Anda di halaman 1dari 24

“KONSILIASI SEBAGAI ALTERNATIF

PENYELESAIAN SENGKETA”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dosen Pengampu : Ahmad Zaini, M.H.

Oleh:

Dewi Masita 214102030035


Tyas Ayu Candraning B. 211102030019
Vegy Rahman Syah S2193129

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SHIDDIQ JEMBER
FALKUTAS SYARIAH
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
DESEMBER 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpah dan rahmat serta karunianya sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan yang diberikan oleh dosen pembimbing
dimata kuliah “Alternatif Penyelesaian Sengketa’’ Dengan judul makalah
“Konsiliasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa ”. Kesuksesan ini dapat
penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Hepni, S.Ag., M.M., CPEM. Selaku Rektor


Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember .

2. Bapak Dr. Wildani Hefni, MA.Selaku Dekan Fakultas syariah.

3. Bapak Freddy Hidayat, S.H., M.H.Selaku Koordinator Program Studi


Hukum Ekonomi Syariah.

4. Bapak Ahmad Zaini, M.H. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah


Hukum Perbankan Syariah.

Akhir kata, semoga segala amal baik yang telah Bapak berikan kepada penulis
mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jember, 9 Desember 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5

2.1 Konsiliasi Dapat Membantu Dalam Penyelesaian Sengketa ............... 5


a. Pengertian Konsiliasi....................................................................... 5
b. Langkah Langkah Konsiliasi........................................................... 7
c. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui
Konsiliasi ........................................................................................ 9
2.2 Manfaat dan hambatan konsiliasi dalam konteks penyelesaian
Sengketa .............................................................................................. 12
a. Manfaat Konsiliasi ........................................................................... 12
b. Hambatan Dalam Konsiliasi ............................................................ 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 18


3.2 Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sosial manusia, selalu diperlukan norma-norma yang


mengatur dan memediasi hubungan antar manusia. Norma-norma tersebut
bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.
Namun, dalam praktiknya, tidak semua norma dapat dipatuhi oleh semua
orang. Hal ini dapat menimbulkan sengketa atau konflik antar pihak.
Sengketa atau konflik dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti
hukum, ekonomi, sosial, dan politik. Sengketa dapat berdampak negatif,
seperti kerugian materi, psikis, dan bahkan kekerasan. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya untuk menyelesaikan sengketa secara damai dan berkeadilan.
Salah satu upaya penyelesaian sengketa adalah melalui alternatif penyelesaian
sengketa (APS).1

APS adalah penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur


yang disepakati para pihak, Alternatif penyelesaian sengketa (APS) atau yang
dikenal dalam bahasa ingris dengan sebutan Alternative Dispute Resolutions
(ADR), merupakan suatu rumusan untuk memberikan pilihan kepada
masyarakat apabila terjadi sengketa maka dapat diselesaikan dengan tanpa
melalui pengadilan. Pada tahun 1999 Indonesia mengeluarkan UUAAPS
sebagai upaya untuk menjawab keinginan masyarakat. Dalam UUAAPS
menyatakan bahwa APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak yang sengketa
melalui penyelesaian diluar pengadilan. Menurut pasal 1 angka 10 UUAAPS
yang dimaksud dengan APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak dengan penyelesaian
diluar pengadilan melalui lima cara diantaranya; Konsultasi, Negosiasi,

1I Gede Dharma Wijaya "Konsiliasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis" Jurnal
Hukum Bisnis, Vol. 3, No. 2, 2019.

1
Mediasi, Konsilisasi dan penilaian ahli.2 Adapun Salah satu alternatif
penyelesaian sengketa yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu
konsiliasi.

Konsiliasi adalah kata yang mungkin jarang terdengar oleh khalayak


umum. Semakin berkembangnya kegiatan antar masyarakat menimbulkan
beragam permasalahan atau sengketa yang biasanya banyak terjadi pada
berbagai lini khususnya kegiatan ekonomi dan bisnis. Sengketa berawal pada
situasi di mana pihak yang satu merasa dirugikan oleh pihak lain, adanya
perbedaan pendapat, serta benturan kepentingan. Penyelesaian sengketa pada
umumnya dilaksanakan menggunakan cara litigasi atau penyelesaian sengketa
melalui proses persidangan.3 Penyelesaian sengketa tersebut diawali dengan
pengajuan gugatan kepada pengadilan negeri dan diakhiri dengan putusan
hakim. Namun disamping penyelesaian sengketa melalui proses litigasi,
terdapat pula alternatif penyelesaian sengketa lain melalui mekanisme non
litigasi, yang mana salah satu diantaranya adalah melalui Konsiliasi. 4Namun
sebelum memutuskan untuk melaksanakan konsiliasi tersebut, mestinya pihak-
pihak yang bersangkutan harus memahami betul mengenai apa itu konsiliasi.
Secara umum, konsiliasi merupakan Sebuah proses perundingan yang
melibatkan pihak lain sebagai konsiliator atau membantu berpendapat dalam
pembuatan keputusan solusi demi menyelesaikan sengketa antara pihak-pihak
yang berselisih secara formal.5

Konsiliasi adalah salah satu lembaga penyelesaian perselisihan di luar


pengadilan yang melibatkan seorang pihak ketiga atau lebih, dimana pihak
ketiga yang diikutsertakan untuk menyelesaikan sengketa adalah seorang yang

2
Nevey Varida Ariani, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Luar Pengedilan”, Jurnal
Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 1 Nomor 2, Badan Pembinaan
Hukum Nasional, 2012, hlm. 281.
3
ADCO Law” Konsiliasi: Suatu Alternatif Penyelesaian Sengketa”. 2022. Konsiliasi: Suatu
Alternatif Penyelesaian Sengketa - ADCO Law diakses pada 23 oktober 2023
4Jurnalresmi:https://www.academia.edu/9350099/PENYELESAIAN_SENGKETA_ALTERN

ATI F. Diakses pada 23 Oktober 2023


5
Nadia Irvana Natasya,”Konsiliasi: Pengertian, Tujuan dan Mekanisme”, Redaksi Haloedukasi.

2
secara profesional sudah dapat di buktikan kehandalannya, konsiliator dalam
proses konsiliasi ini, memiliki peran yang cukup berarti, oleh karenanya
mengenai duduk persoalan dari masalah atau sengketa yang dihadapi.
Penyelesaian melalui konsiliasi dilaksanakan setelah para pihak mencacatkan
perselisihannya kepada instansi ketenagakerjaan setempat, dan setelah
menerima saran pejabat ketenagakerjaan setempat, para pihak sepakat untuk
memilih penyelesaian melalui konsiliasi. Pemilihan konsiliator dilakukan dari
daftar nama konsiliator yang dipasang dan diumumkan pada kantor instansi
ketenagakerjaan setempat. Permintaan penyelesaian melalui konsiliator yang
dipilih oleh para pihak dilakukan dengan kesepakatan tertulis. Penyelesaian
perselisihan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang terdaftar pada
kantor instansi ketenagakerjaan Kabupaten/Kota (Pasal 17 dan 18 UU No. 2
Tahun 2004). Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi ini harus tuntas
dalam waktu 30 hari kerja, terhitung sejak menerima permintaan dari salah
satu pihak atau para pihak yang beperkara. Apabila dalam perundingan di
tingkat konsiliasi ini terjadi kesepakatan para pihak, maka dibuat Perjanjian
Bersama yang ditandatangani kedua belah pihak beperkara. 6 Dengan uraian di
atas tersebut, maka penulis dalam penelitian ini akan membahas mengenai
definisi konsiliasi, langkah langkah konsiliasi, Penyelesaian sengketa industry
melalui konsiliasi, manfaat dan hambatan dan faktor faktor yang
mempengaruhi keberhasilan konsiliasi dalam konteks penyelesaian sengketa.

6 Tris Widodo, “Pernyelesaian Secara Konsilasi Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial Menurut Uu No. 2 Tahun 2004”, Jurnal Warta Edisi : 49 Juli 2016.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsiliasi dapat membantu dalam penyelesaian sengketa?
2. Apa manfaat dan hambatan konsiliasi dalam konteks penyelesaian
sengketa

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memahami apa itu konsiliasi.
2. Untuk mengetahui manfaat dan hambatan konsiliasi dalam konteks
penyelesaian sengketa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsiliasi Dapat Membantu Dalam Penyelesaian Sengketa


A. Pengertian Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian perkara diluar pengadilan
dan antara para pihak yang berperkara dengan melibatkan pihak ketiga
yang mempunyai sikap netral dan tidak memihak. Namun pada dasarnya
mediatordan konsiliator bertugas menjadi fasilitator untuk melakukan
komunikasi kepada para pihak yang berperkara, sehingga bisa menemukan
solusi yang bisa memuaskan para pihak itu sendiri. Tetapi seorang
konsilitator hanya berperan sebatas untuk melakukan tindakan seperti
mengatur waktu dan juga menentukan tempat petemuan para pihak,
mengarahkan topik pembicaraan. Sedangkan mediator bisa melakukan
seperti yang konsilitaor lakukan seperti memberikan solusi, terkait dengan
putusan akhir dari suatu perkara tetap diserahkan atas kesepakatan antara
kedua belah pihak yang berperkara.7
Pada dasarnya konsiliasi memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan mediasi, hanya saja peran konsiliator lebih aktif dibandingkan
mediator yaitu:
1. Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa diluar pengadilan
secara kooperatif.
2. Konsiliator adalah pihak ketiga yang netral yang terlibat dan di
terima oleh para pihak yang bersengketa di dalam perundingan.
3. Konsiliator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencapai penyelesaian.
4. Konsiliator bersifat aktif dan mempunyai kewenangan mengusulkan
pendapat dan merancang syarat-syarat kesepakatan diantara para
pihak.

7Mukrimaa, Urgensi Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. (Surabaya: Gemilang


Publisher,2016), 70-75

5
5. Konsiliator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan
selama perundingan berlangsung.
6. Konsiliasi bertujuan untuk menghasilkan kesepakatan yang diterima
pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa. Salah satu
perbedaan antara mediasi dan konsiliasi adalah berdasarkan
rekomendasi yang diberikan oleh pihak ketiga pada pihak yang
bersengketa. Hanya dalam konsiliasi ada rekomendasi pada pihak-
pihak yang bersengketa, sedangkan mediator dalam suatu mediasi
hanya berusaha membimbing para pihak yang bersengketa menuju
suatu kesepakatan.8
Peraturan hukum konsiliasi merujuk pada undang-undang tentang
penyelesaian arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa dan UU
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Berikut penjelasannya:

1. UU RI Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa, Pasal 1 ayat 10 pada undang-undang ini
menyebutkan beberapa alternatif penyelesaian sengketa di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli. Penyelesaian masalah di luar proses peradilan umum
ini didasarkan atas perjanjian tertulis dari pihak bersengketa, dan UU
ini dimaksudkan untuk menjaga jangan sampai penyelesaian sengketa
menjadi berlarut-larut.
2. UU RI No 2 tahun 2004 tentang Perselisihan Hubungan Industrial
(PHI) Dalam UU ini konsiliasi disebutkan sebagai salah satu
penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Pasal 1 ayat 13 UU ini
menjelaskan tentang definisi konsiliasi. kemudian pada ayat 14
menjelaskan syarat-syarat seorang konsiliator yang bertugas
melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada
pihak yang berselisih.

8 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004),
hal.35

6
B. Langkah Langkah Konsiliasi

Konsiliasi dilakukan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang


atau lebih konsiliator yang netral. Berikut adalah langkah-langkah
konsiliasi:

1. Mengajukan Permintaan Konsiliasi secara Tertulis


Langkah pertama jika ingin menggunakan metode perundingan
teknik konsiliasi yaitu dengan mengajukan permintaan secara resmi.
Permintaan tertulis itu harus pelapor ajukan kepada lembaga terkait.
Selanjutnya, lembaga tersebut akan memproses permintaan yang
pelapor ajukan. Lembaga konsiliasi lalu akan mempelajari saksama
kasus yang masuk dan meneliti secara menyeluruh mengenai pokok
permasalahan yang diajukan.
2. Penunjukan Konsiliator
Ketika menggunakan metode perundingan non litigasi, perlu
adanya pihak ketiga yang berperan sebagai penengah. Pihak ketiga
dalam hal ini disebut sebagai konsiliator.
Pada proses perundingan ini, penunjukan konsiliator bisa lebih dari
satu orang. Namun pihak penengah ini haruslah sudah mendapat
persetujuan dari kedua belah pihak yang bersengketa. Mereka juga
seharusnya merupakan orang yang tidak memiliki hubungan personal
dengan pihak manapun. Jadi kehadiran mereka murni sebagai pihak
netral yang tidak memiliki kecenderungan dan bertugas sebagai
penengah.
3. Proses Konsiliasi
Setelah melakukan pelaporan kepada lembaga konsiliasi, maka
laporan tersebut akan mendapatkan tindakan lebih lanjut. Dalam
kurun waktu kurang lebih 7 hari setelah laporan diterima maka kasus
akan melalui fase pemrosesan. Selanjutnya konsiliator akan
memanggil pihak-pihak terkait untuk melakukan perundingan. Pada

7
agenda tersebut, masing-masing pihak akan saling mengutarakan
pendapat dan keterangan kepada konsiliator. Sebagai pihak netral,
konsiliator akan mendengarkan dengan saksama keterangan dari
kedua belah pihak. Selanjutnya, konsiliator berhak menyampaikan
pandangan serta pendapat mereka mengenai kasus yang sedang
bergulir. Upaya tersebut menjadi upaya yang diberikan untuk
membantu proses perundingan. Tujuannya adalah untuk tercapainya
kesepakatan yang memuaskan semua pihak.
4. Mendapatkan Hasil Akhir Konsiliasi
Pada proses perundingan selalu ada dua risiko yang harus Anda
hadapi. Ada upaya konsiliasi yang berhasil dan berujung dengan
perdamaian, namun ada juga yang tidak. Berhasil dan tidaknya
sebuah upaya perundingan juga tergantung dari para pihak yang
terlibat. Apabila masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah
maka upaya perdamaian juga mustahil untuk terwujud.
5. Mendaftarkan Kesepakatan Konsiliasi Jika Berhasil
Setelah proses perundingan selesai, selanjutnya konsiliator akan
memberikan anjuran tertulis yang diberikan kepada para pihak.
Apabila anjuran tersebut mendapatkan persetujuan dari keduanya
maka artinya perjanjian berhasil dilakukan.

Untuk memperkuat perjanjian di mata hukum, maka kontrak tersebut


perlu Anda daftarkan kepada lembaga terkait yaitu PHI (Pengadilan
Hubungan Industrial). Namun apabila anjuran dari pihak konsiliator
ditolak, maka artinya upaya perundingan gagal. Pihak yang menolak bisa
mengajukan kasus tersebut ke pengadilan negeri setempat untuk
menempuh upaya hukum lebih lanjut.

Secara garis besar, prosedur konsiliasi merupakan metode


penyelesaian masalah yang mengutamakan upaya musyawarah dan
mufakat. Peran seorang konsiliator juga sangat penting dalam menunjang
prosesnya. Meskipun hasil akhir tetap diputuskan oleh pihak yang

8
bersengketa. Namun nasihat hukum dan pendapat dari seorang konsiliator
akan sangat membantu dalam pencarian solusi.9
Dan dalam pasal 17 sampai pasal 28 UU PHI ini dijelaskan mengenai
prosedur penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi. APS melalui
konsiliasi bisa ditemukan dalam beberapa peraturan di Indonesia. Salah
satunya dalam UU Nomor 2 Tahun 2004 yang secara spesifik
mendefinisikan konsiliasi di ranah hubungan industrial, yang diatur pada
Pasal 1 ayat 13 yang mendefinisikan konsiliasi hubungan industrial
sebagai berikut: "Konsiliasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
konsiliasi adalah perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang
atau konsiliator yang netral".

Selain itu, UU 2/2004 juga menjelaskan tata cara dan jangka waktu
dalam praktik menggunakan konsiliasi terutama dalam perselisihan
hubungan industrial. UU ini juga menjelaskan pengertian konsiliator
dalam Pasal 1 ayat 14 menyebutkan: "Konsiliator Hubungan Industrial
yang selanjutnya disebut konsiliator adalah seorang atau lebih yang
memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri, yang
bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis
kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan".

C. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Konsiliasi


Pengertian perselisihan hubungan industrial menurut pasal 1
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha dan gabungan dengan pekerja/buruh atau

9 Iblam, Pengertian, Manfaat, dan Prosedur Konsiliasi (iblam.ac.id),2023. Diakses pada 30

Oktober 2023

9
serikat pekerja/ serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 disebutkan bahwa
jenis perselisihan hubungan industrial meliputi :
1. Perselisihan hak
Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak
dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau
penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
2. Perselisihan kepentingan
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam
hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan
dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja
Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang
timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
Perselisihan PHK merupakan masalah yang sering terjadi. Oleh
karena itu perlindungan mengenai PHK paling banyak diatur dalam
peraturan ketenagakerjaan karena masalah PHK menyangkut
kelangsungan hidup para pekerja selanjutnya.
4. Perselisihan antar pekerja/ buruh dalam satu perusahaan
Perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan
antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat
buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya

10
persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan
kewajiban keserikat pekerjaan. 10

Perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan pengusaha dapat


diselesaikan dengan prosedur penyelesaian seperti yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Langkah pertama yang sebaiknya ditempuh adalah
dengan jalan perundingan untuk mencapai musyawarah mufakat antara
pekerja dengan pengusaha. Namun biasanya langkah tersebut jarang
tercapai. Oleh karena itu, masalah perselisihan biasanya diserahkan pada
instansi yang berwenang di bidang ketenagakerjaan, yaitu Dinas Tenaga
Kerja untuk menyelesaikan setiap perselisihan hubungan industrial yang
terjadi antara pekerja dengan pengusaha. Penyelesaian perselisihan
Hubungan Industrial dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UUPPHI), memungkinkan
penyelesaian sengketa Tenaga Kerja diluar pengadilan.

Adapun empat cara yang bisa dilakukan dalam perundingan atau


penyelesaian perselisihan di luar pengadilan (non ligitasi) yaitu melalui
bipartit, arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Salah satunya melalui konsiliasi,
Penyelesaian melalui konsiliasi dilaksanakan setelah para pihak
mencacatkan perselisihannya kepada instansi ketenagakerjaan setempat,
dan setelah menerima saran pejabat ketenagakerjaan setempat, para pihak
sepakat untuk memilih penyelesaian melalui konsiliasi. Penyelesaian
melalui konsiliasi ini dilakukan melalui seorang atau beberapa orang atau
badan sebagai penengah yang disebut konsiliator dengan mempertemukan
atau memberi fasilitas kepada pihak pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihannya secara damai. Konsiliator Hubungan
Industrial yang selanjutnya disebut dengan konsiliator adalah seorang atau
lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh

10 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial

11
Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan
anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau
perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.

Tata cara penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi tidak jauh


berbeda dengan tata cara penyelesaian perselisihan melalui mediasi, yaitu
menyelesaikan perselisihan di luar pengadilan untuk tercapainya
kesepakatan dari para pihak yang berselisih. Demikian juga dengan jangka
waktu penyelesaiannya, undang-undang memberikan waktu penyelesaian
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak menerima
permintaan penyelesaian perselisihan sama halnya dengan proses
penyelesaian perselisihan melalui mediasi. Yang perlu diperhatikan
bahwa, berbeda dengan mediator yang mana Mediator bertindak sebagai
fasilitator yang membantu para pihak dalam menyetujui kesepakatan
mereka sendiri, sedangkan konsiliator lebih seperti seorang intervensionis
yang memberikan solusi bagi pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan
11
perselisihan.

2.2 Manfaat Dan Hambatan Konsiliasi Dalam Konteks Penyelesaian


Sengketa
A. Manfaat konsiliasi
Konsiliasi adalah satu metode penyelesaian masalah non litigasi yang
sering diambil untuk mengatasi konflik dan sengketa. Metode
penyelesaian masalah menggunakan cara ini tertuang dalam Undang-
Undang No 30 tahun 1999. Selain itu, dasar hukum lainnya yang memuat
mengenai penyelesaian masalah menggunakan metode konsiliasi juga
tertuang dalam Undang-Undang No 2 tahun 2004 mengenai Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial.

11
Tris Widodo, Pernyelesaian Secara Konsilasi Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial Menurut Uu No. 2 Tahun 2004.2016.

12
Adapun keuntungan atau manfaat yang bisa kita dapatkan dari
penyelesaian masalah jalur tersebut, beberapa di antaranya:
1. Menyelesaikan Masalah secara Damai
Keuntungan dari penyelesaian masalah menggunakan sistem
konsiliasi adalah untuk menyelesaikan masalah secara damai.
Tujuan dari perundingan non litigasi ini yaitu untuk menyelesaikan
konflik dengan tenang dan berorientasi pada perdamaian.

2. Terhindar dari Keputusan yang Dipaksakan


Konsiliasi adalah metode perundingan yang menggunakan
bantuan dari pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut merupakan pihak
yang berperan sebagai penengah dan mengawal jalannya
perundingan. Mereka juga memiliki hak istimewa untuk
menyampaikan pendapat dan nasihat hukum kepada peserta diskusi.
Tapi meskipun demikian, keputusan final perundingan tetap
menjadi hak dari peserta konsiliasi. Jadi ketika menggunakan
metode penyelesaian jalur ini, Anda akan terhindar dari keputusan
yang dipaksakan. Karena keputusan final tetap menjadi hak mutlak
dari kedua belah pihak.

3. Menghindari Biaya Terlalu Besar


Ketika permasalahan selesai dengan jalur konsiliasi, maka hal
itu akan memberikan keuntungan. Salah satunya yaitu membantu
Anda meminimalkan pengeluaran. Apabila masalah bergulir hingga
ke persidangan dan proses hukum lainnya maka biaya yang harus
Anda keluarkan untuk mengurus masalah sengketa akan jauh lebih
besar. Namun jika masalah bisa selesai dengan konsiliasi, hal
tersebut akan memberikan sedikit keringanan. Sebab biaya yang
perlu Anda keluarkan untuk mengurus sengketa akan jauh lebih
sedikit.

13
4. Mendapatkan Solusi yang Saling Menguntungkan
Penyelesaian masalah menggunakan cara diskusi tidak hanya
efektif untuk menyelesaikan konflik. Tetapi juga dapat memberikan
solusi yang menguntungkan bagi masing-masing pihak. Selain
memperoleh kesepakatan bersama, kedua pihak yang bersengketa
juga bisa menjalin kerja sama atau hubungan
bisnis di masa depan.12

B. Hambatan Dalam Konsiliasi


Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa secara sukarela antara
para pihak yang bersengketa, dengan bantuan pihak ketiga yang netral,
yaitu mediator atau konsiliator. Penyelesaian sengketa dengan cara
konsiliasi merupakan upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
Dalam pelaksanaannya, penyelesaian sengketa dengan cara konsiliasi
dihadapkan pada beberapa hambatan, antara lain:

1. Majelis bertindak pasif


Majelis konsiliasi adalah pihak ketiga yang netral yang ditunjuk
oleh BPSK untuk memimpin proses konsiliasi. Majelis konsiliasi
memiliki peran penting dalam proses konsiliasi, yaitu untuk
mempertemukan para pihak, memfasilitasi komunikasi dan negosiasi,
serta membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan majelis konsiliasi dalam
proses konsiliasi.
b. Kurangnya dukungan dari BPSK dalam pelaksanaan proses
konsiliasi.

12 Sakbani, M. Ihcsan. Penyelesaian Sengketa Konsumen Dengan Cara Konsiliasi Pada

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Bpsk) Kota Medan. Jurnal Hukum Universitas Medan
Area.2022

14
c. Kurangnya komitmen dari para pihak untuk menyelesaikan
sengketa secara konsiliatif.

2. Para pihak tidak hadir


Penyelesaian sengketa dengan cara konsiliasi membutuhkan
kehadiran para pihak yang bersengketa dalam setiap tahapan proses
konsiliasi. Namun, dalam praktiknya, para pihak seringkali tidak
hadir dalam proses konsiliasi. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Kurangnya kesadaran dan pemahaman para pihak tentang
pentingnya penyelesaian sengketa secara konsiliatif.
b. Kurangnya kepercayaan para pihak terhadap proses konsiliasi.

3. Para pihak telah melakukan konsiliasi di luar BPSK


Para pihak yang bersengketa dapat melakukan konsiliasi di luar
BPSK, yaitu melalui lembaga atau pihak lain yang ditunjuk oleh para
pihak. Namun, jika para pihak telah melakukan konsiliasi di luar
BPSK, maka mereka tidak dapat lagi mengajukan penyelesaian
sengketa ke BPSK.

4. Para pihak tidak melaporkan hasil kesepakatan konsiliasi


Para pihak yang bersengketa yang telah mencapai kesepakatan
dalam proses konsiliasi harus melaporkan hasil kesepakatan tersebut
kepada BPSK. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kesepakatan
tersebut dilaksanakan oleh kedua belah pihak.13

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam penyelesaian dengan cara


konsiliasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari pihak majelis
konsiliasi, para pihak yang bersengketa, maupun faktor-faktor lain. Untuk

13 Nurjanah, S., & Sulistyawati, M. Hambatan-hambatan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Dengan Cara Konsiliasi di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Siak.
Jurnal Hukum dan Hak Asasi Manusia.2021

15
mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan upaya-upaya dari
berbagai pihak, antara lain:

a. Pendidikan dan pelatihan bagi majelis konsiliasi


Majelis konsiliasi perlu diberikan pendidikan dan pelatihan yang
memadai tentang proses konsiliasi, sehingga mereka dapat
menjalankan peran mereka dengan lebih efektif.
b. Peningkatan kesadaran dan pemahaman para pihak.
Para pihak perlu ditingkatkan kesadaran dan pemahamannya
tentang pentingnya penyelesaian sengketa secara konsiliatif.
c. Peningkatan dukungan dari BPSK.
BPSK perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada majelis
konsiliasi dalam pelaksanaan proses konsiliasi.
d. Pengembangan peraturan perundang-undangan, Pemerintah perlu
mengembangkan peraturan perundang-undangan yang lebih
komprehensif dan efektif untuk mendukung penyelesaian sengketa
konsumen dengan cara konsiliasi.14

Adapun Faktor faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Konsiliasi


Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa yaitu faktor internal maupun
faktor eksternal.

1. Faktor Internal

a. Kesediaan para pihak untuk menyelesaikan sengketa secara


sukarela. Faktor ini merupakan faktor yang paling penting dalam
keberhasilan konsiliasi. Para pihak harus memiliki keinginan
untuk menyelesaikan sengketa secara damai dan saling
menguntungkan.

14
Yulianti, R. Efektivitas Penyelesaian Sengketa Konsumen Dengan Cara Konsiliasi Di
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Padang. Jurnal Ilmu Hukum.2018

16
b. Kepercayaan para pihak terhadap Konsiliator. Konsliator harus
dapat membangun kepercayaan dari para pihak sehingga mereka
merasa nyaman untuk berdiskusi dan mengungkapkan
pendapatnya.

c. Kemampuan Konsiliator dalam memimpin proses


konsiliasi. Konsiliator harus memiliki kemampuan untuk
menciptakan suasana yang kondusif dan mendorong para pihak
untuk mencapai kesepakatan.15

2. Faktor Eksternal

a. Sengketa yang bersifat sederhana dan mudah diselesaikan secara


musyawarah biasanya lebih mudah diselesaikan melalui
konsiliasi.

b. Keterlibatan pihak ketiga. Pihak ketiga, seperti keluarga, teman,


atau lembaga swadaya masyarakat, dapat berperan penting dalam
mendorong para pihak untuk menyelesaikan sengketa secara
damai.

c. Kebijakan pemerintah. Pemerintah dapat berperan dalam


mendorong penggunaan APS, termasuk konsiliasi, melalui
berbagai kebijakan, seperti pemberian insentif atau kemudahan
bagi para pihak yang menyelesaikan sengketa melalui APS.16

15
Yurijaya, A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Mediasi Terhadap Sengketa
Dibidang Perkawinan Di Pengadilan Agama Pasuruan. Jurnal Hukum Universitas Merdeka
Malang, 2018.hlm 38

16
Yurijaya, A.hlm 39.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian


perkara diluar pengadilan dan antara para pihak yang berperkara dengan
melibatkan pihak ketiga yang mempunyai sikap netral dan tidak memihak.
Konsiliasi dilakukan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih konsiliator yang netral. Adapun langkah-langkah konsiliasi dimulai dari,
Mengajukan Permintaan Konsiliasi secara Tertulis, Penunjukan Konsiliator,
Proses Konsiliasi, Mendapatkan Hasil Akhir Konsiliasi, Mendaftarkan
Kesepakatan Konsiliasi Jika Berhasil dan Setelah proses perundingan selesai,
selanjutnya konsiliator akan memberikan anjuran tertulis yang diberikan
kepada para pihak.. Selain itu Konsiliasi pada penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial tidak banyak berbeda dengan konsiliasi pada umumnya.
Perbedaannya hanya pada perselisihan yang ditangani. Dalam Pasal 2
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 disebutkan bahwa jenis perselisihan
hubungan industrial meliputi : Perselisihan hak, Perselisihan Kepentingan,
Perselisihan Putusan Kerja, Perselisihan antar pekerja/ buruh dalam satu
perusahaan. Tata cara penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi tidak jauh
berbeda dengan tata cara penyelesaian perselisihan melalui mediasi, yaitu
menyelesaikan perselisihan di luar pengadilan untuk tercapainya kesepakatan
dari para pihak yang berselisih. Demikian juga dengan jangka waktu
penyelesaiannya, undang-undang memberikan waktu penyelesaian selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak menerima permintaan
penyelesaian perselisihan sama halnya dengan proses penyelesaian
perselisihan melalui mediasi. Yang perlu diperhatikan bahwa, berbeda
dengan mediator yang mana Mediator bertindak sebagai fasilitator yang
membantu para pihak dalam menyetujui kesepakatan mereka sendiri,
sedangkan konsiliator lebih seperti seorang intervensionis yang memberikan
solusi bagi pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan perselisihan.

18
Selain itu, ada pula manfaat dan hambatan yang ada dalam penyelesaian
sengketa melalui mediasi yang mana manfaatnya yaitu bisa Menyelesaikan
Masalah secara Damai, Terhindar dari Keputusan yang Dipaksakan,
Menghindari Biaya Terlalu Besar Mendapatkan Solusi yang Saling
Menguntungkan. Sedangkan hambatannya yaitu Majelis bertindak pasif, pihak
tidak hadir, para pihak telah melakukan konsiliasi di luar BPSK, dan para
pihak tidak melaporkan hasil kesepakatan konsiliasi. Adapun Faktor faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Konsiliasi Sebagai Alternatif
Penyelesaian Sengketa yaitu adanya faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor Internalnya yaitu : Kesediaan para pihak untuk menyelesaikan sengketa
secara sukarela, Kepercayaan para pihak terhadap Konsiliator, Kemampuan
Konsiliator dalam memimpin proses konsiliasi, dan faktor eksternalnya yaitu:
Sengketa yang bersifat sederhana, Keterlibatan pihak ketiga, Kebijakan
pemerintah. Pemerintah dapat berperan dalam mendorong penggunaan APS,
termasuk konsiliasi, melalui berbagai kebijakan, seperti pemberian insentif
atau kemudahan bagi para pihak yang menyelesaikan sengketa melalui APS.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

2023, A. L.-A. (2023, oktober). Konsiliasi: Suatu Alternatif Penyelesaian


Sengketa”. 2022. Konsiliasi: Suatu Alternatif Penyelesaian Sengketa .
From ADCO Law.

Ariani, N. V. (n.d.). Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Luar Pengedilan”.


In b. P. Nasiona, Volume 1 Nomor 2 (p. 281). Jurnal Rechts Vinding
Media Pembinaan Hukum Nasional,.
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004),
Iblam. (2023). Pengertian, Manfaat, dan Prosedur Konsiliasi . From iblam.

I. G. (2019). "Konsiliasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis. In Vol.


3, No. 2. Jurnal Hukum Bisnis,.
Jurnalresmi. (2023). PENYELESAIAN_SENGKETA_ALTERNATI F. From
Academia.edu.
Nadia Irvana Natasya. (n.d.). ”Konsiliasi: Pengertian, Tujuan dan Mekanisme.
Nurjanah, S. &. (2021). Hambatan-hambatan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Dengan Cara Konsiliasi di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) Kabupaten Siak. Jurnal Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Sakbani, M. I. (2022). Penyelesaian Sengketa Konsumen Dengan Cara Konsiliasi
Pada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Bpsk) Kota Medan.
Tris Widodo. (2016). Pernyelesaian Secara Konsilasi Dalam Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial Menurut Uu No. 2 Tahun 2004.
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
Yulianti, R. (2018). Efektivitas Penyelesaian Sengketa Konsumen Dengan Cara
Konsiliasi Di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota
Padang.
Yurijaya, (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Mediasi
Terhadap Sengketa Dibidang Perkawinan Di Pengadilan Agama Pasuruan.
Jurnal Hukum Universitas Merdeka Malang

20
21

Anda mungkin juga menyukai