menguntungkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
konsiliasi merupakan proses penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan
seorang pihak ketiga, di mana pihak ketiga yang di ikutsertakan untuk menyelesaikan
sengketa adalah seorang yang secara profesional dan sudah dapat dibuktikan
keandalannya. Cara Konsiliasi yang pertama, Konsiliasi itu sendiri adalah proses
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantara BPSK Jakarta
untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa dan penyelesaiannya kepada para
pihak. Yang kedua, Persidangan secara konsiliasi dilakukan secara sendiri oleh pihak
yang bersengketa didampingi oleh majelis yang bertindak pasif sebagai konsiliator.
Beberapa peran strategis dari konsiliator yaitu : a) Mengidentifikasi dan mengelola
konflik, b) Membangun hubungan, c) Menyediakan tempat yang aman untuk
berkomunikasi, d) Membantu mencapai kesepakatan, e) Memastikan keberlanjutan dan
pelaksanaan kesepakatan.
DAFTAR PUSTAKA