Anda di halaman 1dari 23

PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN MENGGUNAKAN

ALTENATIF PENYELESAIAN SENGKETA (APS) / ALTERNATIVE


DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE

Oleh :
Nama : Putri Novalia
NIM : 2018010262030
Dosen : Dr. Bahrul Ilmi Yakub, SH.,MH
Mata Kuliah : Ilmu Perancangan Undang - Undang

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM


UNIVERSITAS JAYABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Atas

rahmat-Nya, makalah yang berjudul : “PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN

MENGGUNAKAN ALTENATIF PENYELESAIAN SENGKETA (APS) /

ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE” telah

terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa kami sampaikan terima

kasih kepada dosen pengajar Pengantar Hukum Bisnis yang telah mengajari

kami.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengajar Mata

Kuliah Pengantar Hukum Bisnis dan untuk memenuhi kebutuhan penyusun

sebagai mahasiswa serta sebagai bahan diskusi. Selain itu, makalah ini

ditunjukkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa/i Fakultas hukum,

terhadap alternatif penyelesaian sengketa bisnis.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga

Allah SWT. selalu melimpahkan ridho, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita

semua.

Jakarta, 17 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Rumusan Penulisan ........................................................ 2

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan..................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 4

A. Pengertian dan Dasar Hukum Mengenai Alternative

Dispute Resolution (ADR) ...............................................

.........................................................................................4

B. Pengertian dan Dasar Hukum Mengenai Arbitrase ........

.........................................................................................8

C. Keuntungan Penyelesaian Sengketa Menggunakan

Alternative Dispute Resolution dan Arbitrase .................

........................................................................................13

BAB III PENUTUP............................................................................ 16

A. Kesimpulan ..................................................................... 16

B. Saran ............................................................................... 18

ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan pada

masalah/konflik, hal ini tidak dapat dihindari selama manusia masih

menghirup udara dalam kehidupan. Konflik antara individu dengan

individu atau antar kelompok dapat terjadi ketika 2 (dua) pihak (baik

berupa perorangan atau badan hukum) atau lebih berlomba untuk

mencapai tujuan yang sama atau memperoleh sumber yang jumlahnya

terbatas.

Kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak

mungkin dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap

jenis sengketa yang terjadi selalu menutut pemecahan dan penyelsaian

yang cepat. Semakin banyak dan luas kegiatan perdagangan frekuensi

terjadi sengketa makin tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus

diselsaikan. Membiarkan sengketa dagang terlambat diselesaikan akan

mengakibatkan perkembangan pembangunan tidak efisien, produktifitas

menurun, dunia bisnis mengalami kemandulan dan biaya produksi

meningkat.

Pada umumnya, masyarakat berpandangan bahwa sengketa

(konflik) hanya bisa diselesaikan melalui jalur pengadilan, bahkan

kalangan professional hukum pun berpandangan yang sama. Sampai saat

ini, banyak dari kalangan mereka hanya terpaku memilih jalur litigasi dan

1
melupakan serta mengabaikan cara - cara penyelesaian sengketa melalui

jalur non-litigasi, dalam hal ini Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)

atau lebih dikenal dengan istilah Alernative Dispute Resolution (ADR) atau

sering juga disebut dengan istilah Out of Court Settlement (OCS).

Penggunaan Alernative Dispute Resolution (ADR) adalah sebagai

salah satu mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan

mempertimbangkan segala bentuk efesiensinya dan untuk tujuan masa

yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak yang

bersengketa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang di

angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Alternative Dispute Resolution ?

2. Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa dengan menggunakan

Alternatif Penyelesaian Sengketa / Alernative Dispute Resolution

(ADR) dan arbitrase ?

3. Keuntungan penyelesaian sengketa dengan menggunakan Alternatif

Penyelesaian Sengketa / Alernative Dispute Resolution (ADR) dan

arbitrase?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Suatu penulisan harus mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu

yaitu sesuatu yang diharapkan atau suatu manfaat tertentu dari hasil

2
penulisan yang akan dilakukan. Adapun tujuan dan kegunaan penulisan

ini, adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan alternative dispute

resolution dan arbitrase sebagai salah satu upaya penyelesaian

suatu sengketa.

b. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa dengan menggunakan

Alternatif Penyelesaian Sengketa / Alernative Dispute Resolution

(ADR) dan arbitrase.

c. Untuk mengetahui keuntungan dalam penyelesaian sengketa

dengan menggunakan Alternatif Penyelesaian Sengketa /

Alernative Dispute Resolution (ADR) dan arbitrase.

2. Kegunaan penulisan

a. Kegunaan Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penulisan ini, yaitu dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka

pengembangan di bidang ilmu hukum.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini berguna bagi para pihak yang ingin

mengetahui tentang hakikat Alternatif Penyelesaian Sengketa /

Alernative Dispute Resolution (ADR dan arbitrase.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Mengenai Alternative Dispute

Resolution (ADR)

Penyelesaian Sengketa Alternatif (ADR) / Alternative Dispute

Resolution (ADR) merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar

pengadilan dengan mempertimbangkan segala bentuk efisiensiya dan

untuk tujuan yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak

yang bersengketa.

Dalam praktik, hakikatnya Alternative Dispute Resolution dapat

diartikan sebagai alternative to litigation atau alternative to adjucation.

Alternative to litigation berarti semua mekanisme penyelesaian sengketa

di luar pengadilan, sehingga dalam hal ini arbitrase tdak termasuk bagian

dari Alternative Dispute Resolution (ADR). Sedangkan alternative to

adjucation berarti mekanisme penyelesaian sengketa yang bersifat

konsensus atau kooperatif, tidak melalui prosedur pengajuan gugatan

kepada pihak ketiga yang berwenang mengambil keputusan. Tindakan

yang termasuk bagian dari alternative dispute resolution, adalah

konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan pendapat ahli. Sedangkan

arbitrase bukanlah termasuk alternative dispute resolution.1

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (10) Undang - Undang

No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase, disebutkan pengertian yang

dimaksud dengan alternatif penyelesaian sengketa / Alternative Dispute


1
http://id.shvoong.com/law-and-politics/mengenai-adr-altenative-dispute-resolution/

4
Resolution, yaitu : “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga

penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang

disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara

konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.” 2

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Undang - Undang No.

48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 58, disebutkan

bahwa :

Undang - Undang No. 48 Tahun 2009


Tentang Kekuasaan Kehakiman

Pasal 58
Upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan di luar pengadilan
negara melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. 3

Penyelesaian sengketa dengan mengggunakan Alternative Dispute

Resolution dapat dilakukan dengan menggunakan cara - cara sebagai

berikut :

1. Konsultasi

Konsultasi adalah permohonan nasihat atau pendapat untuk

penyelesaian suatu sengketa secara kekeluargaan yang dilakukan

oleh para pihak kepada pihak ketiga.4

2. Negosiasi

Negosiasi sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk

mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga

sebagai penengah, sehingga tidak ada prosedur baku, akan tetapi

2
Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternative Penyelesaian Sengketa,
Pasal 1 ayat (10)
3
Undang - Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 58
4
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesain Sengketa Bisnis), Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003, hlm 12

5
prosedur dan mekanismenya diserahkan kepada kesepakatan para

pihak yang bersengketa tersebut. Penyelesaian sengketa

sepenuhnya dikontrol oleh para pihak, sifatnya informal, yang

dibahas adalah berbagai aspek, tidak hanya persoalan hukum saja.

Dalam praktik, negosiasi dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu :

(a) untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat

dilakukannya sendiri, misalnya dalam transaksi jual beli, pihak

penjual dan pembeli saling memerlukan untuk menentukan

harga, dalam hal ini tidak terjadi sengketa;

(b) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di

antara para pihak.5

Dengan demikian, dalam negosiasi penyelesaian sengketa dilakukan

sendiri oleh pihak yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak ketiga

sebagai penengah.

3. Konsiliasi

Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan intervensi pihak

ketiga (konsiliator), dimana konsiliator lebih bersifat aktif, dengan

mengambil inisiatif menyusun dan merumuskan langkah-langkah

penyelesaian, yang selanjutnya ditawarkan kepada para pihak yang

bersengketa. Jika pihak yang bersengketa tidak mampu

merumuskan suatu kesepakatan, maka pihak ketiga mengajukan

usulan jalan keluar dari sengketa. Meskipun demikian konsiliator

tidak berwenang membuat putusan, tetapi hanya berwenang

5
Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 24

6
membuat rekomendasi, yang pelaksanaanya sangat bergantung

pada itikad baik para pihak yang bersengketa sendiri. 6

4. Mediasi

Pengertian mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan dibantu

oleh pihak ketiga (mediator) yang netral/tidak memihak. Peranan

mediator adalah sebagai penengah (yang pasif) yang memberikan

bantuan berupa alternatif-alternatif penyelesaian sengketa untuk

selanjutnya ditetapkan sendiri oleh pihak yang bersengketa. Dalam

Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan, mediasi diberikan arti sebagai cara

penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk

memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.

Peran mediator membantu para pihak mencari berbagai

kemungkinan penyelesaian sengketa dengan cara tidak memutus

atau memaksakan pandangan atau penilaian atas masalah-masalah

selama proses mediasi berlangsung.

5. Penilaian Ahli

Pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis sesuai

dengan bidang keahliannya.7

B. Pengertian dan Dasar Hukum Mengenai Arbitrase

6
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2013), hal. 128-129
7
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/litigasi-dan-Alternative-penyelesaian-sengketa-di-luar-
pengadilan (diakses pada Hari Kamis, 16-07-2020, pukul. 13.22 WIB).

7
Berdasarkan Pasal 1 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, disebutkan bahwa :

Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa

Pasal 1
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa diluar pengadilan
umum yang didasarkan atas perjanjian tertulis dari pihak yang
bersengketa.8

Pada prinsipnya upaya penyelesaian sengketa dengan

menggunakan arbitrase baru dapat dilaksanakan apabila tercantum

klausula arbitrase dalam perjanjian tersebut, baik itu arbitrase ad hoc,

ataupun lembaga arbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia

(BANI).

Ada 2 (dua) macam klausula arbitrase sehingga suatu sengketa

perdata dapat diselesaikan melalui peradilan arbitrase yaitu :

1. Dengan dicantumkan klausul dalam perjanjian pokok, yang berisi

bahwa penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dari pada

perjanjian itu akan diselesaikan dengan peradilan arbitrase (Pasal 1

ayat 3 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999) atau biasa juga disebut

dengan “Pactum decompromittendo”.

2. Dengan suatu perjanjian tesendiri, diluar perjanjian pokok. Perjanijan

itu dibuat secara khusus bila setelah timbul sengketa dalam

melaksanakan perjajian pokok. Suratperjajian semacam ini disebut

“akta compromis” (Pasal 2 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999).

8
Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Pasal 1

8
Bahwa, hal tersebut juga tercantum dalam Pasal 48 Undang -

Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang

berbunyi :

Undang - Undang No. 48 Tahun 2009


Tentang Kekuasaan Kehakiman

Pasal 59
(1). Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di
luar pengadilan yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
(2). Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum
tetap dan mengikat para pihak.9

Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara

sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan perintah ketua pengadilan

negeri atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa.

Dengan adanya klausula tersebut maka akan meniadakan hak para

phak untuk mengajukan penyelesaian sengketa ke Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Negeri wajib menolak/tidak campur tangan dalam penyelesaia

sengketa yang telah ditetepkan melalui arbitrase, kecuali yang ditetapkan

Undang - Undang No. 30 Tahun 1999. Tetapi tidak semua sengketa dapat

diselesaikan melalui arbitrase, melainkan hanya sengketa mengenai hak

yang menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh para pihak yang

bersengketa atas dasar kata sepakat. Sedangkan sengketa yang tidak

dapat diselesaikan melalui lembaga arbitrase adalah sengketa yang

menurut peraturan perundang - undangan tidak dapat diadakan

perdamaian, seperti tertuang dalam ketentuan Pasal 5 Undang - Undang

No. 30 Tahun 1999 yang berbunyi :

9
Undang - Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 59

9
Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa

Pasal 5
(1) Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa
di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
yang bersengketa.
(2) Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah
sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat
diadakan perdamaian.

Setelah berlakunya UU. No. 30 tahun 1999 tentang arbitrasedan

alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase, maka secara garis besar

hukum acara pada arbitrase tidak sama denga beracara di Pengadilan

Negeri. Mengenai acara yang berlaku dihadapan majelis arbitrase diatur

dalam Bab IV Undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang alternatif

penyelesaian sengketa dan arbitrase, mulai pasal 27-58. Yang secara

garis besarnya adalah sebagai berikut :

“Bahwa pada prinsipnya semua pemeriksaan sengketa oleh arbiter atau


majelis arbitrase dilakukan secara tertutup, dengan menggunakan bahasa
Indonesia kecuali atas persetujuan arbiter atau majelis arbitrase para
dapat memilih bahasa lain yang digunakan”.

Di dalam Undang - Undang No. 30 Tahun 1999, eksekusi atau

pelaksanaan putusan arbitrase di bagi dalam 2 (dua) bagian :

1. Bagian Pertama tentang eksekusi terhadap putusan arbitrase

Nasional, sebagaimana tercantum dalam Pasal 59 sampai dengan

Pasal 64 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999.

2. bagian Kedua tentang pengakuan (recognition) dan pelaksanaan

(enforcement) putusan arbitrase Internasional yang diatur dalam

10
Pasal 65 sampai dengan Pasal 69 Undang - Undang No. 30 Tahun

1999.

Bahwa, kedua putusan baik Nasional maupun Internasional berlaku

ketentuan Universal, bahwa putusan arbitrase adalah final dan mengikat

para pihak. Tidak dapat dibanding maupun kasasi, seperti yang diatur

dalam Pasal 60 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999. Tetapi putusan

arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh ijin

atau perintah untuk dieksekusi (executoir) dari pengadilan.

Putusan Arbitrase bersifat final dan binding. Itu berarti, putusan

arbitrase tidak bisa dlakukan banding dan/atau kasasi. Meskipun

demikian, masih ada upaya (hukum) yang dapat dilakukan oleh para pihak

yang berselisih, yaitu upaya permohonan pembatalan terhadap putusan

arbitrase.10

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 30 Tahun 1999, di dalam

Pasal 71 ditentukan bahwa permohonan pembatalan putusan arbitrase

harus dilakukan secara tertulisan dalam waktu paling lama tiga puluh hari

terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan kepada Panitera

Pengadilan Negeri. Ini berarti bahwa putusan arbitrase yang dapat

dimohonkan untuk pembatalan adalah putusan arbitrase yang sudah

didaftarkan pada Pengadilan Negeri, tak terkecuali juga bagi putusan

arbitrase Internasional.

10
Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2001, hal. 115

11
Sedangkan alasan yang dapat digunakan untuk permohonan

pembatalan putusan arbitrase apabila putusan arbitrase tersebut diduga

mengandung unsur-unsur antara lain :

1) Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah

putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;

2) Setelah putusan dijatuhkan, ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan yang sembunyikan oleh pihak lawan, dan

3) Putusan dijatuhkan atas dasar hasil tipu muslihat yang dilakukan

oleh salah salah satu pihak dalam memeriksa sengketa. 11

Permohonan pembatalan suatu putusan arbitrase dapat dilakukan

apabila terjadi hal - hal antara lain :

1) Apabila putusan telah diberikan dengan melampaui batas - batas

yang diberikan dalam persetujuan arbitrase;

2) Apabila putusan telah diberikan berdasarkan persetujuan arbitrase

yang batal atau lampau waktunya;

3) Apabila putusan telah diberikan oleh sejumlah arbiter yang tiddak

berwenang memutus di luar hadirnya arbiter - arbiter yang lainnya;

4) Apabila telah diputus tentang hal - hal yang tidak dituntut atau

putusan telah mengabulkan lebih dari pada yang dituntut;

5) Apabila putusan mengandung keputusan - keputusan yang satu

sama lainnya bertentangan;

6) Apabila para arbiter telah melalaikan untuk memutus 1 (satu) atau

lebih hal yang menurut persetujuan arbitrase telah dimintakan

keputusan dari mereka;


11
Gatot P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2006, hal 93.

12
7) Apabila para arbiter telah melanggar tata cara (formalitas) prosedural

yang atas ancaman kebatalan harus mereka turut atau indahkan;

tetapi hanya akan berlaku jika menurut ketentuanketentuan yang

secara khusus dicantumkan dalam persetujuan arbitrase, bahwa

para arbiter harus mengikuti cara yang biasa berlaku dalam suatu

prosedur di muka pengadilan.

8) Apabila telah diberikan keputusan berdasarkan surat - surat yang

setelah keputusan itu diberikan, diakui sebagai palsu ataupun telah

dinyatakan palsu;

9) Apabila setelah putusan diberikan, surat - surat yang bersifat

menentukan yang tadinya disembunyikan oleh salah satu pihak telah

ditemukan kembali;

10) Jika putusan telah didasarkan atas kecurangan atau penipuan yang
12
dilakukan sepanjang pemeriksaan, tetapi kemudian diketahui.

C. Keuntungan Penyelesaian Sengketa Menggunakan Alternative

Dispute Resolution dan Arbitrase

Penyelesaian sengketa diluar peradilan / alternative dispute

resolution dan arbitrase lebih menguntungkan dari pada penyelesaian

sengketa melalui jalur peradilan. Keuntungan dimaksud, dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Proses lebih cepat artinya penyelesaian sengketa dapat

dilaksanakan dalam hitungan hari, minggu atau bulan, tidak seperti

12
http://www.rumpunilmu.com/2012/05/pembatalan -putusan-arbitrase-di.html, Rabu, 6 February
2013

13
halnya penyelesaian lewat jalur pengadilan yang memerlukan waktu

berbulan - bulan bahkan tahunan;

2. Biaya lebih murah dibandingkan penyelesaian sengketa/konflik

melalui jalur litigasi;

3. Sifatnya informal karena segala sesuatunya dapat ditentukan oleh

para pihak yang bersengketa seperti menentukan jadwal pertemuan,

tempat pertemuan, ketentuan - ketentuan yang mengatur pertemuan

mereka, dan sebagainya;

4. Kerahasiaan terjamin, artinya materi yang dibicarakan hanya

diketahui oleh kalangan terbatas, sehingga kerahasiaan dapat

terjamin dan tidak tersebar luas atau terpublikasikan;

5. Adanya kebebasan memilih pihak ketiga, artinya para pihak dapat

memilih pihak ketiga yang netral yang mereka hormati dan percayai

serta mempunyai keahlian dibidangnya.

6. Dapat menjaga hubungan baik persahabatan, sebab dalam proses

yang informal para pihak berusaha keras dan berjuang untuk

mencapai penyelesaian sengketa secara kooperatif sehingga

mereka tetap dapat menjaga hubungan baik.

7. Bersifat final, artinya putusan yang diambil oleh para pihak adalah

final sesuai kesepakatan yang telah dituangkan di dalam kontrak.

8. Tata cara penyelesaiannya sengketa diatur sendiri oleh para pihak,

sebab tidak terikat oleh peraturan perundangan yang berlaku.

Sebagai suatu mekanisme yang bersifat alternatif, alternative dispute

resolution berkembang karena adanya kebutuhan pencari keadilan yang

14
tidak sepenuhnya didapatkan dari mekanisme pengadilan. Kebutuhan itu

misalnya pencari keadilan membutuhkan :

1. proses pengambilan keputusan yang cepat;

2. keputusan yang final dan mengikat;

3. keputusan diambil oleh orang yang ahli di bidangnya;

4. kerahasiaan dalam proses penyelesaian;

5. mekanisme penyelesaian yang spesifik, unik, sesuai dengan

spesifikasi dan keunikan dari sengketanya; dan

6. para pihak masih bisa mengontrol jangka waktu dan biaya

alternative dispute resolution.

Dengan demikian, dapat disimpulkan kalau alternative dispute

resolution merupakan penyelesaian sengketa alternatif yang paling efektif

dan efisien dalam menyelesaikan sengketa atau konflik kepentingan dan

pemenuhan kebutuhan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
Dalam makalah ini, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Penyelesaian sengketa dengan mengggunakan Alternative Dispute

Resolution dapat dilakukan dengan menggunakan cara - cara

sebagai berikut :

a. Konsultasi

b. Negosiasi

c. Mediasi

d. Konsiliasi

e. Penilaian Ahli

2. Arbitrase bukanlah termasuk dalam alternative dispute resolution,

tetapi alternative to adjucation oleh karena penyelesaian sengketa

melalui arbitrase dilakukan melalui Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI), yang bersifat final and binding, dan baru dapat

dilaksanakan apabila putusan tersebut telah didaftarkan ke

Pengadilan Negeri.

3. Keuntungan penyelesaian sengketa menggunakan alternative

dispute resolution, diantaranya adalah :

a. Proses lebih cepat artinya penyelesaian sengketa dapat

dilaksanakan dalam hitungan hari, minggu atau bulan, tidak

seperti halnya penyelesaian lewat jalur pengadilan yang

memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan;

b. Biaya lebih murah dibandingkan penyelesaian sengketa/konflik

melalui jalur litigasi;

16
c. Sifatnya informal karena segala sesuatunya dapat ditentukan

oleh para pihak yang bersengketa seperti menentukan jadwal

pertemuan, tempat pertemuan, ketentuan - ketentuan yang

mengatur pertemuan mereka, dan sebagainya;

d. Kerahasiaan terjamin, artinya materi yang dibicarakan hanya

diketahui oleh kalangan terbatas, sehingga kerahasiaan dapat

terjamin dan tidak tersebar luas atau terpublikasikan;

e. Adanya kebebasan memilih pihak ketiga, artinya para pihak

dapat memilih pihak ketiga yang netral yang mereka hormati dan

percayai serta mempunyai keahlian dibidangnya.

f. Dapat menjaga hubungan baik persahabatan, sebab dalam

proses yang informal para pihak berusaha keras dan berjuang

untuk mencapai penyelesaian sengketa secara kooperatif

sehingga mereka tetap dapat menjaga hubungan baik.

g. Bersifat final, artinya putusan yang diambil oleh para pihak

adalah final sesuai kesepakatan yang telah dituangkan di dalam

kontrak.

h. Tata cara penyelesaiannya sengketa diatur sendiri oleh para

pihak, sebab tidak terikat oleh peraturan perundangan yang

berlaku.

B. Saran

Adapun saran - saran dari penulis adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan para pihak yang sedang bersengketa dan memilih

menyelesaikan sengketa dengan menggunakan alternative dispute

17
resolution dan/atau arbitrase, sudah sepatutnya para pihak tersebut

tunduk dan melaksanakan perjanjian yang telah disepakati bersama,

atau beritikad baik melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela

agar terciptanya lingkungan masyarakat yang patuh hukum.

2. Diharapkan Pengadilan Negeri dengan tegas menolak/campur tangan

dalam sengketa yang didalamnya tercantum klausula arbitrase.

3. Peraturan yang ada khususnya UU No. 30 tahun 1999 hendaknya

dipegang teguh oleh para hakim, pengacara/kuasa hukum, notaries dan

juga pihak yang bersengketa, demi terciptanya suatu kondisi yang kita

kehendaki bersama.

18
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku - buku :

Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa,Sinar Grafika,


Jakarta, 2013, hal. 24

Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan,


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal. 115

Gatot P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Gramedia,


Jakarta, 2006, hal 93.

Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesain Sengketa Bisnis),


Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm 12

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan


(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 128-129

B. Peraturan perundang - undangan :

Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa

Undang - Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

C. Website

http://id.shvoong.com/law-and-politics/mengenai-adr-altenative-dispute-
resolution/

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/litigasi-dan-Alternative-
penyelesaian-sengketa-di-luar-pengadilan (diakses pada Hari Kamis, 16-
07-2020, pukul. 13.22 WIB)

http://www.rumpunilmu.com/2012/05/pembatalan-putusan-arbitrase-
di.html, Rabu, 6 February 2013

iii

Anda mungkin juga menyukai